Thursday, 24 March 2011

MENGENAL TENTANG BUDIDAYA LAUT TIRAM MUTIARA

TEKNIK BUDIDAYA LAUT TIRAM MUTIARA
DI INDONESIA

1. PENDAHULUAN
1) Batu Permata Mutiara
Bagi manusia purba, kekuatan-kekuatan alam disekitar mreka telah menimbulkan rasa hormat dan pesona. Matahari dan bulan adalah dewadewa dengan kekuatan hebat yang meliput kehidupan dan nasib manusia. Diketemukannya sebuah benda yang bercahaya samar-samar dan menggairahkan di laut, dan bila lebih didekati jadi berpijar seperti bulan purnama, menimbulkan inspirasi sebagai turunnya dewa baru. Dipercayai bahwa, mutiara telah diketahui dan dihormati sejak 3.500 tahun Sebelum Masehi. Untuk orang-orang zaman dahulu, laut adalah sumber segala kehidupan dan di daratan Medeterania pemujaan terhadap tiram, telah berkembang dan meningkat terpuja terhadap mutiara, yang sejak sat itu dianggap sebagai ratu dari semua permata. Tidak ada batu permata lain yang minat terhadap nilainya dan posisinya dapat bertahan untuk waktu yang sedemikian lama seperti halnya mutiara.
Mutia sebenarnya terbentuk akibat respon dari tiram untuk menolak kesaktian oleh akibat masuknya benda asing ke dalam tubuhnya. Mutiara dari laut dapt diketemukan pada tiram, sedangkan mutiara dari perairan tawar pada kerang atau kijing. Pada dasarnya mutiara perairan laut berhubungan erat dengan tiram dari genus Pinctada dan pada perairan tawar pada genus Unio. Banyak jenis tiram yang dapt memproduksi benda keras dalam tubuhnya, tetapi sedikit yang dapat memperlihatkan warna sehingga dapat digolongkan sebagai batu permata mutiara.

Pada dua cangkang (kulit tiram) tiram jenis Pinctada terdapat bermacammacam lapisan. Lapisan induk mutiara (mother of pearl) adalah lapisan yang langsung melindungi organ tubuh tiram mutiara, berada pada cangkang bagian dalam. Jika terdapat partikel benda asing ayng menyakitkan misalnya sebutir pasir maka organ tubuh tiram yang disebut mantel akan mulai melapisi dengan 'nacre' pelindung (lapisan induk mutiara) ke sekelilingnya,

hasilnya mungkin akan menjadi sebutir mutiara. Jika partikel dapat dilapisi oleh mantel secara menyeluruh, hasil mutiaranya kelak akan berbentuk bundar bagus. Jika penimbul sakitnya terletak di atas cangkang bagian dalam, akan terjadi bentuk mutiara setengah bundar.

Mutiara itu dibentuk oleh lapisan yang mengelilingi penyebab sakitnya secara konsentris. Lapisan tersebut terdiri dari mineral yang diproduksi oleh tiram; tetapi bila lapisan terluarnya tidak terdiri dari nacre, mutiara tidak akan memperlihatkan warna-warni yang menggairahkan yang biasa disebut 'orient' yang membuat mutiara mempunyai harga yang tinggi dan indah.

Dibawah orient biasanya disebut 'overtone', adalah warna tubuh atau warna latar belakang dari mutiara. Overtone berupa suatu sinar pantul yang dating dari permukaan mutiara, dengan warna yang bermacam-macam: ungu, hijau, kuning, merah jambu (pink) dan jingga (oranye). Pada dasarnya warna tubuh mutiara dibagi menjadi tiga : putih, hitam dan 'berwarna' termasuk merah, kuning, pelangi, violet, biru abu-abu dan brons, biru tua, hijau biru dan hijau dengan kilau metalik. Termasuk dalam warna putih adalah krem, merah muda dan kuning merah (keduanya dengan overtone pink), juga mutiara yang biasa disebut sebagai mutiara 'indah' yaitu mutiara yang selalu memiliki tiga warna sekaligus berupa overtone krem, merah bunga mawar dan biru atau hijau.

Untuk saat ini tiram adalah penghasil (produsen) mutiara dari laut dan lebih lanjut produsen) mutiara dair laut dan lebih lanjut produsen mutiara alam dunia yang utama dari teluk Persia antara Arab Saudi dan Iran. Hanya sekitar 1 dari 40 tiram yang kemungkinan berisi mutiara dan jumlah tiram yang ditemukan dari tahun ke tahun semakin menurun. Dari teluk Persia mutiara diangkut ke Bombay, di tempat ini mutiara-mutiara tersebut di cuci dengan mencelupkannya ke dalam Hidrogen peroksida kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari. Setelah disortir dan di bor, jenis-jenis terbaik dijual kepada pedagang-pedagang dari negara barat, banyak mutiarmutiara tersebut tampil di Paris dan Amerika Serikat. Paris adalah penyebaran utama mutiara dan Bombay adalah pusat perantara untuk mutiara dari teluk Persia.

Mutiara yang bagus juga datang dari Sri Lanka, Australia, Jepang, Mexico, Panama, Venezuela dan Tahiti. Mutiara ini dari perairan tawar didapatkan dari sungai Missisippi dan anak-anak sungainya, juga dari Skotlandia dan China.

Dalam perdagangan mutiara terdapat beberapa merek dagang, diantarnya adalah berikut ini: a. "Mutiara Asia Timur" : Mutiara yang di dapat dari teluk Persia.
b. Mutiara "Ceylon" atau "Madras" : mutiara yang mempunyai overtone biru indah, hijau atau violet pada warna dasar putih atau krem.
c. Mutiara 'Venezuela' : putih atau kuning; lebih transparan dari pada Asia Timur.
d. Mutiara 'Tahiti' : mutiara putih dengan overtone sedikit, kadang-kadang dengan abuabu metalik.
e. Mutiara 'Australia' : putih denga hampir tidak ada overtone.
f. Mutiara 'Panama' : umumnya hitam, keabu-abuan, atau kuning
g. Mutiara 'air tawar' : umumnya memilik orient dan warna yang kuat; umumnya mempunyai warna yang indah.

Bentuk mutiara diklasifikasikan sebagai berikut: bentuk bundar, bentuk bulat, bentuk bulat telur, bentuk airmata, bentuk kancing baju, bentuk baroque (seluruh bentuk yang tidak biasa selain yang telah diberi nama tersebut diatas), bentuk gotri (bentuk baroque, tetapi dengan kilauan yang sedikit);
bentuk tiga perempat (tiga-perempat bulat dengan satu permukaan datar), mutiara biji (bentuknya tidak simeteris dan sangat kecil), mutiara debu (terlalu kecil untuk digunakan sebagai batu permata) dan mutiara blister (bentuk mutiara yang menempel di cangkang).

Nilai dari sebutir mutiara didasarkan pada : warna, kilau, translusensi, tekstur, bentuk dan ukuran. Mutiara yang terbaik akan memiliki warna asli dari mutiara, overtone yang kuat dengan kemilau yang tinggi; semitranslusensi yang kuat, tidak retak, tergores, dan penyok atau cacat, bentuk bundar; ukurannya besar. Nilai dari sebutir mutiara yang dapat diperkirakan dengan menduga dengan suatu harga dasar dengan kuadrat dari beratnya, sehingga dengan suatu penambahan ukuran yang sedikit mempunyai pengaruh yang besar terhadap nilainya. Penilaian terhadap mutiara akan lebih kompleks daripada terhadap berlian. Mutiara yang besar lebih jarang ada di banding dengan berlian yang besar. Hanya dengan latihan dan pengalaman yang luas dan banyak, seseorang akan dapat melihat kualitas
mutiara dengan baik.

2) Mutiara Peliharaan
Mutiara peliharaan pada dasarnya adalah suatu hasil produksi Abad ke 20. Bebarapa orang telah mencoba mengembangkan cara untuk memproduksi mutiara, Nishikawa, Mise dan Mikimoto adalah nama-nama tenar untuk masalah ini. Setelah mendapatkan cara penempatan inti yang paten, Mikimoto merupakan penguasa dalam industri mutiara peliharaan. Mutiara peliharaan diproduksi dengan memasukkan butiran manik-manik yang terbuat dari kulit cangkang tiram mutiara pada bagian dari lapisan induk mutiara ke dalam lapisan mantel yang mengeluarkan lapisan mutiara. Tiram memperlakukan manik-manik tersebut sebagai penyakit dan menyelimutinya dengan lapisan nacre. Jadi perbedaan dasar mutiara alam dan peliharaan adalah partikel dan ukurannya, yang masuk dalam tubuh tiram secara alami dan dibuat oleh manusia serta cara terjadinya.

Mutara blister di produksi dengan memasukkan separoh manik-manik, ditempelkan didinding cangkang bagian dalam. Setelah lapisan nacre menyelimuti manik-manik, bentuk yang terjadi tersebut dan lapisan nacre lainnya yang telah dibentuk melengkung, ditempelkan ke bagian datar dari manik-manik. Hasilnya juga disebut sebagai mutiara 'mabe'. Mutara 'biwa' diproduksi dari danau Biwa Jepang menggunakan kijing air tawar. Mutiara biwa bentuknya tidak teratur, tetapi memiliki orient dan warna yagn bagus. Perbedaan mutiara biwa dengan yang lainnya ada lah bahwa mutiara biwa tidak memiliki inti atau nukleus; sebagai pengganti manikmanik,
mantel empat-persegi dimasukkan ke dalam organ tubuh kijing,

syarat pemeliharaannya memakan waktu tiga tahun.
Jepang adalah pemimpin dunia dalam produksi mutiara peliharaan. Bentukbentuk yang biasa diproduksi adalah baroque, bulat, kancing baju, lonjong, bulat buah per dan bulat telur; sangat sedikit mutiara peliharaan yang mempunyai bulatan yang bagus. Dari seluruh batu permata, untuk membedakan antara mutiara alami dan peliharaan adalah yang paling sulit.

Alat yang paling dapat diandalkan kebenarannya harus melindungi melibatkan adanya mesin ronsen (x-ray), yang sangat berbahaya bagi tangan-tangan yang tidak ahli. Mutiara peliharaan yang baik tidak akan dapat dibedakan hanya dengan pandangan mata ataupun dengan cara pengujian yang sederhana.

Dalam mendeterminasi kualitas dan nilai mutiara peliharaan, dipergunakan cara yang sama seperti diterapkan terhadap mutiara alam. Harga dari mutiara peliharaan umumnya lebih rendah dibanding dengan mutiara alam; walaupun demikian, harga sebutir mutiara peliharaan mungkin dapat mencapai US $. 100.000,- (Joel Arem, 1983).

Disamping itu dapat diproduksi mutiara tiruan/imitasi (imitation pearl) dalam jumlah besar, dimana inti mutiara tiruan ini dibuat dari gelas atau plastik yang diberi lapisan 'pearl essence' yang dibuat dari sisik ikan layur (Trachiurus spp)
Dengan demikian kalau kita tinjau mengenai terjadinya mutiara, untuk saat ini dapat dibagi menjadi: a. Mutiara asli yang terdiri dari mutiara alam (natural pearl) dan mutiara peliharaan (cultured pearl).
b. Mutiara tiruan/imitasi (imitation pearl) (Dwiponggo, 1976).


3) Perairan Indonesia
Perairan laut Indonesia juga mempunyai potensi besar terhadap tiram mutiara, usaha penyelaman dan pemeliharaan terhadap mutiara juga sudah berkembang, terutama di wilayah perairan Indonesia Timur. Di beberapa daerah tersebut, usaha penyelaman tiram mutiara merupakan mata pencaharian bagi penduduk. Berdirinya beberapa perusahaan pemeliharaan mutiara di Maluku Tenggara, Maluku Utara, Sulawesi Tengah, Nusa Tenggara dan Irian Jaya makin menggairahkan para penyelam untuk meningkatkan hasil selamanya, karena jaminan pemasarannya cukup baik, berhubung perusahaan pemelihara mutiara itu membeli tiram mutiara dari para penyelam.


2. BIOLOGI TIRAM MUTIARA
1) Klasifikasi
Tiram mutiara termasuk sebagai hewan lunak, yaitu hewan yang dalam biologi dimasukkan ke dalam pilum Mollusca, dimana pilum tersebut terbagi atas enam kelas yaitu: (1) Monoplacophora; (2) Amphineura; (3) Gastropoda; (4) Lamellibranchiata atau Pellecypoda; (5) Scaphopoda; (6) Cephalopoda.


Tiram mutiara dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Invertebrata
Pilum : Mollusca
Klas : Pellecypoda
Ordo : Anysomyaria
Famili : Pteridae
Genus : Pinctada
Spesies : Pinctada sp. dan Pteria sp.


2) Jenis-jenis penting tiram mutiara
Menurut Dwiponggo (1976), jenis-jenis tiram mutiara yang terdapat di Indonesia adalah: Pinctada maxima, Pinctada margatirifera, Pinctada fucuta, Pinctada chemnitzi dan Pteria penguin. Di beberapa daerah Pinctada fucuta dikenal pula sebagai Pinctada martensii.

Sebagai penghasil mutiara terpenting adalah tiga spesies, yaitu, Pinctada martensii, Pinctada margaritifera dan Pinctada maxima. Sebagai jenis yang ukuran terbesar adalah Pinctada maxima.

Tabel 1. Perbandingan dari tiga jenis Pinctada penghasil mutiara yang terpenting
(Cahn, 1949).

Catatan:
1 Kan = 8,267 pon
1 Kg = 2,205 pon


3. SUMBER
Direktorat Jenderal Perikanan, Departemen Pertanian, 1994 4. KONTAK HUBUNGAN Direktorat Jenderal Perikanan, Departemen Pertanian, Jakarta
Disadur oleh : Tarwiyah

BUDIDAYA TIRAM MUTIARA

BUDIDAYA TIRAM MUTIARA



1. PENDAHULUAN
Mutira semula hanya diperoleh dari tiram mutiara yang hidup alami di laut. Berkat kemajuan teknologi saat ini, mutiara sudah dapat dibudidayakan, walaupun sebagian besar teknologinya masih didominasi atau dikuasai oleh bangsa lain.

Balai Budidaya Laut, Lampung selalu berupaya untuk mengejar ketinggalan teknologi budidaya mutiara tersebut, karena menyadari betapa besar potensi mutiara di negara kita. Keberhasilan Balai Budidaya Laut membudidayakan mutiara merupakan langkah baru yang menunjukan bahwa teknologi itu dapat dilakukan oleh bangsa Indonesia.

Di negara kita tiram mutiara yang banyak dibudidayakan adalah jenis Pinctada maxima (Goldlip Pearl Oyster). Jenis ini banyak ditemukan di perairan Indonesia Bagian Timur (Maluku, Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat).


2. PEMILIHAN LOKASI
1) Lokasi terlindung dari angin dan gelombang yang besar.
2) Perairan subur, kaya akan makanan alami.
3) Kecerahan cukup tinggi.
4) Cukup tersedia induk/benih tiram mutiara.
5) Dasar perairan pasir karang dan kedalaman air 15 ~ 25 m.
6) Kadar garam 30 ~ 34 ppt dan suhu 25 ~ 280C.
7) Bebas pencemaran.



3. PEMASANGAN INTI
1) Pemasangan inti mutiara bulat
Tiram mutiara yang telah terbuka cangkangnya ditempatkan dalam penjepit dengan posisi bagian anterior menghadap ke pemasang inti.
Inti mutiara bulat dibuat dari cangkang kerang air tawar dengan diameter bervariasi antara 6 ~ 12 mm.
Setelah posisi organ bagian dalam terlihat jelas, dibuat sayatan mulai dari pangkal kaki menuju gonad dengan hati-hati.
Dengan graft carrier masukkan graft tissue (potongan mantel) ke dalam torehan yang dibuat.
Masukkan inti dengan nucleus carrier secara hati-hati sejalur dengan masuknya mantel. Penempatannya harus bersinggungan dengan mantel.
Pemasangan inti selesai, tiram mutiara dipelihara dalam keranjang pemeliharaan.

2) Pemasangan inti mutiara setengah bulat (blister)
-Tiram mutiara yang telah terbuka cangkangnya diletakkan dalam penjepit dengan posisi bagian ventral menghadap arah pemasang inti.
-Inti mutiara blister bentuknya setengah bundar, jantung atau tetes air; terbuat dari bahan plastik. Diameter inti mutiara blister berkisar 1 ~ 2 cm.
-Sibakkan mantel yang menutupi cangkang dengan spatula, sehingga cangkang bagian dalam (nacre) terlihat jelas.

Gambar 1. Pemasangan Inti Mutiara Bulat

keterangan
1. Gonad
2. Hati
3. Perut
4. Kaki
5. Inti
6. Mantel
7. Otot adductor
8. Otot retractor

-Tempatkan inti mutiara blister yang telah diberi lem/perekat dengan alat blister carrier pada posisi yang dikehendaki; minimal 3 mm di atas otot adducator.
Setelah cangkang bagian atas telah diisi inti mutiara blister, kemudian tiram mutiara dibalik untuk pemasangan inti cangkang yang satunya.
Diusahakan pemasangan inti ini tidak saling bersinggungan bila cangkang menutup. Satu ekor tiram mutiara dapat dipasangi inti mutiara blister sebanyak 8 ~ 12 buah, dimana setiap belahan cangkang dipasangi 4 ~ 6 buah.
-Pemasangan inti mutiara blister selesai, tiram mutiara dipelihara dalam keranjang pemeliharaan di laut.


4. PEMELIHARAAN
1)Tiram mutiara yang dipasangi inti mutiara bulat perlu dilakukan pengaturan posisi pada waktu awal pemeliharaan, agar inti tidak dimuntahkan keluar. Disamping itu tempat dimasukkan inti pada saat operasi harus tetap berada dibagian atas.
2)Pemeriksaan inti dengan sinar-X dilakukan setelah tiram mutiara dipelihara selama 2 ~ 3 bulan, dengan maksud untuk mengetahui apabila inti yang dipasang dimuntahkan atau tetap pada tempatnya.
3)Pembersihan cangkang tiram mutiara dan keranjang pemeliharaannya harus dilakukan secara berkala; tergantung dari kecepatan/kelimpahan organism penempel.



Gambar 2. Pemasangan Inti Mutiara Blister


5. PANEN
Mutiara bulat dapat dipanen setelah dipelihara 1,5 ~ 2,5 tahun sejak pemasangan inti, sedangkan mutiara blister dapat dipanen setelah 9 ~ 12 bulan.

6. SUMBER
Brosur Budidaya Tiram Mutiara, Balai Budidaya Laut, Direktorat Jendral Perikanan, Departemen Pertanian, Lampung.


7. KONTAK HUBUNGAN
Balai Budidaya Laut, Direktorat Jenderal Perikanan, Departemen Pertanian, Lampung



Sumber saduran:
Tarwiyah
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340 Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

IPTEK MAS


  1. Pakan ikan
  2. pedoman teknis budidaya, penyiapan bibit
  3. bahan-bahan untuk pakan buat
  4. penyiapan peralatan
  5. pemeliharaan pakan alami
  6. 6.5. Pembuatan pakan buatan
  7. 7. Hama dan penyakit
  8. budidaya tiram mutiara
  9. petunjuk pembenihan ikan bandeng
  10. petunjuk budidaya udang windu
  11. budidaya ikan kakap putih
  12. petunjuk teknis pembesaran ikan bawal air tawar
  13. petunjuk teknis budidaya ikan mujair
  14. petunjuk teknis budidaya ikan nila
  15. petunjuk teknis budidaya ikan patin
  16. petunjuk teknis pembenihan ikan tawes
  17. petunjuk teknis budidaya ikan mas
  18. petunjuk teknis budidaya ikan lele
  19. pedoman teknis budidaya ikan gurame (bag.2)
  20. pedoman teknis budidaya ikan gurame
  21. teknik pembenihan ikan beronang (siganus sp)
  22. budidaya ikan beronang
  23. petunjuk teknis pengoperasian alat penangkapan ika...
  24. petunjuk teknis budidaya ikan lele
  25. tehnik budidaya ikan arwana
  26. sistim pengawetan ikan dengan menggunakan cold sto...
  27. pengaruh globalisasi terhadap perikanan
  28. metode pengawetan ikan dengan menggunakan es kerin...
  29. mengetahui sistim pembangunan perikanan di indones...
  30. mengenal ikan tuna dan jenisnya
  31. pengawetan ikan dengan pengeringan
  32. udang jerbung( penaeus merguiensis)
  33. rumah untuk rumput laut
  34. informasi belut serta pernak perniknya
  35. pedoman teknis budidaya ikan sidat pada jaring ap...
  36. model dan sistim untuk kolam ikan sidat
  37. strategi, analisa dan harga sidat (unagi) di jepan...
  38. bagaimana akan memulai budidaya ikan sidat
  39. budidaya belut sebagai usaha sampingan
  40. usaha pembesaran belut melalui sistim budidaya
  41. usaha pembesaran belut di dalam kolam
  42. tehnik mempercepat pembesaran belut agar cepat di...
  43. jadikan budidaya belut sebagai peluang bisnis
  44. belut dapat merebut pasar bebas
  45. makanan alami yang biasa bagi pertumbuhan belut
  46. belut yang langka dan jarang ditemui
  47. panduan tehnik budidaya belut bagi pemula
  48. tehnik budi daya belut di pekarangan rumah
  49. sekilas budidaya belut di dalam tong
  50. belut dapat mennghasilkan aliran listrik pada tub...
  51. pedoman teknis budidaya belut
  52. budi daya ikan sidat
  53. teknologi tepat guna budidaya ikan belut
  54. manfaat belut bagi kita
  55. Info daerah penangkapan wilayah sumatera
  56. 56.    gps
  57. 57.    ikan hias indonesia
  58. 58.    pesona kekayaan laut selatan
  59. 59.    pemanfaatan hara air laut untuk memenuhi kebutuhan...
  60. 60.    kualitas air dalam budidaya laut
  61. 61.    mengenal tentang budidaya laut tiram mutiara
  62. 62.    budidaya tiram mutiara
  63. 63.    iptek mas

Ikan Marlin (Ikan Todak)

Ikan Marlin
(Ikan Todak)


Todak (Xiphias gladius) atau adalah sejenis ikan laut yang rahang atas dan moncongnya memanjang berbentuk seperti pedang pipih dan kuat, berukuran hampir sepertiga panjang badan ikan tersebut. Tubuh ikan todak panjang membulat dapat mencapai 2 - 4,6 m dan dapat berbobot hingga 650 kg. Kulitnya licin tidak bersisik, bagian atas tubuhnya berwarna keunguan atau kebiruan dan bagian bawah tubuhnya keperakan. Banyak terdapat di perairan tropis dan perairan iklim sedang.
Ikan todak satu-satunya anggota famili Xiphiidae.


Nama ilmiahnya berasal dari paruhnya yang panjang dan tajam menyerupai pedang (Latin gladius) atau tombak. Pedang tersebut bersama dengan bentuk tubuh yang melancip memungkinkan ikan todak menyibak air dengan mudah dan lincah. Berlawanan dengan kepercayaan, pedangnya itu tidak dipakai menombak, melainkan untuk memukul untuk melukai mangsanya, untuk membuat mangsa tersebut mudah ditangkap. Untuk menangkap mangsanya, ikan todak sangat bergantung pada kecepatannya yang dapat mencapai 80 kilometer per jam serta kelincahan dalam air.Ikan ini pun di juluki ikan tercepat di laut. Satu penggunaan untuk pertahanan yang mungkin dari pedangnya adalah melindungi dirinya dari pemangsa alaminya yang sedikit. Hiu mako sirip-pendek adalah salah satu binatang laut jarang yang cukup besar dan cepat untuk mengejar dan membunuh seekor ikan todak, namun hiu itu tidak selalu menang. Kadang-kadang, saat berjuang melawan seekor hiu, seekor ikan todak dapat membunuh hiu tersebut dengan menusuknya di insang atau perut.


Todak betina lebih besar dari yang jantan, dengan jantan yang lebih berat dari 135 kg jarang ditemukan. Ikan todak betina dewasa pada umur 4-5 tahun di Pasifik barat-laut sementara jantan dewasa sekitar umur 3 sampai 4 tahun. Di Pasifik Utara, pemijahan berkelompok terjadi di air yang lebih hangat daripada 24 °C dari bulan Maret hingga Juli dan sepanjang tahun di Pasifik katulistiwa. Ikan todak dewasa mencari makan yang berupa ikan pelagis seperti tuna kecil, lemadang, barakuda, dan ikan terbang, makarel, dan juga spesies bentik seperti hake dan rockfish. Jika ada, cumi-cumi juga mangsa yang penting. Ikan todak dewasa dianggap memiliki sedikit pemangsa, sedangkan ikan todak muda sangat rentan dimangsa oleh ikan pelagis besar.


Ikan todak bukan ikan yang hidup berkelompok. Mereka berenang sendirian dan dalam pengelompokan yang berjauhan, terpisah sekitar 10 meter dari ikan todak tetangganya. Mereka sering ditemukan berjemur di permukaan, mengudarakan sirip punggung pertamanya. Penumpang kapal melaporkan hal ini sebagai pemandangan indah, seperti lompatan kuatnya yang membuat spesies ini dikenal. Lompatan ini oleh beberapa peneliti dianggap untuk melepaskan hama, seperti remora atau lamprey. Lompatan itu juga bisa menjadi cara ikan todak makan di permukaan dengan mengejutkan ikan kecil saat todak itu melompat dari air, membuat ikan kecil tersebut lebih mudah ditangkap untuk dimakan.Meskipun ikan todak termasuk hewan berdarah dingin, mereka mempunyai organ khusus dekat mata untuk menghangatkan mata dan juga otak mereka. Suhu 10 sampai 15 °C di atas suhu air sekitarnya telah diukur. Pemanasan mata meningkatkan penglihatannya, dan meningkatkan kemampuannya dalam menagkap mangsa. Dari lebih dari 25.000 spesies ikan bertulang sejati, hanya 22 yang diketahui mampu menghangatkan bagian tubuh tertentu di atas suhu air sekitarnya. Di antara ikan-ikan tersebut adalah ikan todak, marlin dan tuna.


Ikan todak makan setiap hari, seringkali pada malam hari saat mereka naik ke permukan dan air dekat permukaan untuk mencari ikan yang lebih kecil. Mereka telah diaamati bergerak melewati sekawanan ikan, menebaskan pedangnya untuk membunuh atau mengejutkan mangsanya. Di Atlantik Utara bagian barat, cumi-cumi merupakan makanannya yang populer. Ikan seperti menhaden, makerel, bluefish, silver hake, butterfish, dan hering juga merupakan makanan ikan todak.




sumber
http://nagisaariari.blogspot.com/2010_12_01_archive.html

BUDIDAYA IKAN BELUT

Seputar
BUDIDAYA IKAN BELUT
( Synbranchus )






1.SEJARAH SINGKAT
Belut merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan bentuk tubuh bulat memanjang yang hanya memiliki sirip punggung dan tubuhnya licin.

Belut suka memakan anak-anak ikan yang masih kecil. Biasanya hidup di sawah-sawah, di rawa-rawa/lumpur dan di kali-kali kecil. Di Indonesia sejak tahun 1979, belut mulai dikenal dan digemari, hingga saat ini belut banyak dibudidayakan dan menjadi salah satu komoditas ekspor.

2.SENTRA PERIKANAN
Sentra perikanan belut Internasional terpusat di Taiwan, Jepang, Hongkong, Perancis dan Malaysia. Sedangkan sentra perikanan belut di Indonesia berada di daerah yogyakarta dan di daerah Jawa Barat. Di daerah lainnya baru merupakan tempat penampungan belut-belut tangkapan dari alam atau sebagai pos penampungan.


3.JENIS
Klasifikasi belut adalah sebagai beriku
Kelas : Pisces
Subkelas : Teleostei
Ordo : Synbranchoidae
Famili : Synbranchidae
Genus : Synbranchus
Species : Synbranchus bengalensis Mc clell (belut rawa);

Monopterus albus Zuieuw (belut sawah); Macrotema caligans Cant (belut kali/laut) Jadi jenis belut ada 3 (tiga) macam yaitu belut rawa, belut sawah dan belut kali/laut. Namun demikian jenis belut yang sering dijumpai adalah jenis belut sawah.


4.MANFAAT
Manfaat dari budidaya belut adalah:
1)Sebagai penyediaan sumber protein hewani.
2)Sebagai pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
3)Sebagai obat penambah darah.


5.PERSYARATAN LOKASI
1) Secara klimatologis ikan belut tidak membutuhkan kondisi iklim dan geografis yang spesifik. Ketinggian tempat budidaya ikan belut dapat berada di dataran rendah sampai dataran tinggi. Begitu pula dengan kelembaban dan curah hujan tidak ada batasan yang spesifik.

2)Kualitas air untuk pemeliharaan belut harus bersih, tidak terlalu keruh dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik. Kondisi tanah dasar kolam tidak beracun.

3)Suhu udara/temperatur optimal untukpertumbuhan belut yaitu berkisar antara 25-31 derajat C.
4)Pada prinsipnya kondisi perairan adalah air yang harus bersih dan kaya akan osigen terutama untuk bibit/benih yang masih kecil yaitu ukuran 1-2 cm.

Sedangkan untuk perkembangan selanjutnya belut dewasa tidak memilih kualitas air dan dapat hidup di air yang keruh.



6.PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
6.1.Penyiapan Sarana dan Peralatan
1) Perlu diketahui bahwa jenis kolam budidaya ikan belut harus dibedakan antara lain: kolam induk/kolam pemijahan, kolam pendederan (untuk benih belut berukuran 1-2 cm), kolam belut remaja (untuk belut ukuran 3-5 cm) dan kolam pemeliharaan belut konsumsi (terbagi menjadi 2 tahapan yang masing-masing dibutuhkan waktu 2 bulan) yaitu untuk pemeliharaan belut ukuran 5-8 cm sampai menjadi ukuran 15-20 cm dan untuk pemeliharan belut dengan ukuran 15-20 cm sampai menjadi ukuran 30-40 cm.

2)Bangunan jenis-jenis kolam belut secara umum relatif sama hanya dibedakan oleh ukuran, kapasitas dan daya tampung belut itu sendiri.

3)Ukuran kolam induk kapasitasnya 6 ekor/m2. Untuk kolam pendederan (ukuran belut 1-2 cm) daya tampungnya 500 ekor/m2. Untuk kolam belut remaja (ukuran 2-5 cm) daya tampungnya 250 ekor/m2. Dan untuk kolam belut konsumsi tahap pertama (ukuran 5-8 cm) daya tampungnya 100 ekor/m2. Serta kolam belut konsumsi tahap kedua (ukuran 15-20cm) daya tampungnya 50 ekor/m2, hingga panjang belut pemanenan kelak berukuran
3-50 cm.

4)Pembuatan kolam belut dengan bahan bak dinding tembok/disemen dan dasar bak tidak perlu diplester.

5)Peralatan lainnya berupa media dasar kolam, sumber air yang selalu ada, alat penangkapan yang diperlukan, ember plastik dan peralatan-peralatan lainnya.

6)Media dasar kolam terdiri dari bahan-bahan organik seperti pupuk kandang, sekam padi dan jerami padi. Caranya kolam yang masih kosong untuk lapisan pertama diberi sekam padi setebal 10 cm, diatasnya ditimbun dengan pupuk kandang setebal 10 cm, lalu diatasnya lagi ditimbun dengan ikatan-ikatan merang atau jerami kering. Setelah tumpukan-tumpukan bahan organik selesai dibuat (tebal seluruhnya sekitar 30 cm), berulah air dialirkan kedalam kolam secara perlahan-lahan sampai setinggi 50cm (bahan organic + air). Dengan demikian media dasar kolam sudah selesai, tinggal media tersebut dibiarkan beberapa saat agar sampai menjadi lumpur sawah.
Setelah itu belut-belut diluncurkan ke dalam kolam.

6.2.penyiapan Bibit
1) Menyiapkan Bibit

a.anak belut yang sudah siap dipelihara secara intensif adalah yang berukuran 5-8 cm. Di pelihara selama 4 bulan dalam 2 tahapan dengan masing-masing tahapannya selama 2 bulan.
b)Bibit bisa diperoleh dari bak/kolam pembibitan atau bias juga bibit diperoleh dari sarang-sarang bibit yang ada di alam.

c.Pemilihan bibit bisa diperoleh dari kolam peternakan atau pemijahan.
Biasanya belut yang dipijahkan adalah belut betina berukuran ± 30 cm dan belut jantan berukuran ± 40 cm.

d.Pemijahan dilakukan di kolam pemijahan dengan kapasitas satu ekor pejantan dengan dua ekor betina untuk kolam seluas 1 m2.

Waktu pemijahan kira-kira berlangsung 10 hari baru telur-telur ikan belut menetas. Dan setelah menetas umur 5-8 hari dengan ukuran anak belut berkisar 1,5¬2,5 cm. Dalam ukuran ini belut segera diambil untuk ditempatkan di kolam pendederan calon benih/calon bibit. Anak belut dengan ukuran sedemikian tersebut diatas segera ditempatkan di kolam pendederan calon bibit selama ± 1 (satu) bulan sampai anak belut tersebut berukuran 5-8 cm. Dengan ukuran ini anak belut sudah bisa diperlihara dalam kolam belut untuk konsumsi selama dua bulan atau empat bulan.

2) Perlakuan dan Perawatan Bibit Dari hasil pemijahan anak belut ditampung di kolam pendederan calon benih selama 1 bulan. Dalam hal ini benih diperlakukan dengan secermat mungkin agar tidak banyak yang hilang. Dengan perairan yang bersih dan lebih baik lagi apabila di air yang mengalir.

6.3. Pemeliharaan Pembesaran
1) Pemupukan Jerami yang sudah lapuk diperlukan untuk membentuk pelumpuran yang subur dan pupuk kandang juga diperlukan sebagai salah satu bahan organic utama.

2)Pemberian Pakan Bila diperlukan bisa diberi makanan tambahan berupa cacing, kecoa, ulat besar(belatung) yang diberikan setiap 10 hari sekali.

3)Pemberian Vaksinasi
4)Pemeliharaan Kolam dan Tambak

Yang perlu diperhatikan pada pemeliharaan belut adalah menjaga kolam agar tidak ada gangguan dari luar dan dalam kolam tidak beracun.


7.HAMA DAN PENYAKIT
7.1.Hama
1)Hama pada belut adalah binatang tingkat tinggi yang langsung mengganggu kehidupan belut.

2)Di alam bebas dan di kolam terbuka, hama yang sering menyerang belut antara lain: berang-berang, ular, katak, burung, serangga, nmusang air dan ikan gabus.

3)Di pekarangan, terutama yang ada di perkotaan, hama yang sering menyerang hanya katak dan kucing. Pemeliharaan belut secara intensif tidak banyak diserang hama.

7.2. Penyakit
Penyakit yang umum menyerang adalah penyakit yang disebabkan oleh organisme tingkat rendah seperti virus, bakteri, jamur, dan protozoa yang
berukuran kecil.


8.PANEN
Pemanenan belut berupa 2 jenis yaitu :
1)Berupa benih/bibit yang dijual untuk diternak/dibudidayakan.
2)Berupa hasil akhir pemeliharaan belut yang siap dijual untuk konsumsi (besarnya/panjangnya sesuai dengan permintaan pasar/konsumen).

Cara Penangkapan belut sama seperti menangkap ikan lainnya dengan peralatan antara lain: bubu/posong, jaring/jala bermata lembut,dengan pancing atau kail dan pengeringan air kolam sehingga belut tinggal diambil saja.


9.PASCAPANEN
Pada pemeliharaan belut secara komersial dan dalam jumlah yang besar,penanganan pasca panen perlu mendapat perhatian yang serius. Hal ini agar belut dapat diterima oleh konsumen dalam kualitas yang baik, sehingga mempunyai jaringan pemasaran yang luas



10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA
10.1.Analisis Usaha Budidaya Perkiraan analisis budidaya belut selama 3 bulan di daerah Jawa Barat pada tahun 1999 adalah sebagai berikut:


1) Biaya Produksi
a.pembuatan kolam tanah 2 x 3 x 1, 4 HOK @ Rp.7.000,- Rp. 28.000,-
b.Bibit 3.000 ekor x @ Rp. 750,- Rp. 225.000,-
c.Makanan tambahan (daging kelinci 3 ekor) @ Rp.15.000,-Rp. 45.000,-
d.Lain-lain Rp. 30.000,-
Jumlah Biaya Produksi Rp. 328.000,-

2) Pendapatan: 3000 ekor = 300 kg x @ Rp. 2.500,- = Rp. 750.000,-
3) Keuntungan Rp. 422.000,-
4) Parameter Kelayakan Usaha 2,28

10.2.Gambaran Peluang Agribisnis
Budidaya ikan belut, baik dalam bentuk pembenihan maupun pembesaran mempunyai prospek yang cukup baik. Permintaan konsumen akan keberadaan ikan belut semakin meningkat. Dengan teknik pemeliharaan yang baik, maka akan diperoleh hasil budidaya yang memuaskan dan diminati konsumen.

DAFTAR PUSTAKA
1) Satwono, B. 1999. Budidaya Belut dan Tidar. Penerbit Penebar Swadaya (Anggota IKAPI). Jakarta.
2) Ronni Hendrik S. 1999. Budidaya Belut. Penerbit Bhratara, Jakarta

Sumber :
Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, Bappenas

Wednesday, 23 March 2011

MEWUJUDKAN KONSEP MINA KERA MELALUI KOLAM TERPAL

MEWUJUDKAN KONSEP MINA KERA
MELALUI KOLAM TERPAL

gbr

Setelah sepintas membaca judul tulisan di atas mungkin ada diantara Anda yang menjadi penasaran dan ingin mengetahui lebih jauh tentang Mina Kera. Barangkali yang pertama terbersit dalam benak Anda adalah sederet pertanyaan; Apa sih Mina Kera itu? Apakah ada hubungan antara Mina (ikan) dan Kera? Apa pentingnya mengkaitkan keduanya? Seperti apa konsep Mina Kera? Apa kaitannya dengan kolam terpal ? atau bahkan mungkin ada juga yang sempat bertanya; Apakah judul tersebut tidak salah tulis ?


Jika kemudian Anda mencoba mengaitkan arti harfiah masing-masing kata 'Mina' dan 'Kera' dan ternyata masih belum mendapatkan gambaran tentang makna penggabungan kedua kata tersebut maka uraian singkat berikut ini semoga dapat menjadi jawabannya.


ARTI MINA KERA

Mina atau mino (dalam bahasa Jawa) sendiri dapat berarti ikan atau perikanan dan dapat juga diartikan budidaya perikanan dalam pengertian yang lebih luas. Kata mina ini cukup sering digunakan sebagai nama atau bagian dari nama suatu kelompok budidaya perikanan yang sering dijumpai pada daerah-daerah dimana terdapat sentra-sentra perikanan. Penggunaan kata 'mina' atau 'mino' pada nama-nama seperti; 'Mina Makmur', 'Mina Lestari', 'Mina Sejahtera' atau juga 'Pandan Mino' maupun 'Argomino' misalnya, menunjukkan identitas atau ciri bagi suatu kegiatan usaha yang bergerak di bidang perikanan terutama perikanan budidaya, baik yang berskala kecil, menengah maupun besar (industri). Sedangkan kata 'Kera' yang dimaksud disini bukanlah merujuk pada satu jenis mamalia yang merupakan kerabat terdekat manusia melainkan hanyalah merupakan singkatan dari kata kebun dan rakyat. Makna kata kebun sendiri tidak harus selalu diartikan sebagai lahan luas tempat memelihara berbagai jenis tanaman seperti yang sering ditemui di wilayah pedesaan, namun pekarangan (halaman) di sekitar rumah pun termasuk dalam pengertian kata kebun ini walau dengan areal lahan yang lebih sempit. Secara umum Mina Kera dapat diartikan sebagai kegiatan memelihara ikan di kebun atau di halaman sekitar rumah yang dapat dilaksanakan oleh warga masyarakat secara swadaya baik perorangan maupun berkelompok.


KONSEP MINA KERA

Sesuai dengan namanya Mina Kebun Rakyat terlahir sebagai suatu konsep pemberdayaan ekonomi masyarakat pedesaan dengan mengoptimalkan potensi lahan sekitar menjadi lebih produktif melalui usaha budidaya perikanan dalam skala mikro (rumah tangga) yang mampu dilaksanakan secara swadaya (mandiri) oleh warga masyarakat sehingga dapat memberi kontribusi nyata bagi peningkatan pendapatan (income) keluarga yang pada akhirnya berdampak positip terhadap peningkatan kesejahteraan warga. Melalui konsep Mina Kera, masyarakat diajak berperan aktif dalam meningkatkan produktifitas lahan sekitar melalui budidaya perikanan dengan menerapkan pola budidaya yang berkelanjutan dan teknologi tepat guna dengan tetap mengedepankan faktor keseimbangan dan kelestarian lingkungan sekitar




UPAYA MEWUJUDKAN KONSEP MINA KERA
Awalnya memang tidak mudah mengajak warga setempat untuk turut berperan aktif mengembangkan usaha budidaya perikanan di atas lahan perbukitan yang tergolong tandus ini. Upaya sosialisasi yang semula dilakukan oleh pokdakan Argomino dibawah pimpinan Bpk. Suhardi (yang lebih akrab disapa 'Pak Hardi') ternyata kurang mendapat sambutan dari masyarakat. Keengganan sebagian besar warga masyarakat saat itu lebih didasarkan pada keraguan akan keberhasilan usaha budidaya ini mengingat faktor alam sekitar yang dinilai kurang mendukung. Hal ini memang cukup beralasan mengingat pemahaman anggota masyarakat pada umumnya adalah bahwa usaha perikanan hanya mungkin dikembangkan pada daerah-daerah dimana ketersediaan air baku yang memenuhi persyaratan budidaya perikanan relatif mudah diperoleh dan tersedia dalam jumlah yang mencukupi sepanjang tahun.


Sebagian besar kawasan perbukitan di wilayah Kecamatan Nanggulan memang tergolong lahan tandus yang kurang produktif. Selain karena kondisi tanahnya yang banyak mengandung kapur, ketersediaan air yang sangat diperlukan dalam kegiatan bercocok tanam boleh dibilang sangat terbatas. Para petani hanya mengandalkan tampungan air hujan yang tak seberapa untuk merawat tanaman di ladang mereka. Dalam berkebun pun warga setempat pada umumnya cenderung memilih jenis tanaman buah atau tanaman pangan lainnya yang tidak banyak membutuhkan air dalam pemeliharaannya. Kurangnya sumber air tampaknya menjadi faktor utama penyebab rendahnya produktifitas tanaman perkebunan setempat. Upaya budidaya tanaman buah yang bernilai ekonomi tinggi pun tak dapat berkembang karena sulitnya mendapatkan sumber-sumber air permukaan maupun air tanah yang sangat diperlukan dalam pemeliharaan tanaman. Tak heran jika pemandangan yang lazim terlihat di kawasan ini beberapa tahun lalu hanyalah berupa kampung-kampung warga yang tersebar diantara hamparan ladang dan kebun-kebun penduduk di sekitar lereng-lereng perbukitan yang kering dan tandus.

Seperti halnya di desa-desa lain disekitarnya, di desa Tanjungharjo ini pun jarang sekali ditemui adanya sumur, baik sumur tradisional maupun sumur bor. Hal ini disebabkan tidak semua tempat di kawasan perbukitan ini memiliki cadangan air bawah tanah dalam jumlah yang memadai. Pada beberapa lokasi yang memungkinkan untuk dibuat sumur pun sering didapati muka air tanahnya terletak jauh di kedalaman lebih dari 25 meter. Walau di musim penghujan sekalipun, volume air tanah yang bisa dimanfaatkan tetaplah terbatas. Terlebih lagi disaat musim kemarau, sumur pun menjadi kering dan praktis tak dapat digunakan. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih sehari-hari, sebagian besar warga lebih mengandalkan tempat-tempat penampungan air hujan, baik yang dibangun secara swadaya maupun yang telah dibangun oleh Pemerintah Daerah setempat pada beberapa titik lokasi di sekitar perkampungan penduduk.


Jika hanya dilihat dari aspek geografi dan topografi semata, maka wajar bila kawasan perbukitan Nanggulan yang kering ini dapat dikatakan jauh dari kondisi ideal untuk pengembangan usaha budidaya perikanan. Namun kondisi alam yang demikian ternyata tidak menyurutkan tekad dan semangat rekan-rekan yang tergabung dalam pokdakan Argomino dalam upaya mengembangkan potensi lahan yang kurang subur menjadi lahan yang lebih produktif melalui budidaya perikanan. Bermula dari beberapa kolam ikan yang dibuat dengan menggunakan bahan terpal, kini lebih dari 300-an kolam sejenis telah berhasil dikembangkan. Hampir di setiap kebun penduduk terdapat kolam-kolam terpal dalam berbagai bentuk dan ukuran. Rata-rata setiap keluarga memiliki 2 sampai 3 kolam ikan sesuai dengan kemampuan pengelolaan dan luas lahan (kebun) yang dimiliki. Umumnya kolam-kolam terpal ini digunakan untuk pembibitan ikan gurame sementara sebagian warga lainnya lebih memilih usaha pembesaran ikan gurame hingga mencapai ukuran konsumsi.



PERKEMBANGAN KOLAM TERPAL

Antusias masyarakat dalam kegiatan budidaya perikanan tampak semakin meningkat beberapa tahun terakhir ini. Pemanfaatan bahan terpal sebagai media pemeliharaan (kolam) ikan terbukti dapat menjadi solusi yang tepat bagi warga masyarakat yang berada pada daerah-daerah yang memiliki akses terbatas terhadap ketersediaan air baku, baik yang berasal dari aliran air irigasi, air permukaan (danau, sungai atau kali), air sumur ataupun sumber-sumber air lainnya. Saat ini kegiatan memelihara ikan di kolam terpal telah menjadi pemandangan yang lazim ditemui di berbagai tempat di wilayah Kab. Kulon Progo dan sekitarnya. Tidak saja di areal persawahan tetapi juga di wilayah pesisir pantai, kawasan perbukitan, kebun-kebun warga hingga pekarangan (halaman) di sekitar rumah penduduk.


Walau pada awalnya konsep Mina Kera lebih diperuntukkan bagi warga masyarakat pedesaan yang berada di wilayah perbukitan dimana ketersediaan air baku, baik yang berasal dari sistem pengairan teknis maupun sumber-sumber alami lainnya sangat terbatas, namun dalam kenyataannya konsep Mina Kera dapat pula diterapkan pada kawasan pesisir dan wilayah dataran rendah lainnya seperti pada lahan-lahan marginal dan kawasan pinggiran kota. Dengan memanfaatkan bahan terpal (tarpaulin) sebagai media pemeliharaan ikan, warga masyarakat yang memiliki lahan terbatas pun kini dapat turut serta mengembangkan budidaya perikanan, baik sebagai kegiatan pokok maupun usaha sampingan dalam upaya mendapatkan penghasilan (income) tambahan bagi peningkatan kesejahteraan keluarga.


sumber;
http://ikankolamterpal.blogspot.com/2010/03/mewujudkan-konsep-mina-kera-melalui.html#more