Monday, 29 August 2011

DUA MENTERI LEPAS PENYULUH PENDAMPING KUR

Untuk mendukung percepatan program unggulan kelautan dan perikanan yang pro rakyat, salah satunya adalah percepatan penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menggelar Apel Siaga bagi Penyuluh Perikanan Tenaga Kontrak (PPTK)
pendamping program KUR, hari ini (23/8), bertempat di Ballroom Kantor Pusat KKP, Jakarta Pusat. Penyerahan simbolis kepada para penyuluh dilakukan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan, Fadel Muhammad, dan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Hatta Rajasa.


Pendampingan KUR ini merupakan salah satu upaya KKP, di samping pemberian bantuan beasiswa pendidikan dan pengembangan Pusat Pelatihan Mandiri Kelautan dan Perikanan (P2MKP), dalam rangka memfasilitasi dan mempersiapkan SDM yang kompeten dengan memberikan pembekalan dan peningkatan pengetahuan yang memadai bagi pelaku utama dan pelaku usaha di sektor kelautan dan perikanan, termasuk bagi keluarganya. Pendampingan penyuluh dalam bentuk identifikasi dan penumbuhan kelompok para pelaku utama dan usaha sektor kelautan dan perikanan di daerah dilakukan guna mendorong penyerapan KUR.”Dalam kerangka pendampingan inilah pada hari ini kita bersyukur dapat melepas 300 orang PPTK. Salah satu tugas utama mereka adalah mendampingi dan mendorong penyerapan KUR oleh kelompok usaha kelautan dan perikanan di daerah,” ucap Fadel dalam sambutannya.

Lebih lanjut Fadel menyebut bahwa, penyuluhan kelautan dan perikanan merupakan bagian yang sangat penting dalam peningkatan kualitas sumberdaya manusia kelautan dan perikanan. Kehadiran penyuluhan akan selalu berupaya meningkatkan dan memastikan keberhasilan pengejawantahan wawasan, pengetahuan dan keterampilan dalam bidang kelautan dan perikanan untuk pengembangan usaha di bidang perikanan yang telah dilakukan melaui pendidikan dan pelatihan kelautan dan perikanan. Berkaitan dengan hal tersebut sinergitas penyelenggaraan penyuluhan antara pemerintah pusat, pemerintah daerah dan stakeholder sangat diperlukan.

Untuk mendukung hal tersebut, pada acara ini juga dilakukan penandatanganan Kesepakatan Bersama antara Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BPSDM KP) dengan sembilan Pemerintah Kabupaten yang salah satu ruang lingkupnya mengenai pendampingan identifikasi dan penumbuhan kelompok usaha para pelaku utama di bidang kelautan dan perikanan untuk merealisasikan adanya sinergitas positif antara KKP dengan Pemda dalam hal pelaksanaan pendampingan KUR. Penandatanganan kerja sama tersebut dilakukan oleh Kepala BPSDM KP, Sjarief Widjaja dengan sembilan Bupati, yaitu Bupati Parigi Moutong (Sulawesi Tengah), Bupati Pangkep (Sulawesi Selatan), Bupati MukoMuko (Bengkulu), Bupati Ngada (Nusa Tenggara Timur), Bupati Batubara (Sumatera Utara), Bupati Kepulauan Selayar (Sulawesi Selatan), dan Bupati Timor Tengah Selatan (Nusa Tenggara Timur), Bupati Halmahera Timur (Maluku Utara), dan Bupati Ogan Kumering Ilir (Sumatera Selatan).

Sinergitas dalam bentuk kerja sama antara Pemerintah, dalam hal ini KKP, dengan pihak perbankan, yaitu PT. BNI (Persero) Tbk, dan Pemerintah Daerah dalam pembangunan kelautan dan perikanan dikembangkan dengan tujuan untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya alam. Penyampaian KUR yang difasilitasi BNI kurang lebih sebesar Rp 1,3 trilyun, hingga saat ini baru dapat terserap sekitar Rp 500 milyar sehingga perlu dilakukan terobosan melalui peran penyuluh guna mempercepat penyalurannya. Kerja sama yang dilakukan ini adalah dalam rangka pemberdayaan sumber daya kelautan dan perikanan guna terwujudnya pembangunan yang berwawasan lingkungan, yang meliputi peningkatan kualitas SDM, pendampingan peningkatan produksi kelautan dan perikanan, serta pendampingan penerapan penelitian dan uji coba paket teknologi di bidang kelautan dan perikanan dalam rangka kegiatan-kegiatan yang telah dijalin ini diharapkan saling melengkapi dan mengarah pada tercapainya tujuan pembangunan kelautan dan perikanan.

Kerja sama fasilitasi KUR oleh BNI ini ditujukan agar masyarakat mendapat kemudahan akses perbankan, mendapat bunga rendah, serta diusahakan mendapat paket pinjaman tanpa anggunan, sehingga masyarakat pun dapat mengembalikan pinjaman kreditnya sesuai dengan kewajibannya. Untuk itu diperlukan peran penyuluh sebagai fasilitator antara perbankan dan masyarakat, yaitu untuk memberi penjelasan, mempermudah, dan memperlancar akses layanan program KUR kepada masyarakat.

Berdasarkan data hingga 25 Juli 2011, jumlah tenaga penyuluh perikanan adalah sebanyak 3.126 orang, terdiri dari 2.171 orang penyuluh PNS, 385 penyuluh yang tengah melakukan proses impassing dan 570 orang PPTK. Jumlah PPTK kini ditambah pendamping KUR sebanyak 300 orang menjadi 870, sehingga total penyuluh menjadi 3.426 orang. Sementara itu, kebutuhan penyuluh  hingga tahun 2014 adalah sebanyak 15.350 orang tenaga penyuluh perikanan. Untuk tahun 2012, KKP mengajukan tambahan formasi sebanyak 1.500 penyuluh perikanan. Kehadiran penyuluh perikanan diperlukan untuk mendukung pelaksanaan program Minapolitan sehingga visi Indonesia sebagai negara penghasil produk kelautan dan perikanan terbesar tahun 2015 dapat diwujudkan, termasuk diantaranya adalah percepatan dalam penyerapan KUR oleh pelaku usaha perikanan melalui kehadiran tenaga penyuluh.

Pada akhir acara Apel Siaga, usai penyerahan simbolis berupa Surat Keputusan penetapan dan materi pendampingan KUR serta penyerahan Kredit Usaha Rakyat kepada 3 (tiga) unit usaha kecil antara Rp. 200 juta hingga Rp. 500 juta, para penyuluh tersebut diberangkatkan ke lokasi penempatan dengan dilepas oleh Menteri Kelautan dan Perikanan, Menko Perekonomian, Direktur Utama Bank Indonesia, dan Direktur Utama BNI. Apel Siaga ini dimaksudkan untuk dapat menyatukan hati dan pikiran untuk menyelaraskan gerak langkah mensukseskan program-program Pemerintah dan melaksanakan amanah masyarakat. Dukungan dan komitmen para penyuluh perikanan tenaga kontrak diperlukan untuk mengawal, mempercepat penyampaian dan mensukseskan program KUR.



Jakarta, 23 Agustus  2011
Kepala Pusat Data, Statistik, dan Informasi

 

 

Dr. Ir. Yulistyo Mudho, M. Sc                                                            

Narasumber:
  1. Ir. Sjarief Widjaja, Ph.D., FRINA
    Kepala Badan Pengembangan SDMKP (HP. 08111991920)
  2. Dr.Ir.  Yulistyo Mudho, M.Sc
    Kepala Pusat Data Statistik dan Informasi (HP. 0811836967)


sumber: http://www.kkp.go.id/index.php/arsip/c/6045/DUA-MENTERI-LEPAS-PENYULUH-PENDAMPING-KUR/
Siaran Pers


DUA MENTERI LEPAS PENYULUH PENDAMPING KUR 24/08/2011 - Kategori : Siaran Pers
No. B.106/PDSI/HM.310/VIII/2011

Sunday, 28 August 2011

Sejarah Agama Islam


Quantcast
Islam bermula pada tahun 622 apabila wahyu pertama diturunkan kepada rasul yang terakhir iaitu Muhammad bin Abdullah di Gua Hira’, Arab Saudi. Sejarah Islam menceritakan perkembangan Islam sehinggalah sekarang.

Islam muncul di Semenanjung Arab pada kurun ke-7 masihi apabila Nabi Muhammad s.a.w. mendapat wahyu daripada Allah s.w.t. Selepas wafatnya Rasullullah s.a.w. kerajaan Islam berkembang sejauh Lautan Atlantik di Barat dan Asia Tengah di Timur. Lama-kelamaan umat Islam berpecah dan terdapat banyak kerajaan-kerajaan Islam lain yang muncul.
Walau bagaimanapun, kemunculan kerajaan-kerajaan Islam seperti kerajaan Umaiyyah, kerajaan Abbasiyyah, kerajaan Seljuk Turki Seljuk, kerajaan Uthmaniyyah Turki Uthmaniyyah, Empayar Moghul India, dan Kesultanan Melaka telah menjadi antara empayar yang terkuat dan terbesar di dunia. Tempat pembelajaran ilmu yang hebat telah mewujudkan satu Tamadun Islam yang agung. Banyak ahli-ahli sains, ahli-ahli falsafah dan sebagainya muncul dari negeri-negeri Islam terutamanya pada Zaman Keemasan Islam.
Pada kurun ke-18 dan ke-19 masihi, banyak kawasan-kawasan Islam jatuh ke tangan penjajah Eropah. Selepas Perang Dunia I, Empayar Turki Uthmaniyyah iaitu empayar Islam terakhir tumbang menyembah bumi.

Masa sebelum kedatangan Islam
Jazirah Arab sebelum kedatangan agama Islam merupakan sebuah kawasan perlintasan perdagangan dalam Jalan Sutera yang menjadikan satu antara Indo Eropa dengan kawasan Asia di timur. Kebanyakan orang Arab merupakan penyembah berhala dan ada sebagian yang merupakan pengikut agama-agama Kristen dan Yahudi. Mekkah adalah tempat yang suci bagi bangsa Arab ketika itu, karena di sana terdapat berhala-berhala agama mereka, telaga Zamzam, dan yang terpenting adalah Ka’bah. Masyarakat ini disebut pula Jahiliyah atau dalam artian lain bodoh. Bodoh disini bukan dalam intelegensianya namun dalam pemikiran moral. Warga Quraisy terkenal dengan masyarakat yang suka berpuisi. Mereka menjadikan puisi sebagai salah satu hiburan disaat berkumpul di tempat-tempat ramai.

Masa awal
Negara-negara dengan populasi Muslim mencapai 10% (hijau dengan dominan sunni, merah dengan dominan syi’ah) (Sumber – CIA World Factbook, 2004).
Islam bermula pada tahun 611 ketika wahyu pertama diturunkan kepada rasul yang terakhir yaitu Muhammad bin Abdullah di Gua Hira’, Arab Saudi.
Muhammad dilahirkan di Mekkah pada tanggal 12 Rabiul Awal Tahun Gajah (571 masehi). Ia dilahirkan ditengah-tengah suku Quraish pada zaman jahiliyah, dalam kehidupan suku-suku padang pasir yang suka berperang dan menyembah berhala. Muhammad dilahirkan dalam keadaan yatim, sebab ayahnya Abdullah wafat ketika ia masih berada di dalam kandungan. Pada saat usianya masih 6 tahun, ibunya Aminah meninggal dunia. Sepeninggalan ibunya, Muhammad dibesarkan oleh kakeknya Abdul Muthalib dan dilanjutkan oleh pamannya yaitu Abu Talib. Muhammad kemudian menikah dengan seorang janda bernama Siti Khadijah dan menjalani kehidupan secara sederhana.
Ketika Muhammad berusia 40 tahun, ia mulai mendapatkan wahyu yang disampaikan Malaikat Jibril, dan sesudahnya selama beberapa waktu mulai mengajarkan ajaran Islam secara tertutup kepada para sahabatnya. Setelah tiga tahun menyebarkan Islam secara sembunyi-sembunyi, akhirnya ajaran Islam kemudian juga disampaikan secara terbuka kepada seluruh penduduk Mekkah, yang mana sebagian menerima dan sebagian lainnya menentangnya.
Pada tahun 622 masehi, Muhammad dan pengikutnya berpindah ke Madinah. Peristiwa ini disebut Hijrah, dan semenjak peristiwa itulah dasar permulaan perhitungan kalender Islam. Di Madinah, Muhammad dapat menyatukan orang-orang anshar (kaum muslimin dari Madinah) dan muhajirin (kaum muslimin dari Mekkah), sehingga semakin kuatlah umat Islam. Dalam setiap peperangan yang dilakukan melawan orang-orang kafir, umat Islam selalu mendapatkan kemenangan. Dalam fase awal ini, tak terhindarkan terjadinya perang antara Mekkah dan Madinah.
Keunggulan diplomasi nabi Muhammad SAW pada saat perjanjian Hudaibiyah, menyebabkan umat Islam memasuki fase yang sangat menentukan. Banyak penduduk Mekkah yang sebelumnya menjadi musuh kemudian berbalik memeluk Islam, sehingga ketika penaklukan kota Mekkah oleh umat Islam tidak terjadi pertumpahan darah. Ketika Muhammad wafat, hampir seluruh Jazirah Arab telah memeluk agama Islam.

Khalifah Rasyidin
Khalifah Rasyidin atau Khulafaur Rasyidin memilki arti pemimpin yang baik diawali dengan kepemimpinan Abu Bakar, dan dilanjutkan oleh kepemimpinan Umar bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abu Thalib. Pada masa ini umat Islam mencapai kestabilan politik dan ekonomi. Abu Bakar memperkuat dasar-dasar kenegaraan umat Islam dan mengatasi pemberontakan beberapa suku-suku Arab yang terjadi setelah meninggalnya Muhammad. Umar bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abu Thalib berhasil memimpin balatentara dan kaum Muslimin pada umumnya untuk mendakwahkan Islam, terutama ke Syam, Mesir, dan Irak. Dengan takluknya negeri-negeri tersebut, banyak harta rampasan perang dan wilayah kekuasaan yang dapat diraih oleh umat Islam.

Masa kekhalifahan selanjutnya
Setelah periode Khalifah Rasyidin, kepemimpinan umat Islam berganti dari tangan ke tangan dengan pemimpinnya yang juga disebut “khalifah”, atau kadang-kadang “amirul mukminin”, “sultan”, dan sebagainya. Pada periode ini khalifah tidak lagi ditentukan berdasarkan orang yang terbaik di kalangan umat Islam, melainkan secara turun-temurun dalam satu dinasti (bahasa Arab: bani) sehingga banyak yang menyamakannya dengan kerajaan; misalnya kekhalifahan Bani Umayyah, Bani Abbasiyyah, hingga Bani Utsmaniyyah.
Besarnya kekuasaan kekhalifahan Islam telah menjadikannya salah satu kekuatan politik yang terkuat dan terbesar di dunia pada saat itu. Timbulnya tempat-tempat pembelajaran ilmu-ilmu agama, filsafat, sains, dan tata bahasa Arab di berbagai wilayah dunia Islam telah mewujudkan satu kontinuitas kebudayaan Islam yang agung. Banyak ahli-ahli ilmu pengetahuan bermunculan dari berbagai negeri-negeri Islam, terutamanya pada zaman keemasan Islam sekitar abad ke-7 sampai abad ke-13 masehi.
Luasnya wilayah penyebaran agama Islam dan terpecahnya kekuasaan kekhalifahan yang sudah dimulai sejak abad ke-8, menyebabkan munculnya berbagai otoritas-otoritas kekuasaan terpisah yang berbentuk “kesultanan”; misalnya Kesultanan Safawi, Kesultanan Turki Seljuk, Kesultanan Mughal, Kesultanan Samudera Pasai dan Kesultanan Malaka, yang telah menjadi kesultanan-kesultanan yang memiliki kekuasaan yang kuat dan terkenal di dunia. Meskipun memiliki kekuasaan terpisah, kesultanan-kesultanan tersebut secara nominal masih menghormati dan menganggap diri mereka bagian dari kekhalifahan Islam.
Pada kurun ke-18 dan ke-19 masehi, banyak kawasan-kawasan Islam jatuh ke tangan penjajah Eropa. Kesultanan Utsmaniyyah (Kerajaan Ottoman) yang secara nominal dianggap sebagai kekhalifahan Islam terakhir, akhirnya tumbang selepas Perang Dunia I. Kerajaan ottoman pada saat itu dipimpin oleh Sultan Muhammad V. Karena dianggap kurang tegas oleh kaum pemuda Turki yang di pimpin oleh mustafa kemal pasha atau kemal attaturk, sistem kerajaan dirombak dan diganti menjadi republik.

Perkembangan Islam
  • 632M- Kewafatan Nabi Muhammad s.a.w. Saidina Abu Bakar dilantik menjadi khalifah. Usamah ibn Zaid mengetuai ekspedisi ke Syria. Kempen menentang kumpulan Murtad iaitu Bani Tamim dan Musailamah al-Kazzab.
  • 633M- Pengumpulan Al Quran bermula.
  • 634M- Kewafatan Saidina Abu Bakar. Saidina Umar Al-Khatab dilantik menjadi khalifah. Penaklukan Damsyik dan seterusnya kempen meluaskan jajahan Islam di Tanah Parsi
  • 635M- Penawanan Madain, ibukota Empayar Parsi Sassanid.
  • 636M- Penaklukan Syria, Mesopotamia, dan Palestin.
  • 637M- Mesir ditawan.
  • 638M- Penawanan Baitulmuqaddis oleh tentera Islam.
  • 640M- Kerajaan Islam Madinah mula membuat duit syiling Islam.
  • 644M- Saidina Umar mati syahid akibat dibunuh. Saidina Uthman Affan menjadi khalifah.
  • 645M- Kempen di Afrika Utara. Cyprus ditakluk.
  • 646M- Kempen menentang Byzantine.
  • 647M- Angkatan Tentera Laut Islam ditubuhkan & diketuai oleh Muawiyah Abu Sufyan. Perang di laut menentang angkatan laut Byzantine. Empayar Parsi Sassanid ditumpaskan.
  • 648M- Pemberontakan menentang pemerintahan Saidina Uthman.
  • 656M- Saidina Uthman wafat akibat dibunuh. Saidina Ali Abi Talib dilantik menjadi khalifah. Terjadinya Perang Jamal.
  • 657M- Saidina Ali memindahkan pusat pemerintahan daripada Madinah ke Kufah. Perang Siffin meletus.
  • 659M- Saidina Ali menawan kembali Hijaz dan Yaman daripada Muawiyah. Muawiyah mengisytiharkan dirinya sebagai khalifah Damsyik.
  • 661M- Saidina Ali wafat dibunuh. Tamatnya pemerintahan Khulafa al-Rasyidin. Saidina Hasan (Cucu Rasulullah S.a.w) kemudian diangkat sebagai Khalifah ke-5 Umat Islam menggantikan Saidina Ali.
  • 661M- Setelah sekitar 6 bulan Khalifah Saidina Hasan memerintah, 2 kelompok besar pasukan Islam yaitu Pasukan Khalifah Saidina Hasan di Kufah dan pasukan Muawiyah di Damsyik telah siap untuk memulai suatu pertempuran besar. Ketika pertempuran hendak pecah, Muawiyah kemudian menawarkan rancangan perdamaian kepada Khalifah Hasan yang kemudian dengan pertimbangan persatuan Umat Islam, rancangan perdamaian Muawiyah ini diterima secara bersyarat oleh Khalifah Saidina Hasan dengan kekuasaan Kekhalifahan diserahkan oleh Khalifah Hasan kepada Muawiyah. Tahun itu kemudian dikenal dengan nama Tahun Perdamaian/Persatuan Umat (Am Jamaah) dalam sejarah Umat Islam. Sejak saat itu Muawiyah menjadi Khalifah Umat Islam yang kemudian dilanjutkannya dengan sistem Kerajaan Islam yang pertama yaitu pergantian pemimpin (Raja Islam) yang dilakukan secara turun temurun (Daulah Umayyah) dari Daulah Umayyah ini kemudian berlanjut kepada Kerajaan-Kerajaan Islam selanjutnya seperti Daulah Abbasiyah, Fatimiyyah, Usmaniyah dll.
Kerajaan Bani Ummaiyyah
  • 661M- Muawiyah menjadi khalifah dan mengasaskan Kerajaan Bani Ummaiyyah.
  • 670M- Mara ke Afrika Utara. Penaklukan Kabul.
  • 677M- Penawanan Samarkand dan Tirmiz. Serangan ke atas Constantinople.
  • 680M- Kematian Muawiyah. Yazid I menaiki takhta. Peristiwa pembunuhan Saidina Hussein.
  • 685M- Khalifah Abdul Malik menjadikan Bahasa Arab sebagai bahasa rasmi kerajaan.
  • 700M- Kempen menentang kaum Barbar di Afrika Utara.
  • 711M- Penaklukan Sepanyol, Sind, dan Transoxiana.
  • 712M- Tentera Ummaiyyah mara ke Sepanyol, Sind, dan Transoxiana.
  • 713M- Penaklukan Multan.
  • 716M- Serangan ke atas Constantinople.
  • 717M- Umar bin Abdul Aziz menjadi khalifah. Pembaharuan yang hebat dijalankan.
  • 725M- Tentera Islam menawan Nimes di Perancis.
  • 749M- Kekalahan tentera Ummaiyyah di Kufah, Iraq ditangan tentera Abbasiyyah.
  • 750M- Damsyik ditawan oleh tentera Abbasiyyah. Kejatuhan Kerajaan Bani Ummaiyyah.

Kerajaan Bani Abbasiyyah
  • 752M- Bermulanya Kerajaan Bani Abbasiyyah.
  • 755M- Pemberontakan Abdullah bin Ali. Pembunuhan Abu Muslim.
  • 756M- Abd ar-Rahman I mengasaskan Kerajaan Bani [[Ummaiyyah Sepanyol.
  • 763M- Penubuhan kota Baghdad. Kekalahan tentera Abbasiyyah di Sepanyol.
  • 786M- Harun al-Rashid menjadi Khalifah.
  • 792M- Serangan ke atas selatan Perancis.
  • 800M- Kaedah sainstifik dicipta. Algebra dicipta oleh Al-Khawarizmi.
  • 805M- Kempen menentang Byzantine. Penawanan Pulau Rhodes dan Cyprus.
  • 809M- Kewafatan Harun al-Rashid. Al-Amin dilantik menjadi khalifah.
  • 814M- Perang saudara di antara Al-Amin dan Al-Ma’mun. Al-Amin terbunuh dan Al-Ma’mun menjadi khalifah.
  • 1000M- Masjid Besar Cordoba siap dibina.
  • 1005M- Multan dan Ghur ditawan.
  • 1055M- Baghdad ditawan oleh tentera Turki Seljuk. Pemerintahan Abbasiyyah-Seljuk bermula, yang kekal sehingga tahun 1258 apabila tentera Mongol memusnahkan Baghdad.
  • 1085M- Tentera Kristian tawan Toledo (di Sepanyol).
  • 1091M- Bangsa Norman tawan Sicily, pemerintahan Muslim di sana tamat.
  • 1095M- Perang Salib pertama berlaku.
  • 1099M- Tentera Salib tawan Baitulmuqaddis. Mereka membunuh semua penduduknya.
  • 1144M- Nuruddin Zengi tawan Edessa daripada tentera Kristian. Perang Salib kedua berlaku.
  • 1187M- Salahuddin Al-Ayubbi tawan Baitulmuqaddis daripada tentera Salib. Perang Salib ketiga berlaku.
  • 1194M- Tentera Muslim menawan Delhi, India.
  • 1236M- Tentera Kristian tawan Cordoba (di Sepanyol).
  • 1258M- Tentera Mongol menyerang dan memusnahkan Baghdad. Ribuan penduduk terbunuh.Kejatuhan Baghdad. Tamatnya pemerintahan Kerajaan Bani Abbasiyyah-Seljuk.
  • 1260M- Kebangkitan Islam. Kerajaan Bani Mamluk di Mesir (merupakan pertahanan Islam yang ketiga terakhir selepas Makkah & Madinah) pimpinan Sultan Saifuddin Muzaffar Al-Qutuz menewaskan tentera Mongol di dalam pertempuran di Ain Jalut.
Empayar Turki Uthmaniyyah
Untuk rencana utama: sila lihat Empayar Turki Uthmaniyyah
  • 1243M- Bangsa Turki yang hidup secara nomad menetap secara tetap di Asia Kecil.
  • 1299M- Sebuah wilayah pemerintahan kecil Turki di bawah Turki Seljuk ditubuhkan di barat Anatolia.
  • 1301M- Osman I mengisytiharkan dirinya sebagai sultan. Tertubuhnya Empayar Turki Uthmaniyyah.
  • 1345M- Turki Seljuk menyeberangi Selat Bosporus.
  • 1389M- Tentera Uthmaniyyah menewaskan tentera Serb di Kosovo.
  • 1402M- Timurlane, Raja Tartar (Mongol) menumpaskan tentera Uthmaniyyah di Ankara.
  • 1451M- Sultan Muhammad al-Fatih menjadi pemerintah.
  • 1453M- Constantinople ditawan oleh tentera Islam pimpinan Sultan Muhammad al-Fatih. Berakhirnya Empayar Byzantine.
  • 1520M- Sultan Sulaiman al-Qanuni dilantik menjadi sultan.
  • 1526M- Perang Mohacs
  • 1529M- Serangan dan kepungan ke atas Vienna.
  • 1571M- Perang Lepanto berlaku.
  • 1641M- Pemerintahan Sultan Muhammad IV
  • 1683M- Serangan dan kepungan ke atas Vienna buat kali kedua.
  • 1687M- Sultan Muhammad IV meninggal dunia.
  • 1703M- Pembaharuan kebudayaan di bawah Sultan Ahmed III.
  • 1774M- Perjanjian Kucuk Kaynarca.
  • 1792M- Perjanjian Jassy.
  • 1793M- Sultan Selim III mengumumkan “Pentadbiran Baru”.
  • 1798M- Napoleon cuba untuk menawan Mesir.
  • 1804M- Pemberontakan dan kebangkitan bangsa Serbia pertama.
  • 1815M- Pemberontakan dan kebangkitan bangsa Serbia kedua.
  • 1822M- Bermulanya perang kemerdekaan Greece.
  • 1826M- Pembunuhan beramai-ramai tentera elit Janissari. Kekalahan tentera laut Uthmaniyyah di Navarino.
  • 1829M- Perjanjian Adrianople.
  • 1830M- Berakhirnya perang kemerdekaan Greece.
  • 1841M- Konvensyen Selat.
  • 1853M- Bermulanya Perang Crimea.
  • 1856M- Berakhirnya Perang Crimea.
  • 1876M- Perlembagaan Uthmaniyyah diluluskan.
  • 1878M- Kongres Berlin. Serbia dan Montenegro diberi kemerdekaan. Bulgaria diberi kuasa autonomi.
  • 1908M- Jawatankuasa Perpaduan dan Kemajuan atau lebih dikenali sebagai Turki Muda ditubuhkan. Perlembagaan Uthmaniyyah dikembalikan. Austria menyerang Bosnia dan Herzegovina.
  • 1912M- Perang Balkan pertama.
  • 1913M- Perang Balkan kedua.
  • 1914M- Empayar Uthmaniyyah memasuki Perang Dunia I sebagai sekutu kuasa tengah.
  • 1919M- Mustafa Kemal Atatürk mendarat di Samsun.
  • 1923M- Sistem kesultanan dihapuskan. Turki diisytiharkan sebagai sebuah Republik.
  • 1924M- Pejabat khalifah dihapuskan. Tamatnya pemerintahan Empayar Turki Uthmaniyyah
sumber : wikipedia dan berbagai sumber lainnya

Wednesday, 24 August 2011

Keutamaan Menuntut Ilmu

Keutamaan Menuntut Ilmu


Quantcast
Sesungguhnya Islam adalah agama yang menghargai ilmu pengetahuan. Bahkan Allah sendiri lewat Al Qur’an meninggikan orang-orang yang berilmu dibanding orang-orang awam beberapa derajad.
“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajad.” (Al Mujadilah: 11)

Pada surat Ali ‘Imran: 18 Allah SWT bahkan memulai dengan dirinya, lalu dengan malaikatnya, dan kemudian dengan orang-orang yang berilmu. Jelas kalau Allah menghargai orang-orang yang berilmu.
“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu)” (Ali Imran:18)
Allah juga menyatakan bahwa hanya dengan ilmu orang bisa memahami perumpamaan yang diberikan Allah untuk manusia.

“Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buatkan untuk manusia, dan tiada memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu” (Al ‘Ankabut:43)


Tuhan juga menegaskan hanya dengan ilmulah orang bisa mendapat petunjuk Al Qur’an.
“Sebenarnya, Al Qur’an itu adalah ayat2 yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu” (Al Ankabut:49)
Nabi Muhammad SAW juga sangat menghargai orang yang berilmu. “Ulama adalah pewaris para Nabi” Begitu sabdanya seperti yang dimuat di HR Abu Dawud.

Bahkan Nabi tidak tanggung2 lebih menghargai seorang ilmuwan daripada satu kabilah. “Sesungguhnya matinya satu kabilah itu lebih ringan daripada matinya seorang ‘alim.” (HR Thabrani)
Seorang ‘alim juga lebih tinggi dari pada seorang ahli ibadah yang sewaktu2 bisa tersesat karena kurangnya ilmu. “Keutamaan orang ‘alim atas orang ahli ibadah adalah seperti keutamaan diriku atas orang yang paling rendah dari sahabatku.” (HR At Tirmidzi).

Nabi Muhammad mewajibkan ummatnya untuk menuntut ilmu. “Menuntut ilmu wajib bagi muslimin dan muslimah” begitu sabdanya. “Tuntutlah ilmu dari sejak lahir hingga sampai ke liang lahat.”
Jelas Islam menghargai ilmu pengetahuan dan mewajibkan seluruh ummat Islam untuk mempelajarinya. Karena itu pendapat mayoritas ummat Islam (terutama di pedesaan) yang menganggap bahwa perempuan itu tidak perlu sekolah tinggi2, soalnya nanti tinggalnya juga di dapur jelas bertentangan dengan ajaran Islam.

Selain itu Nabi juga menyuruh agar ummat Islam menuntut ilmu berkelanjutan hingga ajalnya. Karena itu seorang muslim haruslah berusaha belajar setinggi2nya. Jangan sampai kalah dengan orang kafir. Ummat Islam jangan cuma mencukupkan belajar sampai SMA saja, tapi berusahalah hingga Sarjana, Master, bahkan Doktor jika mampu. Jika ada yang tak mampu secara finansial, adalah kewajiban kita yang berkecukupan untuk membantunya jika dia ternyata adalah orang yang berbakat.

Sekarang ini, tingkat pengetahuan ummat Islam malah kalah dibandingkan dengan orang-orang kafir. Ternyata justru orang-orang kafir itulah yang mengamalkan ajaran Islam seperti kewajiban menuntut Ilmu setinggi2nya. Jarang kita menemukan ilmuwan di antara ummat Islam. Sebaliknya, tingkat buta huruf sangat tinggi di negara2 Islam.
Hal itu jelas menunjukkan bahwa kemunduran ummat Islam bukan karena ajaran Islam, tapi karena ulah ummat Islam sendiri yang tidak mengamalkan perintah agamanya. Ayat pertama dalam Islam adalah “Iqra!” Bacalah! Di situ Allah memperintahkan ummat Islam untuk membaca, tapi ternyata tingkat buta huruf justru paling tinggi di negara2 Islam. Ini karena kita tidak konsekwen dengan ajaran Islam.
Nabi juga mengatakan, bahwa ilmu yang bermanfaat akan mendapat pahala dari Allah SWT, dan pahalanya berlangsung terus-menerus selama masyarakat menerima manfaat dari ilmunya..
“Apabila anak Adam meninggal, maka terputuslah amalnya kecuali tiga, yaitu ilmu yang bermanfaat….”(HR Muslim)

Pada awal masa Islam, ummat Islam melaksanakan ajaran tsb dengan sungguh2. Mereka giat menuntut ilmu. Hadits2 seperti “Siapa yang meninggalkan kampung halamannya untuk mencari pengetahuan, ia berada di jalan Allah”, “Tinta seorang ulama adalah lebih suci daripada darah seorang syahid (martir)”, memberikan motivasi yang kuat untuk belajar.

Ummat Islam belajar dari orang Cina teknik membuat kertas. Pabrik kertas pertama didirikan di Baghdad tahun 800, dan perpustakaan pun tumbu dengan subur di seluruh negeri Arab (baca: Islam) yang dulu dikenal sebagai bangsa nomad yang buta huruf dan cuma bisa mengangon kambing.

Direktur observatorium Maragha, Nasiruddin At Tousi memiliki kumpulan buku sejumlah 400.000 buah. Di Kordoba (Spanyol) pada abad 10, Khalifah Al Hakim memiliki suatu perpustakaan yang berisi 400.000 buku, sedangkan 4 abad sesudahnya raja Perancis Charles yang bijaksana (artinya: pandai) hanya memiliki koleksi 900 buku. Bahkan Khalifah Al Aziz di Mesir memiliki perpustakaan dengan 1.600.000 buku, di antaranya 16.000 buah tentang matematika dan 18.000 tentang filsafat.
Pada masa awal Islam dibangun badan2 pendidikan dan penelitian yang terpadu. Observatorium pertama didirikan di Damaskus pada tahun 707 oleh Khalifah Amawi Abdul Malik. Universitas Eropa 2 atau 3 abad kemudian seperti Universitas Paris dan Univesitas Oxford semuanya didirikan menurut model Islam.

Para ilmuwan Islam seperti Al Khawarizmi memperkenalkan “Angka Arab” (Arabic Numeral) untuk menggantikan sistem bilangan Romawi yang kaku. Bayangkan bagaimana ilmu Matematika atau Akunting bisa berkembang tanpa adanya sistem “Angka Arab” yang diperkenalkan oleh ummat Islam ke Eropa. Kita mungkin bisa menuliskan angka 3 dengan mudah memakai angka Romawi, yaitu “III,” tapi coba tulis angka 879.094.234.453.340 ke dalam angka Romawi. Bingungkan? Jadi para ahli matematika dan akuntan haruslah berterimakasih pada orang-orang Islam, he he he..:) Selain itu berkat Islam pulalah maka para ilmuwan sekarang bisa menemukan komputer yang menggunakan binary digit (0 dan 1) sebagai basis perhitungannya, kalau dengan angka Romawi (yang tak mengenal angka 0), tak mungkin hal itu bisa terjadi.

Selain itu Al Khawarizmi juga memperkenalkan ilmu Algorithm (yang diambil dari namanya) dan juga Aljabar (Algebra).
Omar Khayam menciptakan teori tentang angka2 “irrational” serta menulis suatu buku sistematik tentang Mu’adalah (equation).
Di dalam ilmu Astronomi ummat Islam juga maju. Al Batani menghitung enklinasi ekleptik: 23.35 derajad (pengukuran sekarang 23,27 derajad).
Dunia juga mengenal Ibnu Sina (Avicenna) yang karyanya Al Qanun fit Thibbi diterjemahkan ke bahasa Latin oleh Gerard de Cremone (meninggal tahun 1187), yang sampai zaman Renaissance tetap jadi textbook di fakultas kedokteran Eropa.
Ar Razi (Razes) adalah seorang jenius multidisiplin. Dia bukan hanya dokter, tapi juga ahli fisika, filosof, ahli theologi, dan ahli syair. Eropa juga mengenal Ibnu Rusyid (Averroes) yang ahli dalam filsafat.
Dan masih banyak lagi kemajuan yang dicapai oleh ummat Islam di bidang ilmu pengetahuan. Ketika terjadi perang salib antara raja Richard the Lion Heart dan Sultan Saladdin, boleh dikata itu adalah pertempuran antara bangsa barbar dengan bangsa beradab. Raja Richard yang terkenal itu ternyata seorang buta huruf, (kalau rajanya buta huruf, bagaimana rakyat Eropa ketika itu) sedangkan Sultan Saladin bukan saja seorang yang literate, tapi juga seorang ahli di bidang kedokteran. Ketika raja Richard sakit parah dan tak seorangpun dokter ahli Eropa yang mampu mengobatinya, Sultan Saladin mempertaruhkan nyawanya dan menyelinap di antara pasukan raja Richard dan mengobatinya. Itulah bangsa Islam ketika itu, bukan saja pintar, tapi juga welas asih. Jika kita menonton film Robin Hood the Prince of Thieves yang dibintangi Kevin Kostner, tentu kita maklum bagaimana Robin Hood terkejut dengan kecanggihan teknologi bangsa Moor seperti teropong.

Tapi itu sekarang tinggal sejarah. Ummat Islam sekarang tidak lagi menghargai ilmu pengetahuan tak heran jika mereka jadi bangsa yang terbelakang. Hanya dengan menghidupkan ajaran Islam-lah kita bisa maju lagi.
Ummat Islam harus kembali giat menuntut ilmu. Menurut Al Ghazali, sesungguhnya menuntut ilmu itu ada yang fardu ‘ain (wajib bagi setiap Muslim) ada juga yang fardu kifayah (paling tidak ada segolongan ummat Islam yang mempelajarinya.

Ilmu agama tentang mana yang wajib dan mana yang halal seperti cara shalat yang benar itu adalah wajib bagi setiap muslim. Jangan sampai ada seorang ahli Matematika, tapi cara shalat ataupun mengaji dia tidak tahu. Jadi ilmu agama yang pokok agar setiap muslim bisa mengerjakan 5 rukun Islam dan menghayati 6 rukun Iman serta mengetahui kewajiban dan larangan Allah harus dipelajari oleh setiap muslim. Untuk apa kita jadi ahli komputer, kalau kita akhirnya masuk neraka karena tidak pernah mengetahui cara shalat?

Adapun ilmu yang memberikan manfaat bagi ummat Islam seperti kedokteran yang mampu menyelamatkan jiwa manusia, ataupun ilmu teknologi persenjataan seperti pembuatan tank dan pesawat tempur agar ummat Islam bisa mempertahankan diri dari serangan musuh adalah fardu kifayah. Paling tidak ada segolongan muslim yang menguasainya.

Semoga kita semua bisa mengamalkan ajaran Islam dan bisa menegakkan kalimah Allah.

Referensi:
1. Ihya ‘Ulumuddiin karangan Imam Al Ghazali
2. Janji-janji Islam karangan Roger Garaudy

Bayan Al Khatir

Bayan Al Khatir


Bayan Al Khatir
Membedakan Bisikan Allah, Bisikan, Malaikat, Bisikan Nafsu, Bisikan Syetan
Tulisan Hujjatul Islam Imam Al-Ghazaly dari kitab Roudlotut Tholibin wa-‘Umdatus Salikin, ini kami turunkan karena banyaknya pertanyaan dari pembaca soal cara membedakan bisikan-bisikan dari dalam hati, apakah dari Allah, nafsu atau syetan. Red.)Kajian ini seputar bisikan-bisikan hati (khawathir) dengan segala bentuknya, upaya memerangi, mengalahkan dan unggul dalam menghalau perbuatan syetan yang jahat. Juga bab ini tentang berlindung kepada Allah dari syetan dengan tiga cara:Pertama, anda harus mengetahui godaan, rekayasa dan
tipuan syetan.Kedua, hendaknya anda tidak menanggapi ajakannya, sehingga qalbu anda tidak bergantung dengan ajakan itu.Ketiga, langgengkan dzikrullah dalam qalbu dan lisan anda. Sebab dzikrullah bagi syetan seperti penyakit yang menyerang manusia.Untuk mengetahui rekayasa godaan syetan, akan tampak pada bisikan-bisikan (khawathir) dan berbagai macam caranya. Mengenai pengetahuan tentang berbagai macam bisikan hati, patut anda ketahui, bahwa bisikan-bisikan itu adalah pengaruh yang muncul di dalam qalbu hamba yang menjadi pendorong untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu, proses yang sepenuhnya terjadi di dalam qalbu ini berasal dari Allah – yang menjadi Pencipta segala sesuatu. Dalam kaitan ini, bisikan hati ada empat macam:

Suatu bisikan yang datang dari Allah swt. dalam qalbu hamba adalah sebagai bisikan awal, sehingga Dia disebut dengan Nama al-Khathir (Sang Pembisik).
Bisikan yang relevan dengan watak alam manusia, yang disebutan-nafs (jiwa).
Bisikan yang terdorong oleh ajakan syetan, yang disebut waswas (perasaan ragu-ragu).
Bisikan yang juga datang dari Allah yang disebut al-Ilham.

Al-Khathir adalah bisikan yang datang dari Allah swt. sebagai bisikan awal, terkadang berdimensi kebaikan, kemuliaan dan pemantapan dalam berhujjah. Kadang-kadang berdimensi negatif dan sebagai ujian. Al-Khathir yang datang dari pemberi Ilham tidak akan terjadi, kecuali mengandung kebajikan, karena Dia adalah Yang Memberi nasihat dan bimbingan. Sedangkan al-Khathir yang datang dari syetan, tidak datang kecuali mengandung elemen kejahatan. Bisikan ini terkadang sepintas mengandung kebajikan, tetapi dibalik itu ada makar dan istidraj (covernya nikmat, dalamnya siksa bencana).Sementara bisikan yang tumbuh dari hawa nafsu tidak luput dari elemen kejahatannya. Terkadang juga ada elemen baik tidak sekadar untuk pencapaian kenikmatan saja.Ada tiga persoalan yang harus anda ketahui di sini: Pertama-tama, beberapa ulama berkata bahwa jika anda ingin mengenal dan mengetahui perbedaan antara bisikan kebaikan dan bisikan kejahatan, maka pertimbangkan dengan tiga ukuran nilai (mawazin), yang dapat mendeteksinya:
Apabila bisikan itu relevan dengan syariat, berarti baik. Jika sebaliknya – baik karena rukhshah atau syubhat, maka tergolong bisikan jahat.

Manakala dengan mizan(ukuran nilai) itu tidak diperoleh kejelasan perbedaan masing-masing, sebaiknya anda konfirmasikan dengan teladan orang-orang saleh. Jika sesuai dengan teladan mereka, maka ikutilah, jika tidak ada kebaikan, berarti hanya suatu keburukan.

Apabila dengan ukuran nilai (miizan) demikian anda masih belum menemukan kejelasan, konfrontasikan dengan motivasi yang terdapat pada nafs (ego) dan hawa (kesenangan). Jika ukuran nilainya merujuk sekadar pada kecenderungan nafs (ego) yakni kecenderungan naluriah dan bukan untuk mencari harapan (raja’) dari Allah, tentu saja termasuk keburukan.Kedua, apabila anda ingin membedakan antara bisikan kejahatan yang bermula dari sisi syetan, atau dari sisi nafs (ego) ataukah bisikan itu dari sisi Allah swt., perlu anda perhatikan tiga hal ini:

Jika anda menemui bisikan yang kokoh, permanen, sekaligus konsisten pada satu hal, maka bisikan itu datang dari Allah swt., atau dari nafs (jika menjauhkan diri dari Allah). Namun jika bisikan itu menciptakan keraguan dan mengganjal dalam hati , maka itu muncul dari syetan.
Apabila bisikan itu anda jumpai setelah anda melakukan dosa, berarti itu datang dari Allah sebagai bentuk sanksi dari-Nya kepada anda. Jika bukan muncul dari akibat dosa, bisikan itu datang dari diri anda, yang berarti dari syetan.

Jika anda temui bisikan itu tidak melemahkan atau tidak mengurangi dari dzikir kepada Allah swt., tetapi bisikan itu tidak pernah berhenti, berarti dari hawa nafsu. Sebaliknya, jika melemahkan dzikir berarti dari syetan.Ketiga, apabila anda ingin membedakan apakah bisikan kebaikan itu datang dari Allah swt. atau dari malaikat, maka perlu diperhatikan tiga hal pula:
Manakala melintas sekejap saja, maka datang dari Allah swt. Namun jika berulang-ulang, berarti datang dari malaikat, karena kedudukannya sebagai penasihat manusia.
Manakala bisikan itu muncul setelah usaha yang sungguh-sungguh dan ibadah yang anda lakukan, berarti datang dari Allah swt. Jika bukan demikian,bisikan itu datang dari malaikat.
Apabila bisikan itu berkenaan dengan masalah dasar dan amal batin, bisikan itu datang dari Allah swt. Tetapi jika berkaitan dengan masalah furu` dan amal-amal lahiriah, sebagian besarnya dari malaikat. Sebab, menurut mayoritas ahli tasawuf malaikat tidak memiliki kemampuan untuk mengenal batin hamba Allah.Sementara itu, bisikan untuk suatu kebaikan yang datang dari syetan, merupakan istidraj menuju amal kejahatan yang lantas menjadi berlipat-lipat, maka anda perlu memperhatikan dengan cermat: Lihatlah, apabila dalam diri anda, pada salah satu perbuatan jika berasal dari bisikan di dalam hati anda dengan penuh kegairahan tanpa disertai rasa takut, dengan ketergesa-gesaan bukan dengan waspada dengan tanpa perasaan aman, ketakutan pada Allah, dengan bersikap buta terhadap dampak akhirnya, bukan dengan mata batin, ketahuilah bahwa bisikan itu berasal dari syetan. Maka jauhilah, Bisikan seperti itu, harus anda jauhi. Sebaliknya jika bisikan itu muncul bukan seperti bisikan-bisikan di atas, berarti : datang dari Allah swt., atau dari malaikat. Saya katakan, bahwa semangat yang membara dapat mendorong manusia untuk segera melakukan aktivitas, tanpa adanya pertimbangan dari mata hatinya, tanpa mengingat pahala bisa menjadi faktor yang membangkitkan kondisi itu semua.Sedangkan cara hati-hati adalah cara-cara yang terpuji dalam beberapa segi.Khauf, lebih cenderung seseorang untuk berusaha menyempurnakan dan mempraktekkan suatu perbuatan yang benar dan bisa diterima Allah atas amal perbuatan itu.Adapun perspektif hasil akhir suatu amal, hendaknya anda membuka mata hati dengan cermat dalam diri anda ada keyakinan bahwa amal tersebut adalah amalan yang lurus dan baik, atau adanya pandangan mengharapkan pahala di akhirat kelak. Ketiga kategori di atas harus anda ketahui dan sekaligus anda jaga. Sebab, semuanya mengandung ilmu-ilmu yang rumit sehingga sulit didapatkan dan rahasia-rahasia yang mulia. Wabillahi at-Tawfiq, wa Huwa’ Waliyyul-Hidayah.


Wassalam: Ki Semar

Rupa dan ruh puasa

Rupa dan ruh puasa

Perlu diketahui bahwa puasa mempunyai rupa dan ruh. Rupa puasa adalah menahan diri dari makan dan minum, dan bersetubuh, mulai terbit fajar hingga terbenam matahari, dengan disertai niat. Barangsiapa makan minum dan bersetubuh pada siang harinya, sedang ia melakukannya dengan sengaja, mengetahui hukum dan bukan terpaksa, maka batallah puasanya. Tetapi jika ia lupa, atau tidak mengetahui hukumnya, ataupun terpaksa, maka puasanya tidak batal.

Adapun halnya ruh puasa ialah menahan diri dari segala dosa dan larangan Allah Ta’ala dan senantiasa mengerjakan segala yang wajib.

Orang yang berpuasa dari makan, minum d
an bersetubuh, tetapi tidak menahan diri dari dosa dan larangan Allah Ta’ala, maka puasanya tidak menghasilkan faedah apapun selain susah payah belaka. Karena itu jika berpuasa, hendaknya anda memperbaiki puasanya. Demikian pula terhadap semua amalan anda, hendaknya anda tekun memperbaikinya, menyempurnakannya dan mengarahkannya kepada Allah Ta’ala, dengan penuh tulus ikhlas, sehingga Allah Ta’ala memberikan manfaat dari semua amalan itu kepada kita, dan kita memperoleh balasan yang besar dariNya, ketika kita kembali kepadaNya.

Shalat Tasbih
Shalat Tasbih merupakan satu sunnah yang dianjurkan agama, yaitu empat rekaat. Terdapat banyak riwayat yang menunjukkan keutamaan shalat ini. Dan barangsiapa mengerjakannya, akan diampuni dosanya yang lalu dan yang akan datang.

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berkata kepada pamannya Abbas, “Kerjakanlah shalat Tasbih sekali setiap hari, atau setiap Jumat, atau setiap bulan sekali, atau setiap tahun sekali, atau sekali seumur hidup.”
Shalat Tasbih tersebut bisa dikerjakan empat rekaat sekaligus dengan satu salam, atau dua raka’at dua rekaat dengan dua salam.

Caranya adalah : Pertama, setelah takbiratul ihram, dilanjutkan dengan doa Iftitah. Setelah itu membaca tasbih sebanyak 15 kali. Kemudian membaca Al-Fatihah dan surat sesudahnya, lalu bertasbih sebanyak 10 kali. Kemudian ruku’ dan membaca tasbih sebanyak 10 kali. Lalu i’tidal dan membaca tasbih sebanyak 10 kali. Kemudian sujud dan membaca tasbih 10 kali. Lalu duduk antara dua sujud dan membaca tasbih sebanyak 10 kali. Lantas sujud lagi dan bertasbih 10 kali. Itulah satu rekaat dengan jumlah tasbih sebanyak 75 kali. Maka di dalam shalat Tasbih menjadi 300 kali tasbih. Tasbih yang dibaca adalah:

سبحان الله، والحمد لله، ولا اله الا الله، والله أكبر

Dan setelah selesai shalat Tasbih maka membaca doa shalat Tasbih yang disebutkan oleh para salaf, yaitu:
أللهم إنا نسْألك التوْفِـيْق أهْـل الهُدَى، وَأعْمَالَ أهْـل اليَقِيْن، وَمُناصَحَة أهْل التوْبَةِ، وَعَزْمَ اهْـل الصَّبْر، وَجَدَّ أهل الخشيَةِ، وَطلَبَ اهْل الرَّغبَةِ، وَتعَبّدَ اهل الوَرَع، وَعُرْفانَ اهل العِلْم حَتَّى نخافك. اللهُمَّ إنا نَسْألكَ مَخافة تَحْجُزنا عَن مَعَاصِيْك حَتَّى نَعْمَلَ بطاعَـتِـك عَمَلا نَسْتَحِقُّ بهِ رضَاكَ، وَحَتّى نُنَاصِحُكَ بالتَوْبَةِ خَوْفاً مِنْكَ، وَحَتّى نُخلِصُ لَكَ النّصِيْحَة حَيَاءً مِنكَ، وَحَتّى نتوَكّلَ عَلَيْكَ فِيْ الأمُوْر كُلّهَا حُسْنَ ظنّ بكَ، سُبْحَانَ خَالِق النّوْر. وَصَلّى اللهُ عَلى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبهِ وَسَلَّمْ وَالحَمْدُ لله رَبِّ العَالَمِيْن.

Shalat Tasbih dikerjakan secara sendiri-sendiri, dan boleh dilakukan secara berjamaah, sebagaimana yang dilakukan oleh sebagian ulama salaf. Dan tidak ada larangan yang melarang berjamaah dalam shalat Tasbih.
Demikian Buletin Ramadhan ini, yang sebagian dikutip dari Kitab Nashaih Diniyyah, karangan Habib Abdullah bin Alwi AlHaddad. Disusun oleh Jindan bin Novel bin Jindan, semoga Allah memaafkannya dan membukakan hatinya, amiin.

http://bisyarah.wordpress.com/2010/09/05/masih-ada-kesempatan-4/

Rahsia Malam Lailatul Qadar Menurut Ihya’ ‘Ulumiddin

Rahsia Lailatul Qadar Menurut Ihya’ ‘Ulumiddin

Dan Malam Al-Qadar adalah malam yang terbuka padanya sesuatu dari alam malakut. Dan itulah yang dimaksudkan dengan firman Allah Ta’ala:
“Sesungguhnya Kami turunkan pada Malam Al-Qadar.” (Al-Qadr : 1)
Barangsiapa menjadikan di antara hati dan dadanya tempat penampung makanan, maka dia terhijab daripada-Nya. Dan barangsiapa mengosongkan perutnya, maka yang demikian itu belum mencukupi untuk mengangkatkan hijab, sebelum kosong cita-citanya daripada selain Allah ‘Azza wa Jalla. Dan itulah urusan seluruhnya. Dan pangkal semuanya itu adalah dengan menyedikitkan makanan.
Begitulah kata-kata Hujjatul Islam Imam al-Ghazali dalam kitab Ihya’nya.

HURAIAN
Alam malakut secara ringkasnya ialah alam ghaib yang antara penghuninya ialah para malaikat. Alam ini terhijab daripada pandangan bangsa jin dan manusia, sebagaimana alam jin terhijab kepada pandangan manusia. Menurut Imam Al-Ghazali, sebahagian daripada alam malakut ini terbuka pada Malam Al-Qadar.
Sabda baginda Rasulullah saw :
“Jikalau tidaklah kerana syaitan-syaitan itu berkeliling atas hati anak Adam, nescaya anak-anak Adam melihat ke alam malakut yang tinggi.” (Ahmad)
Sebelum melanjutkan huraian ini, hendaklah kita fahami bahawa “mendapat” Lailatul Qadar itu sekurang-kurangnya ada 4 jenis :
1. Dapat tahu bila Malam Al-Qadar berlaku
2. Dapat kelebihan Malam Al-Qadar
3. Dapat tahu bila Malam Al-Qadar dan dapat kelebihannya.
4. Dapat tahu, dapat kelebihannya dan dapat ‘menyaksikan’ Malam Al-Qadar itu.

Dapat tahu Malam Al-Qadar adalah dengan terjumpa perkara yang pelik-pelik. Antara kejadian yang biasa dikisahkan orang adalah seperti terlihat begitu banyak tahi bintang berguguran, air tasik tidak berkocak, pokok-pokok merendahkan diri, kecerahan di mana-mana, orang yang kacak berserban dan berjubah putih lagi bercahaya tubuhnya, alam terlalu sunyi, tercium bau yang sangat wangi dan pelbagai lagi.

Ada kemungkinan dengan menemui hal-hal sebegini bermaksud malam itulah Malam Al-Qadar, dan ada kemungkinan juga bukan Malam Al-Qadar. Namun ‘dapat Lailatul Qadar’ pada pandangan kebanyakan orang adalah dengan dapat melihat atau mengalami perkara yang ajaib-ajaib seperti yang disebutkan tadi. Perkara-perkara sebegitulah yang dicari-cari dan dikejar-kejar oleh mereka. Jika berjaya melihat atau mengalami sesuatu yang luar biasa pada malam itu, bukan main puas hati dan kadang-kadang sampai ke tahap berbangga dengan orang lain yang gagal memperolehinya. Padahal “dapat Lailatul Qadar’ seperti itu bukanlah ‘dapat lailatul Qadar’ sebagaimana yang dimaksudkan oleh Rasulullah saw.

Jenis kedua – dapat kelebihan Malam Al-Qadar. Jenis inilah yang dikehendaki oleh Rasulullah saw, iaitu dengan meningkatkan keimanan dan membanyakkan amal pada malam-malam Ramadhan, dan kebetulan perlakuan itu bertepatan dengan malam yang berlakunya Malam Al-Qadar. Dapat kelebihan Malam Al-Qadar tanpa mengetahui yang malam itu adalah Malam Al-Qadar, adalah jauh lebih baik daripada dapat tahu malam itu Malam Al-Qadar tetapi tidak menghabiskan masa untuk meningkatkan keimanan dan membanyakkan amal padanya.
“Adalah Rasulullah saw apabila masuk sepuluh (hari) yang akhir, maka (baginda) melipatkan tikar (menyimpan tempat tidurnya), mengikatkan pinggang dan telah membiasakan diri dan keluarganya sebegitu.” (Bukhari, Muslim)

Jenis ketiga – inilah yang lebih baik, iaitu dengan mengerjakan amal pada malam itu dan mengetahui yang malam itulah Malam Al-Qadar.
Jenis keempat? Ikuti huraian di bawah.
Imam al-Ghazali dan orang-orang soleh lain pada zamannya punya banyak pengalaman tentang Lailatul Qadar. Oleh itu Imam Al-Ghazali memberikan tips kepada kita untuk bertemu dengan Malam Al-Qadar. Tips yang diutarakan olehnya di sini adalah dengan menyedikitkan makanan melalui istilah yang digunakannya iaitu “mengosongkan perutnya”. Sesiapa yang banyak makan pada malam itu sebagaimana istilah yang digunakannya iaitu “menjadikan di antara hati dan dadanya tempat penampung makanan”, nescaya orang itu terhijab/ terdinding daripada mendapat Lailatul Qadar.

Kata Al-Ghazali : “Bahawa tidak membanyakkan makanan yang halal ketika berbuka, di mana rongganya penuh melimpah. Maka tidak adalah karung yang lebih dimarahi Allah ‘Azza wa Jalla daripada perut yang penuh dengan (makanan) yang halal.”

Berdasarkan petua ini, maka para pencari Lailatul Qadar hendaklah makan sekadarnya sahaja pada waktu malam bulan Ramadhan, dari waktu berbuka hinggalah ke sahur. Antara amalan yang tidak sesuai pada pandangan Imam Al-Ghazali adalah sengaja berbuka puasa dengan pelbagai jenis makanan pada setiap hari. Perlakuan ini tidak ubah seperti mengumpulkan sarapan, minum pagi, makan tengah hari, minum petang dan makan malam untuk di makan sekaligus pada waktu Maghrib. Cuba lihat juadah berbuka kita, bukankah semua makanan yang disebutkan itu ada? Apalah ertinya puasa sebegini? Berbukalah dengan makan malam yang biasa kita makan pada malam-malam bukan Ramadhan.

Al-Ghazali juga memperingatkan kita agar tidak memuaskan nafsu makan dengan memakan makanan yang tidak kita makan pada bulan-bulan lain. Maksudnya pada setiap hari ada saja makanan dan kuih-muih yang sukar kita temui pada hari-hari biasa, tetapi kita mencarinya pada bulan Ramadhan.

Tidak mengapa jika sesekali kita melebihkan juadah untuk menggembirakan sedikit hati kita terutamanya kanak-kanak, para muallaf, orang yang sedang kita dakwahkan dan orang yang baru belajar-belajar hendak memperbaiki keagamaannya.

Hal-hal yang disebutkan inilah yang dimaksudkan oleh Al-Ghazali dengan kata-katanya : “Bagaimanakah dapat memperolehi faedah daripada puasa, memaksakan (menyusahkan) musuh Allah (syaitan) dan menghancurkan hawa nafsu, apabila diperoleh oleh orang yang berpuasa ketika berbuka apa yang tidak diperolehnya pada siang hari? Kadang-kadang bertambah lagi dengan pelbagai macam warna makanan, sehingga berjalanlah kebiasaan dengan menyimpan segala macam makanan itu untuk bulan Ramadhan. Maka dimakanlah segala makanan itu dalam bulan Ramadhan, apa yang tidak dimakan dalam bulan-bulan (lain) ini.”
Katanya lagi : “Maka jiwa dan rahsia puasa ialah melemahkan kekuatan yang menjadi jalan syaitan dalam mengembalikan kepada kejahatan. Dan yang demikian itu tidak akan berhasil selain dengan menyedikitkan makanan, iaitu dengan memakan makanan yang dimakan setiap malam kalau tidak berpuasa. Apabila dikumpulkan apa yang dimakan pada pagi hari kepada apa yang dimakan pada malam, maka tidaklah bermanfaat dengan puasanya itu.”

Bayangkan, dari pagi hingga ke petang kita kosongkan perut. Semakin lama semakin lapar. Pada waktu berbuka, tahap kelaparan dan keinginan kita mencapai kemuncaknya, lebih hebat daripada kelaparan dan keinginan pada hari-hari biasa. Tiba-tiba dalam keadaan sebegitu, kita lambakkan dengan pelbagai makanan dan minuman yang lazat-lazat di depan mata. Akibatnya, lebih kuatlah rasa lapar dan melonjaklah nafsu makan. Akhirnya, kita makan dengan lebih bernafsu lagi berbanding makan pada hari-hari yang tidak berpuasa. Ke mana perginya puasa dan Ramadhan yang berperanan sebagai penunduk hawa nafsu?

Inilah maksud kata-kata Imam Al-Ghazali : “Apabila perut ditolak (dikosongkan) daripada makanan sejak pagi sampai ke petang, sehingga perut itu bergolak keinginannya dan bertambah kuat kegemarannya (keinginannya untuk makan), kemudian disuguhkan (dihidangkan) dengan makanan yang lazat-lazat dan kenyang, nescaya bertambahlah kelazatan dan berlipatgandalah kekuatannya, serta membangkitkan nafsu syahwat itu, apa yang diharapkannya tadi tenang, jikalau dibiarkan atas kebiasaannya.”

Berbalik kepada Malam Al-Qadar. Dikatakan tadi malam yang sangat istimewa itu terhijab daripada kita hasil banyaknya makan pada waktu malam. Terhijab yang dimaksudkan di sini ada dua jenis :
1. Terhijab daripada ‘menyaksikan’ malam itu kerana penuhnya makanan membenakkan mata hati. Umumnya mata hati yang benak tidak akan mampu melihat alam malakut ataupun kesan-kesannya.
2. Terhijab daripada membanyakkan amal pada malam itu kerana perut yang kenyang mewariskan lemah badan, mengantuk dan malas. Malam istimewa itu pun berlalu begitu sahaja kerana pengisian kita dipenuhi dengan banyak berehat dan tidur.

Alangkah ruginya jika kita sendiri yang menghijab Lailatul Qadar itu, padahal kita sering mendakwa kita rindu, ternanti-nanti dan tercari-cari malam berlangsungnya.
Oleh itu, tindakan yang mesti kita ambil untuk 10 malam terakhir Ramadhan, dan sepatutnya pada seluruh Ramadhan, adalah dengan menyedikitkan makan. Bagaimana itu? Mestikah kita berlapar siang dan berlapar pula pada malamnya? Tidak! Pada waktu malam, makan dan minumlah sekadar untuk menghilangkan rasa lapar dan dahaga, bukannya sampai kenyang dan puas. InsyaAllah dengan kaedah ini, semakin cerah peluang kita untuk bertemu dengan Malam Al-Qadar, menghidupkannya, malah ‘menyaksikannya’.
Al-Ghazali mengatakan : “Maka semoga syaitan tidak mengelilingi hatinya (hati manusia dan jin), lalu dapat ia memandang ke alam tinggi.”

Namun begitu, dengan menyedikitkan makanan sahaja belum memadai. Kata Al-Ghazali : “Barangsiapa menjadikan di antara hati dan dadanya tempat penampung makanan, maka dia terhijab daripada-Nya. Dan barangsiapa mengosongkan perutnya, maka yang demikian itu belum mencukupi untuk mengangkatkan hijab, SEBELUM KOSONG CITA-CITANYA DARIPADA SELAIN ALLAH ‘AZZA WA JALLA. Dan itulah urusan seluruhnya. Dan PANGKAL SEMUANYA ITU adalah dengan menyedikitkan makanan.”


Dengan tasawuf, Ramadhan anda akan lebih bererti lagi bermanfaat untuk dunia dan akhirat.
WaAllahua’lam.
Abu Zulfiqar

Monday, 15 August 2011

MENUJU INSAN KAMIL


MENUJU INSAN KAMIL

Manusia sebagai makhluk sempurna, mempunyai dua kehidupan, jasmani dan ruhani. Masing-masing kehidupan tersebut membutuhkan makanan yang seimbang. Oleh karena jasmani hidup di alam lahir maka kebutuhan hidupnya nampak secara lahir, seperti makan, minum dan kebutuhan biologis yang lain. Adapun ruhani, oleh karena hidupnya di alam batin maka kebutuhan hidupnya tersembunyi, maka tidak banyak orang mengetahui kecuali orang yang matahatinya cemerlang. Dengan demikian, menjadi maklum ketika sebagian besar manusia cenderung hanya mencukupi kebutuhan yang lahir tetapi melupakan kebutuhan yang batin.


Bagi orang-orang yang matahatinya cemerlang, mereka mampu melihat kebutuhan batin tersebut tidak ubahnya seperti kebutuhan lahir, dengan itu mereka mampu menjalankan dua kehidupan tersebut dengan seimbang. Supaya manusia mampu menjalankan kehidupannya dengan sempurna sehingga menjadi manusia yang sempurna(insan kamil), mereka harus mencukupi kedua kebutuhan hidup tersebut secara sempurna pula. Caranya dengan melaksanakan pengabdian hakiki kepada Allah SWT. Secara vertikal dengan melaksanakan sholat dan dzikir dan secara horizontal dengan memberi kepedulian kepada orang lain. Itulah makanan ruhani(spiritual) yang harus dicukupi manusia seperti mereka juga harus mencukupi makanan jasmani (emosional).

Untuk tercapainya hal tersebut, mereka juga harus mencukupi kebutuhan kehidupan rasional. Untuk itu manusia harus mencari ilmu pengetahuan, baik ilmu lahir maupun ilmu batin. Dengan kedua ilmu itu, akal pikiran manusia dapat hidup cemerlang, sehingga mereka mampu mengatur dan membagi dua kebutuhan hidup tersebut dengan seimbang. Jasmani mendapatkan makanan sesuai yang dibutuhkan, ruhani juga demikian. Masing-masing diatur untuk mendapatkan bagian sesuai yang dibutuhkan.

Namun kenyataannya tidak demikian. Sebagian besar manusia hanya indera lahirnya yang hidup, hal itu disebabkan karena mereka hanya berusaha mencukupi kebutuhan yang lahir saja, maka indera batinnya dalam keadaan mandul dan bahkan buta. Akibat dari itu, meskipun saat mereka sedang beribadah, yang mestinya dengan itu mereka mampu mencukupi kebutuhan yang batin (spiritual), namun ternyata tujuan ibadah tersebut tidak tercapai. Hal itu disebabkan, karena hasil akhir yang diharapkan dari ibadah tersebut ujung-ujungnya hanya untuk mencari kebutuhan lahir, seperti harta dan tahta.

Jika demikian keadaannya, meski mereka telah melaksanakan ibadah dengan sungguh-sungguh, bisa jadi malah justru meracuni ruhaniah. Ruhani yang seharusnya menjadi cemerlang malah menjadi gersang dan mati. Keadaan orang tersebut seperti istilah ‘itik berenang tapi mati kehausan’. Seperti orang duduk di depan meja makan tetapi tidak dapat makan karena lidahnya sedang sariawan. Akibat dari itu, kehidupannya akan berjalan dengan tidak seimbang.

Motivasi dan orientasi hidup mereka menjadi bias alias tidak jelas. Mereka ragu-ragu dalam bersikap dan mengambil keputusan. Tidak ada arah tujuan yang pasti karena sedikitpun tidak mempunyai keyakinan hati yang kuat. Orang yang demikian itu, ketika jalan hidupnya sedang dalam keadaan biasa-biasa atau mereka sedang senang, mereka terlihat biasa-biasa saja. Akan tetapi ketika mengalami kesusahan hidup, sedang mendapatkan musibah atau ujian hidup misalnya, mereka kehilangan arah hidup atau kalang-kabut tidak menentu.

Kebingungan hati dan pikirannya tampak jelas melalui raut muka maupun saat berbicara. Keadaan tersebut mudah dibaca oleh orang yang melihat, bahwa ilmunya yang tinggi, ibadahnya yang kuat dan amal kebaikan serta perjuangan yang selama ini ditekuni ternyata tidak mampu menjadi obat penawar bagi hatinya sendiri. Terkadang hanya karena sekedar mimpi bertemu kerabat yang sudah mati misalnya, kecintaannya kepada kehidupan duniawi membangkitkan ketakutan dan kekhawatiran yang berlebihan. Ketakutan itu bahkan mampu menghapus iman yang ada dalam hati. Hal itu disebabkan, karena sesungguhnya ilmu pengetahuan yang dimiliki itu hanya ada di akal dan di bibir saja sedangkan hatinya kering dari manisnya iman. Allah meberikan sinyalemen melalui firman Nya:

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَعْبُدُ اللَّهَ عَلَى حَرْفٍ فَإِنْ أَصَابَهُ خَيْرٌ اطْمَأَنَّ بِهِ وَإِنْ أَصَابَتْهُ فِتْنَةٌ انْقَلَبَ عَلَى وَجْهِهِ خَسِرَ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةَ ذَلِكَ هُوَ الْخُسْرَانُ الْمُبِينُ
“Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di pinggir, maka jika ia memperoleh kebaikan dia akan tenang-tenang saja dengan kebaikannya, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana (fitnah), maka akan menjadi kacau arah kehidupannya, maka rugilah ia di dunia dan di akherat, yang demikian itu adalah kerugian  yang  nyata”. (QS.al-Hajj; 22/11)

Oleh karena mereka sudah melaksanakan ibadah tetapi dilakukan hanya di tepian saja atau ibadah lahir, hanya aspek syari’at akan tetapi hakikatnya kosong, hanya kemasan yang dihias sedemikian rupa akan tetapi tidak pernah mengetahui apa sesungguhnya yang harus dikemas, akibatnya, buah ibadah tersebut tidak mampu menjadi teman yang mendampingi hidup dalam menyelesaikan problem dan konflik yang setiap kali terjadi. Ketika yang ada di dalam dada terlepas dari perhatian, maka terkadang malah dari situ muncul sumber penyakit yang dapat menghancurkan nilai kehidupan.

Adapun orang-orang `Arifin. Yakni orang yang berhasil meletakkan bangunan ibadah lahir di atas pondasi ibadah batin secara benar, itulah orang yang matahatinya cemerlang dan tembus pandang. Mereka mampu mengenali rahasia ketuhanan yang terselip dibalik takdir yang sudah ditetapkan sejak zaman azali. Orang tersebut mengetahui bahwa setiap konflik horizontal yang terjadi atau gesekan-gesekan yang ada dalam kehidupan sesungguhnya merupakan sesuatu yang memang dibutuhkan oleh kehidupan itu sendiri. Romantika kejadian tersebut merupakan proses pembelajaran guna mendewasakan jiwa dan menumbuhkan keyakinan. Mereka mampu menghadapi realita itu, baik susah maupun senang dengan benar, karena semua itu dianggap sebagai tarbiyah atau pelatihan bagi hidupnya sendiri.

Mereka yakin bahwa kedudukan ibadah secara vertikal, disamping sebagai sarana untuk melaksanakan pengabdian hakiki dan melahirkan rasa syukur kepada Allah s.w.t, juga sebagai sarana latihan hidup yang memang sengaja diadakan supaya imannya menjadi kuat dan hatinya menjadi siap untuk menghadapi segala kejadian. Kesempatan untuk menggembleng jiwa, supaya hatinya menjadi kokoh,  manakala suatu saat mereka harus mengutamakan pilihan Allah untuk dirinya, meski pilihan itu terkadang berupa musibah dan fitnah-fitnah. Karena jika saat itu mereka gagal di dalam menyelesaikan segala ujian tersebut, berarti mereka telah menyia-nyiakan kesempatan hidup. Itulah kerugian yang nyata bagi orang yang beriman, keterpurukan hidup baik di dunia maupun di akherat.

Seharusnya dengan ibadah yang ditekuni, menjadikan seorang hamba dekat dengan Tuhannya. Mereka bisa merasakan petunjuk dan bimbinganNya. Dekat dengan pertolongan dan perlindungan sehingga ilmu pengetahuan yang ada mampu menjadi penerang bagi jalan hidup yang ditempuh. Oleh karena itu, ibadah vertikal adalah sarana latihan sedangkan ibadah horizontal adalah buah atau atsar yang dihasilkan. Bahkan masing-masing ibadah tersebut harus berjalan seimbang dan dapat saling mengisi dan melengkapi segala kekurangan. Kekurangan secara horizontal harus terpenuhi secara vertikal dan demikian pula sebaliknya, kekurangan secara vertikal juga harus mampu dipenuhi dari ibadah horizontal.

Betapapun seorang hamba tekun melaksanakan ibadah vertikal, namun apabila pergaulan dalam masyarakat belum menampakkan akhlak yang mulia sebagaimana akhlak para panutan manusia, baik para Nabi dan Rasul serta hamba-hamba Allah yang sholeh, terlebih jika masih mempunyai rasa iri, dengki, hasud dan nifaq kepada saudaranya seiman, itu pertanda ibadah vertikal tersebut belum menampakkan buahnya. Jika yang demikian itu terjadi atas orang-orang beriman, berarti mereka itu termasuk orang-orang yang sangat merugi, rugi dunia dan akhirat. Supaya ibadah vertikal itu bisa dilaksanakan dengan sempurna sehingga mampu membuahkan kemanfaatan yang universal, maka solusinya adalah melaksanakan tawasul secara ruhaniah. Tawasul tersebut dilaksanakan sebagai ibadah batin yang diterapkan dalam ibadah lahir. Dengan itu berarti seorang hamba mengadakan latihan hidup (riyadhah) secara terus-menerus untuk mencapai kehidupan yang seimbang. 

Interaksi ruhaniah tersebut dijadikan sebagai sarana latihan supaya ibadah vertikal yang dilakukan mampu membuahkan akhlakul karimah yang selanjutnya dapat dijadikan sebagai landasan guna melaksanakan ibadah horizontal secara sempurna. Mengapa bisa demikian?, karena dengan terjadinya pertalian ruhani antara orang yang bertawasul dengan orang yang ditawasuli tersebut yang diadakan secara terus-menerus, secara otomatis seorang murid akan mewarisi ilmu dan akhlak guru-guru mursyidnya. Ini merupakan sunatullah yang tidak akan terjadi perubahan untuk selama-lamanya. Apabila hal tersebut tidak terjadi, berarti dalam hati murid tersebut masih terdapat pengakit-penyakit dan kotoran yang harus dibersihkan. Yang diungkapkan ini merupakan bagian dari fadhilah atau kemanfaatan tawassul. Selain itu masih banyak lagi kemanfaatan yang bisa dipetik dari pelaksanaan ibadah batin tersebut. Apabila ada kalangan yang mengatakan tawassul secara ruhaniah tersebut dilarang dalam agama, itu semata-mata karena mereka tidak mengetahui ilmunya dan manfaat yang ada di dalamnya. Allahu A’lam.


Sumber bacaan diambil dari: ilmu tarekat (Thorikoh), malfali