"BLOG TANI NELAYANKU": RUKUN

<div style="text-align: justify;"><strong>BERDIRI</strong><br />Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengerjakan sholat fardhu atau  sunnah    berdiri karena memenuhi perintah Allah dalam QS. Al Baqarah :  238. Apabila bepergian,    beliau melakukan sholat sunnah di atas  kendaraannya. Beliau mengajarkan kepada    umatnya agar melakukan sholat  khauf dengan berjalan kaki atau berkendaraan.</div><div> </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"> <blockquote>“Peliharalah semua sholat dan sholat wustha dan  berdirilah dengan tenang    karena Allah. Jika kamu dalam ketakutan,  sholatlah dengan berjalan kaki atau    berkendaraan. Jika kamu dalam  keadaa aman, ingatlah kepada Allah dengan cara    yang telah diajarkan  kepada kamu yang mana sebelumnya kamu tidak mengetahui    (cara  tersebut).” (QS. Al Baqarah : 238).</blockquote></div><hr style="margin-left: 0px; margin-right: 0px;" /><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><strong>MENGHADAP KA’BAH</strong><br />Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bila berdiri untuk sholat fardhu  atau sholat sunnah, beliau menghadap Ka’bah. Beliau memerintahkan  berbuat demikian sebagaimana sabdanya kepada orang yang sholatnya salah:</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"> <blockquote>“Bila engkau berdiri untuk sholat, sempurnakanlah wudhu’mu, kemudian menghadaplah ke kiblat, lalu bertakbirlah.”<br />(HR. Bukhari, Muslim dan Siraj).</blockquote></div><div style="text-align: justify;">Tentang hal ini telah turun pula firman Allah dalam Surah Al Baqarah : 115:</div><div style="text-align: justify;"> <blockquote>“Kemana saja kamu menghadapkan muka, disana ada wajah Allah.”</blockquote></div><div style="text-align: justify;">Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah sholat menghadap Baitul Maqdis, hal ini terjadi sebelum turunnya firman Allah:</div><div style="text-align: justify;"> <blockquote>“Kami telah melihat kamu menengadahkan kepalamu ke  langit. Kami palingkan kamu ke kiblat yang kamu inginkan. Oleh karena  itu, hadapkanlah wajahmu ke sebagian arah Masjidil Haram.” (QS. Al  Baqarah : 144).</blockquote></div><div style="text-align: justify;">Setelah ayat ini turun beliau sholat menghadap Ka’bah.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Pada waktu sholat subuh kaum muslim yang tinggal di Quba’ kedatangan  seorang utusan Rasulullah untuk menyampaikan berita, ujarnya,</div><div style="text-align: justify;"> <blockquote>“Sesungguhnya semalam Rasulullah shallallahu ‘alaihi  wasallam telah mendapat wahyu, beliau disuruh menghadap Ka’bah. Oleh  karena itu, (hendaklah) kalian menghadap ke sana.” Pada saat itu mereka  tengah menghadap ke Syam (Baitul Maqdis). Mereka lalu berputar (imam  mereka memutar haluan sehingga ia mengimami mereka menghadap kiblat).  (HR. Bukhari, Muslim, Ahmad, Siraj, Thabrani, dan Ibnu Sa’ad. Baca Kitab  Al Irwa’, hadits No. 290).</blockquote></div><hr style="margin-left: 0px; margin-right: 0px;" /><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><strong>MENGHADAP SUTRAH</strong><br />Sutrah (pembatas yang berada di depan orang sholat) dalam sholat menjadi  keharusan    imam dan orang yang sholat sendirian, sekalipun di masjid  besar, demikian pendapat    Ibnu Hani’ dalam Kitab Masa’il, dari Imam  Ahmad.Beliau mengatakan,    “Pada suatu hari saya sholat tanpa memasang  sutrah di depan saya, padahal    saya melakukan sholat di dalam masjid  kami, Imam Ahmad melihat kejadian ini,    lalu berkata kepada saya,  ‘Pasanglah sesuatu sebagai sutrahmu!’ Kemudian aku    memasang orang  untuk menjadi sutrah.”Syaikh Al Albani mengatakan, “Kejadian ini  merupakan isyarat dari Imam Ahmad bahwa    orang yang sholat di masjid  besar atau masjid kecil tetap berkewajiban memasang    sutrah di  depannya.”Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><a name="more"></a><br /><div style="text-align: justify;"> <blockquote>“Janganlah kamu sholat tanpa menghadap sutrah dan  janganlah engkau membiarkan      seseorang lewat di hadapan kamu (tanpa  engkau cegah). Jika dia terus memaksa      lewat di depanmu, bunuhlah  dia karena dia ditemani oleh setan.”<br />(HR.      Ibnu Khuzaimah dengan sanad yang jayyid (baik)).</blockquote></div><div style="text-align: justify;">Beliau juga bersabda:</div><div style="text-align: justify;"> <blockquote>“Bila seseorang di antara kamu sholat menghadap sutrah,  hendaklah dia mendekati    sutrahnya sehingga setan tidak dapat memutus  sholatnya.”<br />(HR. Abu Dawud,    Al Bazzar dan Hakim. Disahkan oleh Hakim, disetujui olah Dzahabi dan Nawawi).</blockquote></div><div style="text-align: justify;">Dan hendaklah sutrah itu diletakkan tidak terlalu jauh dari tempat  kita berdiri    sholat sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Nabi  shallallahu ‘alaihi wasallam.</div><div style="text-align: justify;"> <blockquote>“Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berdiri shalat dekat  sutrah (pembatas)    yang jarak antara beliau dengan pembatas di  depannya 3 hasta.”<br />(HR. Bukhari    dan Ahmad).</blockquote></div><div style="text-align: justify;">Adapun yang dapat dijadikan sutrah antara lain: tiang masjid, tombak  yang ditancapkan    ke tanah, hewan tunggangan, pelana, tiang setinggi  pelana, pohon, tempat tidur,    dinding dan lain-lain yang semisalnya,  sebagaimana telah dicontohkan oleh Rasulullah    shallallahu ‘alaihi  wasallam.</div><div style="text-align: justify;"> </div><hr style="margin-left: 0px; margin-right: 0px;" /><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><strong>NIAT</strong><br />Niat berarti menyengaja untuk sholat, menghambakan diri kepada Allah  Ta’ala    semata, serta menguatkannya dalam hati.Nabi shallallahu  ‘alaihi wasallam bersabda:</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"> <blockquote>“Semua amal tergantung pada niatnya dan setiap orang akan mendapat (balasan)    sesuai dengan niatnya.”<br />(HR. Bukhari, Muslim dan lain-lain. Baca Al Irwa’,    hadits no. 22).</blockquote></div><div style="text-align: justify;"><strong>Niat tidak dilafadzkan</strong><br />Dan tidaklah disebutkan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan tidak  pula    dari salah seorang sahabatnya bahwa niat itu dilafadzkan.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Abu Dawud bertanya kepada Imam Ahmad. Dia berkata, “Apakah orang  sholat    mengatakan sesuatu sebelum dia takbir?” Imam Ahmad menjawab,  “Tidak.”    (Masaail al Imam Ahmad hal 31 dan Majmuu’ al Fataawaa  XXII/28).</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">AsSuyuthi berkata, “Yang termasuk perbuatan bid’ah adalah was-was  (selalu    ragu) sewaktu berniat sholat. Hal itu tidak pernah diperbuat  oleh Nabi shallallahu    ‘alaihi wasallam maupun para shahabat beliau.  Mereka dulu tidak pernah melafadzkan    niat sholat sedikitpun selain  hanya lafadz takbir.”</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Asy Syafi’i berkata, “Was-was dalam niat sholat dan dalam thaharah  termasuk    kebodohan terhadap syariat atau membingungkan akal.” (Lihat  al Amr bi al    Itbaa’ wa al Nahy ‘an al Ibtidaa’).</div><div style="text-align: justify;"> </div><hr style="margin-left: 0px; margin-right: 0px;" /><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><strong>TAKBIRATUL IHROM</strong><br />Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam selalu memulai sholatnya (dilakukan  hanya    sekali ketika hendak memulai suatu sholat) dengan takbiratul  ihrom yakni mengucapkan    Allahu Akbar (<img alt="allahuakbar.gif" src="http://sholat.files.wordpress.com/2007/11/allahuakbar.gif?w=406" />)     di awal sholat dan beliau pun pernah memerintahkan seperti itu  kepada orang    yang sholatnya salah. Beliau bersabda kepada orang itu:</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"> <blockquote>“Sesungguhnya sholat seseorang tidak sempurna sebelum dia  berwudhu’ dan    melakukan wudhu’ sesuai ketentuannya, kemudian ia  mengucapkan Allahu Akbar.”<br />(Hadits diriwayatkan oleh Al Imam Thabrani dengan sanad shahih).</blockquote></div><div style="text-align: justify;">Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:</div><div style="text-align: justify;"> <blockquote>“Apabila engkau hendak mengerjakan sholat, maka  sempurnakanlah wudhu’mu    terlebih dahulu kemudian menghadaplah ke arah  kiblat, lalu ucapkanlah takbiratul ihrom.”<br />(Muttafaqun ‘alaihi).</blockquote></div><div style="text-align: justify;"><strong>Takbirotul ihrom diucapkan dengan lisan</strong><br />Takbirotul ihrom tersebut harus diucapkan dengan lisan (bukan diucapkan di    dalam hati).</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Muhammad Ibnu Rusyd berkata, “Adapun seseorang yang membaca dalam  hati,    tanpa menggerakkan lidahnya, maka hal itu tidak disebut dengan  membaca. Karena    yang disebut dengan membaca adalah dengan  melafadzkannya di mulut.”</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">An Nawawi berkata, “…adapun selain imam, maka disunnahkan baginya     untuk tidak mengeraskan suara ketika membaca lafadz tabir, baik apakah  dia sedang    menjadi makmum atau ketika sholat sendiri. Tidak  mengeraskan suara ini jika    dia tidak menjumpai rintangan, seperti  suara yang sangat gaduh. Batas minimal    suara yang pelan adalah bisa  didengar oleh dirinya sendiri jika pendengarannya    normal. Ini berlaku  secara umum baik ketika membaca ayat-ayat al Qur-an, takbir,    membaca  tasbih ketika ruku’, tasyahud, salam dan doa-doa dalam sholat baik yang     hukumnya wajib maupun sunnah…” beliau melanjutkan, “Demikianlah     nash yang dikemukakan Syafi’i dan disepakati oleh para pengikutnya. Asy  Syafi’i    berkata dalam al Umm, ‘Hendaklah suaranya bisa didengar  sendiri dan orang yang    berada disampingnya. Tidak patut dia menambah  volume suara lebih dari ukuran    itu.’.” (al Majmuu’ III/295).</div><div style="text-align: justify;"> </div><hr style="margin-left: 0px; margin-right: 0px;" /><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><strong>MENGANGKAT KEDUA TANGAN</strong><br />Disunnahkan mengangkat kedua tangannya setentang bahu ketika bertakbir dengan merapatkan jari-jemari tangannya,</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><img alt="takbiratulikhram1.gif" src="http://sholat.files.wordpress.com/2007/10/takbiratulikhram1.gif?w=406" /></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar radiyallahu anhuma, ia berkata:</div><div style="text-align: justify;"> <blockquote>“Rasulullah shallallahu alaihi wasallam biasa mengangkat  kedua tangannya    setentang bahu jika hendak memulai sholat, setiap  kali bertakbir untuk ruku’    dan setiap kali bangkit dari ruku’nya.”<br />(Muttafaqun ‘alaihi).</blockquote></div><div style="text-align: justify;">Atau mengangkat kedua tangannya setentang telinga,</div><div style="text-align: justify;">  </div><div style="text-align: justify;"><img alt="takbiratulikhram2.gif" src="http://sholat.files.wordpress.com/2007/10/takbiratulikhram2.gif?w=406" /></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">berdasarkan hadits riwayat Malik bin Al-Huwairits radhiyyallahu    anhu, ia berkata:</div><div style="text-align: justify;"> <blockquote>“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam biasa mengangkat  kedua tangannya    setentang telinga setiap kali bertakbir (didalam  sholat).”<br />(HR. Muslim).</blockquote></div><div style="text-align: justify;">Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, Ibnu Khuzaimah,  Tamam    dan Hakim disebutkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi  wasallam mengangkat    kedua tangannya dengan membuka jari-jarinya lurus  ke atas (tidak merenggangkannya    dan tidak pula menggengamnya).  (Shifat Sholat Nabi).</div><div style="text-align: justify;"> </div><hr style="margin-left: 0px; margin-right: 0px;" /><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><strong>BERSEDEKAP</strong><br />Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam meletakkan tangan kanan di atas tangan    kirinya (bersedekap). Beliau bersabda:</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"> <blockquote>“Kami, para nabi diperintahkan untuk segera berbuka dan  mengakhirkan sahur    serta meletakkan tangan kanan pada tangan kiri  (bersedekap) ketika melakukan    sholat.”<br />(Hadits diriwayatkan oleh Al Imam Ibnu Hibban dan Adh Dhiya’ dengan sanad shahih).</blockquote></div><div style="text-align: justify;">Dalam sebuah riwayat pernah beliau melewati seorang yang sedang  sholat, tetapi    orang ini meletakkan tangan kirinya pada tangan  kanannya, lalu beliau melepaskannya,    kemudian orang itu meletakkan  tangan kanannya pada tangan kirinya. (Hadits riwayat Ahmad    dan Abu  Dawud dengan sanad yang shahih).</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><strong>Meletakkan atau menggenggam</strong><br />Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam meletakkan lengan kanan pada punggung telapak    kirinya, pergelangan dan lengan kirinya</div><div style="text-align: justify;">  </div><div style="text-align: justify;"><img alt="meletakkan.gif" src="http://sholat.files.wordpress.com/2007/10/meletakkan.gif?w=406" /></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">berdasar hadits dari    Wail bin Hujur:</div><div style="text-align: justify;"> <blockquote>“Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertakbir  kemudian meletakkan    tangan kanannya di atas telapak tangan kiri,  pergelangan tangan kiri atau lengan    kirinya.”<br />(Hadits diriwayatkan oleh Al Imam Abu Dawud, Nasa’i, Ibnu Khuzaimah,  dengan sanad yang shahih    dan dishahihkan pula oleh Ibnu Hibban,  hadits no. 485).</blockquote></div><div style="text-align: justify;">Beliau terkadang juga menggenggam pergelangan tangan kirinya dengan tangan    kanannya,</div><div style="text-align: justify;">  </div><div style="text-align: justify;"><img alt="menggenggam.gif" src="http://sholat.files.wordpress.com/2007/10/menggenggam.gif?w=406" /></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">berdasarkan hadits Nasa’i dan Daraquthni:</div><div style="text-align: justify;"> <blockquote>“Tetapi beliau terkadang menggenggamkan jari-jari tangan kanannya pada    lengan kirinya.”<br />(sanad shahih).</blockquote></div><div style="text-align: justify;"><strong>Bersedekap di dada</strong><br />Menyedekapkan tangan di dada adalah perbuatan yang benar menurut sunnah berdasarkan    hadits:</div><div style="text-align: justify;"> <blockquote>“Beliau meletakkan kedua tangannya di atas dadanya.”<br />(Hadits diriwayatkan oleh Al Imam Abu Dawud,    Ibnu Khuzaimah, Ahmad dari Wail bin Hujur).</blockquote></div><div style="text-align: justify;">Cara-cara yang sesuai sunnah ini dilakukan oleh Imam Ishaq bin  Rahawaih. Imam    Mawarzi dalam Kitab Masa’il, halaman 222 berkata:  “Imam Ishaq meriwayatkan    hadits secara mutawatir kepada kami…. Beliau  mengangkat kedua tangannya    ketika berdo’a qunut dan melakukan qunut  sebeluim ruku’. Beliau menyedekapkan    tangannya berdekatan dengan  teteknya.” Pendapat yang semacam ini juga dikemukakan    oleh Qadhi  ‘Iyadh al Maliki dalam bab Mustahabatu ash Sholat pada Kitab Al I’lam,     beliau berkata: “Dia meletakkan tangan kanan pada punggung tangan kiri     di dada.”</div><div style="text-align: justify;"> </div><hr style="margin-left: 0px; margin-right: 0px;" /><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><strong>MEMANDANG TEMPAT SUJUD</strong><br />Pada saat mengerjakan sholat, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam  menundukkan    kepalanya dan mengarahkan pandangannya ke tempat sujud.  Hal ini didasarkan pada    hadits yang diriwayatkan oleh Ummul Mukminin  ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha:</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"> <blockquote>“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak mengalihkan pandangannya    dari tempat sujud (di dalam sholat).”<br />(HR. Baihaqi dan dishahihkan oleh Syaikh Al Albani).</blockquote></div><div style="text-align: justify;"><strong>Larangan menengadah ke langit</strong><br />Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melarang keras menengadah ke  langit (ketika    sholat). Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa  Rasulullah shallallahu ‘alaihi    wasallam bersabda:</div><div style="text-align: justify;"> <blockquote>“Hendaklah sekelompok orang benar-benar menghentikan  pandangan matanya    yang terangkat ke langit ketika berdoa dalam sholat  atau hendaklah mereka benar-benar    menjaga pandangan mata mereka.”<br />(HR. Muslim, Nasa’i dan Ahmad).</blockquote></div><div style="text-align: justify;">Rasulullah juga melarang seseorang menoleh ke kanan atau ke kiri ketika sholat,    beliau bersabda:</div><div style="text-align: justify;"> <blockquote>“Jika kalian sholat, janganlah menoleh ke kanan atau ke  kiri karena Allah    akan senantiasa menghadapkan wajah-Nya kepada hamba  yang sedang sholat selama    ia tidak menoleh ke kanan atau ke kiri.”<br />(HR. Tirmidzi dan Hakim).</blockquote></div><div style="text-align: justify;">Dalam Zaadul Ma’aad ( I/248 ) disebutkan bahwa makruh hukumnya orang  yang sedang    sholat menolehkan kepalanya tanpa ada keperluan. Ibnu  Abdil Bar berkata, “Jumhur    ulama mengatakan bawa menoleh yang ringan  tidak menyebabkan shalat menjadi rusak.”</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Juga dimakruhkan shalat dihadapan sesuatu yang bisa merusak  konsentrasi atau    di tempat yang ada gambar-gambarnya, diatas sajadah  yang ada lukisan atau ukiran,    dihadapan dinding yang bergambar dan  sebagainya.</div><div style="text-align: justify;"> </div><hr style="margin-left: 0px; margin-right: 0px;" /><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><strong>MEMBACA DO’A ISTIFTAH</strong><br />Doa istiftah yang dibaca oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam  bermacam-macam.    Dalam doa istiftah tersebut beliau shallallahu  ‘alaihi wasallam mengucapkan pujian,    sanjungan dan kalimat keagungan  untuk Allah.Beliau pernah memerintahkan hal    ini kepada orang yang  salah melakukan sholatnya dengan sabdanya:</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"> <blockquote>“Tidak sempurna sholat seseorang sebelum ia bertakbir,  mengucapkan pujian,    mengucapkan kalimat keagungan (doa istiftah), dan  membaca ayat-ayat al Qur-an    yang dihafalnya…” (HR. Abu Dawud dan  Hakim, disahkan oleh Hakim, disetujui    oleh Dzahabi).</blockquote></div><div style="text-align: justify;">Adapun bacaan doa istiftah yang diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam    diantaranya adalah:</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><img alt="iftitah-1.gif" src="http://sholat.files.wordpress.com/2007/11/iftitah-1.gif?w=406" /></div><div style="text-align: justify;"> <blockquote>“ALLAHUUMMA BA’ID BAINII WA BAINA KHATHAAYAAYA KAMAA  BAA’ADTA BAINAL      MASYRIQI WAL MAGHRIBI, ALLAAHUMMA NAQQINII MIN  KHATHAAYAAYA KAMAA YUNAQQATS      TSAUBUL ABYADHU MINAD DANAS.  ALLAAHUMMAGHSILNII MIN KHATHAAYAAYA BIL MAA’I WATS TSALJI WAL       BARADI”</blockquote></div><div style="text-align: justify;">artinya:</div><div style="text-align: justify;"> <blockquote>“Ya, Allah, jauhkanlah antara aku dan  kesalahan-kesalahanku sebagaimana    Engkau menjauhkan antara timur dan  barat. Ya, Allah, bersihkanlah aku dari kesalahan-kesalahanku     sebagaimana baju putih dibersihkan dari kotoran. Ya, Allah cucilah aku  dari    kesalahan-kesalahanku dengan air, salju dan embun.” (HR.  Bukhari, Muslim    dan Ibnu Abi Syaibah).</blockquote></div><div style="text-align: justify;">Atau kadang-kadang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga membaca dalam sholat fardhu:</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><img alt="wajjahtu.gif" src="http://sholat.files.wordpress.com/2007/11/wajjahtu.gif?w=406" /></div><div style="text-align: justify;"> <blockquote>“WAJJAHTU WAJHIYA LILLADZII FATARAS SAMAAWAATI WAL ARDHA  HANIIFAN [MUSLIMAN] WA MAA ANA MINAL MUSYRIKIIN.  INNA SHOLATII  WANUSUKII WAMAHYAAYA WAMAMAATII LILLAHI RABBIL ‘ALAMIIN.  LAA  SYARIIKALAHU WABIDZALIKA UMIRTU WA ANA AWWALUL MUSLIMIIN.  ALLAHUMMA  ANTAL MALIKU,  LAA ILAAHA ILLA ANTA [SUBHAANAKA WA BIHAMDIKA] ANTA  RABBII WA ANA ‘ABDUKA, DHALAMTU NAFSII, WA’TARAFTU BIDZAMBI, FAGHFIRLII  DZAMBI JAMII’AN, INNAHU LAA YAGHFIRUDZ DZUNUUBA ILLA ANTA.  WAHDINII LI  AHSANIL AKHLAAQI LAA YAHDII LI AHSANIHAA ILLA ANTA, WASHRIF ‘ANNII  SAYYI-AHAA LAA YASHRIFU ‘ANNII SAYYI-AHAA ILLA ANTA LABBAIKA WA  SA’DAIKA, WAL KHAIRU KULLUHU FII YADAIKA. WASY SYARRULAISA ILAIKA. [WAL  MAHDIYYU MAN HADAITA].  ANA BIKA WA ILAIKA [LAA MANJAA WALAA MALJA-A  MINKA ILLA ILAIKA. TABAARAKTA WA TA'AALAITA ASTAGHFIRUKA WAATUUBU  ILAIKA"</blockquote></div><div style="text-align: justify;">yang artinya:</div><div style="text-align: justify;"> <blockquote>"Aku hadapkan wajahku kepada Pencipta seluruh langit dan  bumi dengan penuh kepasrahan dan aku bukanlah termasuk orang-orang  musyrik. Sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku semata-mata untuk Allah,  Rabb semesta alam, tiada sesuatu pun yang menyekutui-Nya. Demikianlah  aku diperintah dan aku termasuk orang yang pertama-tama menjadi muslim.  Ya Allah, Engkaulah Penguasa, tiada Ilah selain Engkau semata-mata.  [Engkau Mahasuci dan Mahaterpuji], Engkaulah Rabbku dan aku hamba-Mu,  aku telah menganiaya diriku dan aku mengakui dosa-dosaku, maka ampunilah  semua dosaku. Sesungguhnya hanya Engkaulah yang berhak mengampuni semua  dosa. Berilah aku petunjuk kepada akhlaq yang paling baik, karena hanya  Engkaulah yang dapat memberi petunjuk kepada akhlaq yang terbaik dan  jauhkanlah diriku dari akhlaq buruk. Aku jawab seruan-Mu, sedang segala  keburukan tidak datang dari-Mu. [Orang yang terpimpin adalah orang yang  Engkau beri petunjuk]. Aku berada dalam kekuasaan-Mu dan akan kembali  kepada-Mu, [tiada tempat memohon keselamatan dan perlindungan dari  siksa-Mu kecuali hanya Engkau semata]. Engkau Mahamulia dan Mahatinggi,  aku mohon ampun kepada-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”<br />(Hadits diriwayatkan oleh Imam Al Bukhari, Muslim dan Ibnu Abi Syaibah)</blockquote></div><hr style="margin-left: 0px; margin-right: 0px;" /><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><strong>MEMBACA TA’AWWUDZ</strong><br />Membaca doa ta’awwudz adalah disunnahkan dalam setiap raka’at, sebagaimana    firman Allah ta’ala:</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"> <blockquote>“Apabila kamu membaca al Qur-an hendaklah kamu meminta perlindungan kepada    Allah dari syaitan yang terkutuk.” (An Nahl : 98).</blockquote></div><div style="text-align: justify;">Dan pendapat ini adalah    yang paling shahih dalam madzhab Syafi’i  dan diperkuat oleh Ibnu Hazm (Lihat    al Majmuu’ III/323 dan Tamaam al  Minnah 172-177).</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Nabi biasa membaca ta’awwudz yang berbunyi:</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><img alt="taawudz1.gif" src="http://sholat.files.wordpress.com/2007/11/taawudz1.gif?w=406" /></div><div style="text-align: justify;"> <blockquote>“A’UUDZUBILLAHI MINASY SYAITHAANIR RAJIIM MIN HAMAZIHI WA NAFKHIHI WANAFTSIHI”</blockquote></div><div style="text-align: justify;">artinya:</div><div style="text-align: justify;"> <blockquote>“Aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk,  dari semburannya      (yang menyebabkn gila), dari kesombongannya, dan  dari hembusannya (yang menyebabkan      kerusakan akhlaq).”<br />(Hadits diriwayatkan oleh Al Imam Abu Dawud, Ibnu Majah, Daraquthni,  Hakim dan      dishahkan olehnya serta oleh Ibnu Hibban dan Dzahabi).</blockquote></div><div style="text-align: justify;">Atau mengucapkan:</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><img alt="taawudz2.gif" src="http://sholat.files.wordpress.com/2007/11/taawudz2.gif?w=406" /></div><div style="text-align: justify;"> <blockquote>“A’UUZUBILLAHIS SAMII’IL ALIIM MINASY SYAITHAANIR RAJIIM…”</blockquote></div><div style="text-align: justify;">artinya:</div><div style="text-align: justify;"> <blockquote>“Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui      dari setan yang terkutuk…”<br />(Hadits diriwayatkan oleh Al Imam Abu Dawud dan Tirmidzi dengan sanad      hasan).</blockquote></div><hr style="margin-left: 0px; margin-right: 0px;" /><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><strong>MEMBACA AL FATIHAH</strong><br /><strong>Hukum Membaca Al-Fatihah</strong><br />Membaca Al-Fatihah merupakan salah satu dari sekian banyak rukun sholat,  jadi    kalau dalam sholat tidak membaca Al-Fatihah maka tidak sah  sholatnya berdasarkan    perkataan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam  (yang artinya):</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"> <blockquote>“Tidak dianggap sholat (tidak sah sholatnya) bagi yang      tidak membaca Al-Fatihah”<br />(Hadits Shahih dikeluarkan oleh Al-Jama’ah: yakni      Al-Imam  Al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasa-i dan Ibnu Majah).</blockquote><blockquote>“Barangsiapa yang sholat tanpa membaca Al-Fatihah maka       sholatnya buntung, sholatnya buntung, sholatnya buntung…tidak  sempurna”<br />(Hadits Shahih dikeluarkan oleh Al-Imam Muslim dan Abu ‘Awwanah).</blockquote></div><div style="text-align: justify;"><strong>Kapan Kita Wajib Membaca Surat Al-Fatihah</strong><br />Jelas bagi kita kalau sedang sholat sendirian (munfarid) maka wajib  untuk membaca    Al-Fatihah, begitu pun pada sholat jama’ah ketika imam  membacanya secara sirr    (tidak diperdengarkan) yakni pada sholat  Dhuhur, ‘Ashr, satu roka’at terakhir    sholat Mahgrib dan dua roka’at  terakhir sholat ‘Isyak, maka para makmum wajib    membaca surat  Al-Fatihah tersebut secara sendiri-sendiri secara sirr (tidak     dikeraskan).</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Lantas bagaimana kalau imam membaca secara keras…?</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Tentang ini Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa pernah Rasulullah  melarang    makmum membaca surat dibelakang imam kecuali surat  Al-Fatihah:</div><div style="text-align: justify;"> <blockquote>“Betulkah kalian tadi membaca (surat) dibelakang       imam kalian?” Kami menjawab: “Ya, tapi dengan cepat wahai Rasulallah.”       Berkata Rasul: “Kalian tidak boleh melakuka</blockquote></div><hr style="margin-left: 0px; margin-right: 0px;" /><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><strong>MEMBACA AMIN</strong><br /><strong>Hukum Bagi Imam:</strong><br />Membaca amin disunnahkan bagi imam sholat.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"> <blockquote>Dari Abu hurairah, dia berkata: “Dulu Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wa    sallam, jika selesai membaca surat Ummul Kitab  (Al-Fatihah) mengeraskan suaranya    dan membaca amin.”<br />(Hadits dikeluarkan oleh Imam Ibnu Hibban, Al-Hakim,    Al-Baihaqi,  Ad-Daraquthni dan Ibnu Majah, oleh Al-Albani dalam Al-Silsilah  Al-Shahihah    dikatakan sebagai hadits yang berkualitas shahih)</blockquote><blockquote>“Bila Nabi selesai membaca Al-Fatihah (dalam sholat), beliau mengucapkan    amiin dengan suara keras dan panjang.”<br />(Hadits shahih dikeluarkan oleh    Al-Imam Al-Bukhari dan Abu Dawud)</blockquote></div><div style="text-align: justify;">Hadits tersebut mensyari’atkan para imam untuk mengeraskan bacaan  amin, demikian    yang menjadi pendapat Al-Imam Al-Bukhari, As-Syafi’i,  Ahmad, Ishaq dan para    imam fikih lainnya. Dalam shahihnya Al-Bukhari  membuat suatu bab dengan judul    ‘baab jahr al-imaan bi al-ta-miin’  (artinya: bab tentang imam mengeraskan suara    ketika membaca amin).  Didalamnya dinukil perkataan (atsar) bahwa Ibnu Al-Zubair    membaca  amin bersama para makmum sampai seakan-akan ada gaung dalam masjidnya.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Juga perkataan Nafi’ (maula Ibnu Umar): Dulu Ibnu Umar selalu membaca  aamiin    dengan suara yang keras. Bahkan dia menganjurkan hal itu  kepada semua orang.    Aku pernah mendengar sebuah kabar tentang anjuran  dia akan hal itu.”</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><strong>Hukum Bagi Makmum:</strong><br />Dalam hal ini ada beberapa petunjuk dari Nabi (Hadits), atsar para shahabat    dan perkataan para ulama.</div><div style="text-align: justify;"> <blockquote>Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: “Jika imam membaca amiin    maka hendaklah kalian juga membaca amiin.”</blockquote></div><div style="text-align: justify;">Hal ini mengisyaratkan bahwa membaca amiin itu hukumnya wajib bagi  makmum. Pendapat    ini dipertegas oleh Asy-Syaukani. Namun hukum wajib  itu tidak mutlak harus dilakukan    oleh makmum. Mereka baru diwajibkan  membaca amiin ketika imam juga membacanya.    Adapun bagi imam dan orang  yang sholat sendiri, maka hukumnya hanya sunnah.    (lihat Nailul  Authaar, II/262).</div><div style="text-align: justify;"> <blockquote>“Bila imam selesai membaca ghoiril maghdhuubi ‘alaihim  waladhdhooolliin,    ucapkanlah amiin [karena malaikat juga mengucapkan  amiin dan imam pun mengucapkan    amiin]. Dalam riwayat lain: “(apabila  imam mengucapkan amiin, hendaklah    kalian mengucapkan amiin)  barangsiapa ucapan aminnya bersamaan dengan malaikat,    (dalam riwayat  lain disebutkan: “bila seseorang diantara kamu mengucapkan    amin dalam  sholat bersamaan dengan malaikat dilangit mengucapkannya), dosa-dosanya     masa lalu diampuni.”<br />(Hadits dikeluarkan oleh Al-Imam Al-Bukhari, Muslim,    An-Nasa-i dan Ad-Darimi)</blockquote></div><div style="text-align: justify;">Syaikh Al-Albani mengomentari masalah ini sebagai berikut:<br />“Aku berkata: Masalah ini harus diperhatikan dengan serius dan tidak  boleh    diremehkan dengan cara meninggalkannya. Termasuk kesempurnaan  dalam mengerjakan    masalah ini adalah dengan membarengi bacaan amin  sang imam, dan tidak mendahuluinya.    (Tamaamul Minnah hal. 178)</div><div style="text-align: justify;"> </div><hr style="margin-left: 0px; margin-right: 0px;" /><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><strong>BACAAN SURAT SETELAH AL FATIHAH</strong><br />Membaca surat Al Qur-an setelah membaca Al Fatihah dalan sholat hukumnya  sunnah    karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membolehkan  tidak membacanya.    Membaca surat Al-Qur-an ini dilakukan pada dua  roka’at pertama. Banyak hadits    yang menceritakan perbuatan Nabi  shallallahu ‘alaihi wasallam tentang itu.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><strong>Panjang pendeknya surat yang dibaca</strong><br />Pada sholat munfarid Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca  surat-surat    yang panjang kecuali dalam kondisi sakit atau sibuk,  sedangkan kalau sebagai    imam disesuaikan dengan kondisi makmumnya  (misalnya ada bayi yang menangis maka    bacaan diperpendek).Rasulullah  berkata:</div><div style="text-align: justify;"> <blockquote>“Aku melakukan sholat dan aku ingin memperpanjang  bacaannya akan tetapi,    tiba-tiba aku mendengar suara tangis bayi  sehingga aku memperpendek sholatku    karena aku tahu betapa gelisah  ibunya karena tangis bayi itu.”<br />(Hadits    dikeluarkan oleh Al-Imam Al-Bukhari dan Muslim)</blockquote></div><div style="text-align: justify;"><strong>Cara membaca surat</strong><br />Dalam satu sholat terkadang beliau membagi satu surat dalam dua roka’at,  kadang    pula surat yang sama dibaca pada roka’at pertama dan kedua.  (berdasar hadits    yang dikeluarkan oleh Al-Imam Ahmad dan Abu Ya’la,  juga hadits shahih yang dikeluarkan    oleh Al-Imam Abu Dawud dan  Al-Baihaqi atau riwayat dari Ahmad, Ibnu Khuzaimah    dan Al-Hakim,  disahkan oleh Al-Hakim disetujui oleh Ad-Dzahabi)</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Terkadang beliau    membolehkan membaca dua surat atau lebih dalam  satu roka’at.(Berdasar hadits yang dikeluarkan    oleh Al-Imam  Al-Bukhari dan At-Tirmidzi, dinyatakan oleh At-Tirmidzi sebagai     hadits shahih)</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><strong>Tata cara bacaan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam</strong><br />Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasanya membaca surat dengan jumlah  ayat    yang berimbang antara roka’at pertama dengan roka’at kedua.  (berdasar hadits    shahih dikeluarkan oleh Al-Bukhari dan Muslim)</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Dalam sholat yang bacaannya di-jahr-kan Nabi membaca dengan keras dan  jelas.    Tetapi pada sholat dzuhur dan ashar juga pada sholat maghrib  pada roka’at ketiga    ataupun dua roka’at terakhir sholat isya’ Nabi  membacanya dengan lirih yang    hanya bisa diketahui kalau Nabi sedang  membaca dari gerakan jenggotnya, tetapi    terkadang beliau  memperdengarkan bacaannya kepada mereka tapi tidak sekeras    seperti  ketika di-jahr-kan. (Berdasarkan hadits yang dikeluarkan oleh Al-Imam     Al-Bukhari, Muslim dan Abu Dawud)</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sering membaca suatu surat  dari awal    sampai selesai selesai. Beliau shallallahu ‘alaihi wa  sallam berkata:</div><div style="text-align: justify;"> <blockquote>“Berikanlah setiap surat haknya, yaitu dalam setiap (roka’at) ruku’ dan    sujud.”<br />(Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Ibnu Abi Syaibah, Ahmad dan ‘Abdul Ghani    Al-Maqdisi)</blockquote></div><div style="text-align: justify;">Dalam riwayat lain disebutkan:</div><div style="text-align: justify;"> <blockquote>“Untuk setiap satu surat (dibaca) dalam satu roka’at.”<br />(Hadits      dikeluarkan oleh Al Imam Ibnu Nashr dan At-Thohawi)</blockquote></div><div style="text-align: justify;">Dijelaskan oleh Syaikh Al-Albani: “Seyogyanya kalian membaca satu  surat utuh dalam    setiap satu roka’at sehingga roka’at tersebut  memperoleh haknya dengan sempurna.”    Perintah dalam hadits tersebut  bersifat sunnah bukan wajib.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Dalam membaca surat Al-Qur-an Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa  sallam melakukannya    dengan tartil, tidak lambat juga tidak cepat  -sebagaimana diperintahkan oleh    Allah- dan beliau membaca satu per  satu kalimat, sehingga satu surat memerlukan    waktu yang lebih panjang  dibanding kalau dibaca biasa (tanpa dilagukan). Rasulullah    berkata  bahwa orang yang membaca Al-Qur-an kelak akan diseru:</div><div style="text-align: justify;"> <blockquote>“Bacalah, telitilah dan tartilkan sebagaimana kamu dulu  mentartilkan di    dunia, karena kedudukanmu berada di akhir ayat yang  engkau baca.”<br />(Hadits    dikeluarkan oleh Al Imam Abu Dawud dan At-Tirmidzi, dishahihkan oleh At-Tirmidzi)</blockquote></div><div style="text-align: justify;">Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca surat Al-Qur-an  dengan suara    yang bagus, maka beliau juga memerintahkan yang demikian  itu:</div><div style="text-align: justify;"> <blockquote>“Perindahlah/hiasilah Al-Qur-an dengan suara kalian [karena suara yang    bagus menambah keindahan Al-Qur-an].”<br />(Hadits dikeluarkan oleh Al-Imam    Al-Bukhari , Abu Dawud, Ad-Darimi, Al-Hakim dan Tamam Ar-Razi)</blockquote><blockquote>“Bukanlah dari golongan kami orang yang tidak melagukan Al-Qur-an.”<br />(Hadits dikeluarkan oleh Abu Dawud dan Al-Hakim, dishahihkan oleh Al-Hakim dan    disetujui oleh Adz-Dzahabi)</blockquote></div><hr style="margin-left: 0px; margin-right: 0px;" /><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><strong>RUKU’</strong><br />Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam setelah selesai membaca surat  dari    Al-Qur-an kemudian berhenti sejenak, terus mengangkat kedua  tangannya sambil    bertakbir seperti ketika takbiratul ihrom (setentang  bahu atau daun telinga)    kemudian rukuk (merundukkan badan kedepan  dipatahkan pada pinggang, dengan punggung    dan kepala lurus sejajar  lantai). Berdasarkan beberapa hadits, salah satunya    adalah:</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"> <blockquote>Dari Abdullah bin Umar, ia berkata: “Aku melihat  Rasulullah shallallahu      ‘alaihi wa sallam apabila berdiri dalam  sholat mengangkat kedua tangannya      sampai setentang kedua bahunya,  hal itu dilakukan ketika bertakbir      hendak rukuk dan ketika  mengangkat kepalanya (bangkit) dari ruku’ ….”<br />(Hadits      dikeluarkan oleh Al Imam Al-Bukhari, Muslim dan Malik)</blockquote></div><div style="text-align: justify;"><strong>Cara Ruku’</strong><br />> Bila Rasulullah ruku’ maka beliau meletakkan telapak tangannya pada  lututnya,    demikian beliau juga memerintahkan kepada para  shahabatnya.</div><div style="text-align: justify;"> <blockquote>“Bahwasanya shallallahu ‘alaihi wa sallam (ketika ruku’) meletakkan kedua    tangannya pada kedua lututnya.”<br />(Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Al-Bukhari dan    Abu Dawud)</blockquote></div><div style="text-align: justify;">> Menekankan tangannya pada lututnya.</div><div style="text-align: justify;"> <blockquote>“Jika kamu ruku’ maka letakkan kedua tanganmu pada kedua  lututmu dan bentangkanlah    (luruskan) punggungmu serta tekankan tangan  untuk ruku’.”<br />(Hadits dikeluarkan    oleh Al Imam Ahmad dan Abu Dawud)</blockquote></div><div style="text-align: justify;">> Merenggangkan jari-jemarinya.</div><div style="text-align: justify;">  </div><div style="text-align: justify;"><a href="http://sholat.files.wordpress.com/2007/10/ruku2.gif" title="ruku2.gif"><img alt="ruku2.gif" src="http://sholat.files.wordpress.com/2007/10/ruku2.gif?w=406" /></a></div><div style="text-align: justify;"> <blockquote>“Beliau merenggangkan jari-jarinya.”<br />(Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Al-Hakim    dan dia menshahihkannya, Adz-Dzahabi dan At-Thayalisi menyetujuinya)</blockquote></div><div style="text-align: justify;">> Merenggangkan kedua sikunya dari lambungnya.</div><div style="text-align: justify;"> <blockquote>“Beliau bila ruku’, meluruskan dan membentangkan  punggungnya sehingga bila    air dituangkan di atas punggung beliau, air  tersebut tidak akan bergerak.”<br />(Hadits di keluarkan oleh Al Imam Thabrani, ‘Abdullah bin Ahmad dan ibnu   Majah)</blockquote></div><div style="text-align: justify;">> Antara kepala dan punggung lurus, kepala tidak mendongak tidak  pula menunduk    tetapi tengah-tengah antara kedua keadaan tersebut.</div><div style="text-align: justify;">  </div><div style="text-align: justify;"><img alt="ruku1.gif" src="http://sholat.files.wordpress.com/2007/10/ruku1.gif?w=406" /></div><div style="text-align: justify;"> <blockquote>“Beliau tidak mendongakkan kepalanya dan tidak pula menundukkannya.”<br />(Hadits ini diriwayatkan oleh Al Imam Abu Dawud dan Bukhari)</blockquote><blockquote>“Sholat seseorang sempurna sebelum dia melakukan ruku’ dan sujud dengan    meluruskan punggungnya.”<br />(Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Abu ‘Awwanah, Abu Dawud    dan Sahmi dishahihkan oleh Ad-Daraquthni)</blockquote></div><div style="text-align: justify;">> Thuma-ninah/Bersikap Tenang</div><div style="text-align: justify;"> <blockquote>Beliau pernah melihat orang yang ruku’ dengan tidak  sempurna dan sujud    seperti burung mematuk, lalu berkata: “Kalau orang  ini mati dalam keadaan    seperti itu, ia mati diluar agama Muhammad  [sholatnya seperti gagak mematuk    makanan] sebagaimana orang ruku’  tidak sempurna dan sujudnya cepat seperti burung    lapar yang memakan  satu, dua biji kurma yang tidak mengenyangkan.”<br />(Hadits    dikeluarkan oleh Al Imam Abu Ya’la, Al-Ajiri, Al-Baihaqi,  Adh-Dhiya’ dan Ibnu Asakir    dengan sanad shahih, dishahihkan oleh Ibnu  Khuzaimah)</blockquote></div><div style="text-align: justify;">> Memperlama Ruku’</div><div style="text-align: justify;"> <blockquote>“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadikan ruku’,  berdiri setelah ruku’    dan sujudnya juga duduk antara dua sujud hampir  sama lamanya.”<br />(Hadits    dikeluarkan oleh Al Imam Al-Bukhari dan Muslim)</blockquote></div><div style="text-align: justify;"><strong>Yang Dibaca Ketika Ruku’</strong><br />Do’a yang dibaca oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ada beberapa  macam,    semuanya pernah dibaca oleh beliau jadi kadang membaca ini  kadang yang lain.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">1. SUBHAANA RABBIYAL ‘ADHZIM 3 kali atau lebih (Berdasar hadits yang  dikeluarkan    oleh Al Imam Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah dan lain-lain).</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><img alt="ruku01.gif" src="http://sholat.files.wordpress.com/2007/11/ruku01.gif?w=406" /></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Yang artinya:</div><div style="text-align: justify;"> <blockquote>“Maha Suci Rabbku, lagi Maha Agung.”</blockquote></div><div style="text-align: justify;">2. SUBHAANA RABBIYAL ‘ADHZIMI WA BIHAMDIH 3 kali (Berdasar hadits  yang dikeluarkan    oleh Al Imam Ahmad, Abu Dawud, Ad-Daroquthni dan  Al-Baihaqi).</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><img alt="ruku02.gif" src="http://sholat.files.wordpress.com/2007/11/ruku02.gif?w=406" /></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Yang artinya:</div><div style="text-align: justify;"> <blockquote>“Maha Suci Rabbku lagi Maha Agung dan segenap pujian bagi-Nya.”</blockquote></div><div style="text-align: justify;">3. SUBBUUHUN QUDDUUSUN RABBUL MALA-IKATI WAR RUUH (Berdasar hadits yang dikeluarkan    oleh Al Imam Muslim dan Abu ‘Awwanah).</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><img alt="ruku03.gif" src="http://sholat.files.wordpress.com/2007/11/ruku03.gif?w=406" /></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Yang artinya:</div><div style="text-align: justify;"> <blockquote>“Maha Suci, Maha Suci Rabb para malaikat dan ruh.”</blockquote></div><div style="text-align: justify;">4. SUBHAANAKALLAHUMMA WA BIHAMDIKA ALLAHUMMAGHFIRLII</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><img alt="ruku04.gif" src="http://sholat.files.wordpress.com/2007/11/ruku04.gif?w=406" /></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Yang artinya:</div><div style="text-align: justify;"> <blockquote>“Maha Suci Engkau ya, Allah, dan dengan memuji-Mu Ya, Allah ampunilah      aku.”</blockquote></div><div style="text-align: justify;">Berdasarkan hadits dari ‘A-isyah, bahwasanya dia berkata:</div><div style="text-align: justify;"> <blockquote>“Adalah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memperbanyak  membaca Subhanakallahumma    Wa Bihamdika Allahummaghfirlii dalam  ruku’nya dan sujudnya, beliau mentakwilkan    Al-Qur-an.”<br />(Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Al-Bukhari dan Muslim).</blockquote></div><div style="text-align: justify;">Do’a ini yang paling sering dibaca. Dikatakan bahwa ada riwayat dari  ‘A-isyah    yang menunjukkan bahwa Rasulullah sejak turunnya surat  An-Nashr -yang artinya:    “Hendaklah engkau mengucapkan tasbih dengan  memuji Rabbmu dan memohon ampun    kepada-Nya. Sesungguhnya Dia Maha  Penerima taubat.” (TQS. An-Nashr 110:3)-,    waktu ruku’ dan sujud  beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu membaca do’a    ini hingga  wafatnya.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">5. Dan lain-lain sesuai dengan hadits-hadits dari Nabi shallallahu ‘alaihi    wa sallam.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><strong>Yang Dilarang Ketika Ruku’</strong><br />Larangan disini adalah larangan dari Rasulullah bahwa sewaktu ruku’ kita tidak    boleh membaca Al-Qur-an. Berdasarkan hadits:</div><div style="text-align: justify;"> <blockquote>“Bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang membaca Al-Qur-an      dalam ruku’ dan sujud.”<br />(Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Muslim dan Abu ‘Awwanah)<br />“Ketahuilah bahwa aku dilarang membaca Al-Qur-an sewaktu ruku’ dan sujud…”<br />(Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Muslim dan Abu ‘Awwanah).</blockquote></div><hr style="margin-left: 0px; margin-right: 0px;" /><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><strong>I’TIDAL DARI RUKU’</strong><br /><strong>Cara i’tidal dari ruku’</strong><br />Setelah ruku’ dengan sempurna dan selesai membaca do’a, maka kemudian  bangkit    dari ruku’ (i’tidal). Waktu bangkit tersebut membaca <img alt="bacaan-itidal.gif" src="http://sholat.files.wordpress.com/2007/11/bacaan-itidal.gif?w=406" />  (SAMI’ALLAAHU LIMAN HAMIDAH) disertai dengan mengangkat kedua tangan  sebagaimana    waktu takbiratul ihrom. Hal ini berdasarkan keterangan  beberapa hadits, diantaranya:</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"> <blockquote>Dari Abdullah bin Umar, ia berkata: “Aku melihat  Rasulullah shallallahu      ‘alaihi wa sallam apabila berdiri dalam  sholat mengangkat kedua tangannya      sampai setentag kedua pundaknya,  hal itu dilakukan ketika bertakbir mau rukuk      dan ketika mengangkat  kepalanya (bangkit ) dari ruku’ sambil mengucapkan SAMI’ALLAAHU       LIMAN HAMIDAH…”<br />(Hadits dikeluarkan oleh Al-Bukhari, Muslim dan Malik).</blockquote></div><div style="text-align: justify;"><strong>Yang Dibaca Ketika I’tidal dari Ruku’</strong><br />Seperti ditunjuk hadits di atas ketika bangkit (mengangkat kepala) dari ruku’    itu membaca: <img alt="bacaan-itidal.gif" src="http://sholat.files.wordpress.com/2007/11/bacaan-itidal.gif?w=406" /> (SAMI’ALLAHU    LIMAN HAMIDAH)</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Kemudian ketika sudah tegak dan selesai bacaan tersebut disahut dengan bacaan:</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><img alt="itidal01.gif" src="http://sholat.files.wordpress.com/2007/11/itidal01.gif?w=406" /></div><div style="text-align: justify;"> <blockquote>RABBANAA LAKAL HAMD (Rabbku, segala puji kepada-Mu)</blockquote></div><div style="text-align: justify;">atau</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><img alt="itidal02.gif" src="http://sholat.files.wordpress.com/2007/11/itidal02.gif?w=406" /></div><div style="text-align: justify;"> <blockquote>RABBANAA WA LAKAL HAMD (Rabbku dan segala puji kepada-Mu)</blockquote></div><div style="text-align: justify;">atau</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><img alt="itidal03.gif" src="http://sholat.files.wordpress.com/2007/11/itidal03.gif?w=406" /></div><div style="text-align: justify;"> <blockquote>ALLAAHUMMA RABBANAA LAKAL HAMD (Ya, Allah, Rabbku, segala puji kepada-Mu)</blockquote></div><div style="text-align: justify;">atau</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><img alt="itidal04.gif" src="http://sholat.files.wordpress.com/2007/11/itidal04.gif?w=406" /></div><div style="text-align: justify;"> <blockquote>ALLAAHUMMA RABBANAA WA LAKAL HAMD (Ya, Allah, Rabbku dan segala puji kepada-Mu)</blockquote></div><div style="text-align: justify;">Dalilnya adalah hadits dari Abu Hurairah:</div><div style="text-align: justify;"> <blockquote>“Apabila imam mengucapkan SAMI’ALLAHU LIMAN HAMIDAH, maka  ucapkanlah      oleh kalian ALLAHUMMA RABBANA WA LAKALHAMD, barangsiapa  yang ucapannya tadi      bertepatan dengan ucapan para malaikat  diampunkan dosa-dosanya yang telah      lewat.”<br />(Hadits dikeluarkan oleh Al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, At-Ztirmidzi,      An-Nasa-i, Ibnu Majah dan Malik)</blockquote></div><div style="text-align: justify;">Kadang ditambah dengan bacaan:</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><img alt="tambahanitidal.gif" src="http://sholat.files.wordpress.com/2007/11/tambahanitidal.gif?w=406" /></div><div style="text-align: justify;"> <blockquote>MIL-ASSAMAAWAATI, WA MIL-ALARDHL, WA MIL-A MAA SYI-TA MIN SYAI-IN BA’D<br />(Mencakup      seluruh langit dan seluruh bumi dan segenap yang Engkau kehendaki selain dari      itu)<br />berdasar hadits yang dikeluarkan oleh Ibnu Majah.</blockquote></div><div style="text-align: justify;">Dan Do’a lain-lain</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><strong>Cara I’tidal</strong><br />Adapun dalam tata cara i’tidal ulama berbeda pendapat menjadi dua  pendapat, pertama mengatakan sedekap dan yang kedua mengatakan tidak  bersedekap tapi melepaskannya. Tapi yang rajih menurut kami adalah  pendapat pertama. Bagi yang hendak mengerjakan pendapat yang pertama  tidak apa-apa dan bagi siapa yang mengerjakan sesuai dengan pendapat  kedua tidak mengapa.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Keterangan untuk pendapat pertama: Kembali meletakkan tangan kanan  diatas tangan kiri atau menggenggamnya dan    menaruhnya di dada, ketika  telah berdiri.</div><div style="text-align: justify;">  </div><div style="text-align: justify;"><img alt="itidal.gif" src="http://sholat.files.wordpress.com/2007/10/itidal.gif?w=406" /></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Hal ini berdasarkan    nash dibawah ini:</div><div style="text-align: justify;"> <blockquote>Hadits dikeluarkan oleh Al-Imam An-Nasa-i yang artinya:       “Ia (Wa-il bin Hujr) berkata: “Saya melihat Rasulullah shallallahu       ‘alaihi wa sallam apabila beliau berdiri dalam sholat, beliau  memegang tangan      kirinya dengan tangan kanannya.”</blockquote><blockquote>Berkata Al-Imam Al-Bukhari dalam shahihnya: “Telah       menceritakan kepada kami Abdullah bin Maslamah, ia berkata dari Malik,  ia      berkata dari Abu Hazm, ia berkata dari Sahl bin Sa’d ia berkata:  “Adalah      orang-orang (para shahabat) diperintah (oleh Nabi  shallallahu ‘alaihi wa sallam      ) agar seseorang meletakkan tangan  kanannya atas lengan kirinya dalam sholat.”      Komentar Abu Hazm:  “Saya tidak mengetahui perintah tersebut kecuali disandarkan      kepada  Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam .”</blockquote></div><div style="text-align: justify;">Komentar dari Syaikh Abdul ‘Aziz bin Abdillah bin Baaz (termaktub  dalam fatwanya    yang dimuat dalam majalah Rabithah ‘Alam Islamy, edisi  Dzulhijjah 1393 H/Januari    1974 M, tahun XI): “Dari hadits shahih ini  ada petunjuk diisyaratkan meletakkan    tangan kanan atas tangan kiri  ketika seorang Mushalli (orang yang sholat) tengah    berdiri baik  sebelum ruku’ maupun sesudahnya. Karena Sahl menginformasikan bahwa     para shahabat diperintahkan untuk meletakkan tangan kanannya atas lengan  kirinya    dalam sholat. Dan sudah dimengerti bahwa Sunnah (Nabi)  menjelaskan orang sholat    dalam ruku’ meletakkan kedua telapak  tangangnya pada kedua lututnya, dan dalam    sujud ia meletakkan kedua  telapak tangannya pada bumi (tempat sujud) sejajar    dengan keddua  bahunya atau telinganya, dan dalam keadaan duduk antara dua sujud     begitu pun dalam tasyahud ia meletakkannya di atas kedua pahanya dan  lututnya    dengan dalil masing-masing secara rinci. Dalam rincian  Sunnah tersebut tidak    tersisa kecuali dalam keadaan berdiri. Dengan  demikian dapatlah dimengerti    bahwasanya maksud dari hadits Sahl  diatas adalah disyari’atkan bagi Mushalli    ketika berdiri dalam sholat  agar meletakkan tangan kanannya atas lengan kirinya.    Sama saja baik  berdiri sebelum ruku’ maupun sesudahnya. Karena tidak ada riwayat     dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membedakan antara keduanya, oleh  karena    itu barangsiapa membedakan keduanya haruslah menunjukkan  dalilnya. (Kembali    pada kaidah ushul fiqh: “asal dari ibadah adalah  haram kecuali ada penunjukannya”    -per.)</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Disamping itu ada pula ketetapan dari hadits Wa-il bin Hujr pada  riwayat An-Nasa-i    dengan sanad yang shahih: Bahwasanya apabila  Rasulullah shallallahu ‘alaihi    wa sallam berdiri dalam sholat beliau  memegang tangan kirinya dengan tangan    kanannya.”</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><em>Wallaahu a’lamu bishshawab.</em></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><strong>Thuma-ninah dan Memperlama Dalam I’tidal</strong></div><div style="text-align: justify;"> <blockquote>“Kemudian angkatlah kepalamu sampai engkau berdiri       dengan tegak [sehingga tiap-tiap ruas tulang belakangmu kembali pata  tempatnya].”      (dalam riwayat lain disebutkan: “Jika kamu berdiri  i’tidal, luruskanlah      punggungmu dan tegakkanlah kepalamu sampai  ruas tulang punggungmu mapan ke      tempatnya).”<br />(Hadits dikeluarkan oleh Al-Imam Al-Bukhari dan Muslim,      dan riwayat lain oleh Ad-Darimi, Al-Hakim, As-Syafi’i dan Ahmad)</blockquote><blockquote>Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berdiri terkadang       dikomentari oleh shahabat: “Dia telah lupa” [karena saking lamanya       berdiri].<br />(Hadits dikeluarkan oleh Al-Imam Al-Bukhari, Muslim dan Ahmad)</blockquote></div><hr style="margin-left: 0px; margin-right: 0px;" /><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><strong>SUJUD</strong><br />Sujud dilakukan setelah i’tidal thuma-ninah dan jawab tasmi’ (Rabbana Lakal Hamd…dst).<br /><strong>Caranya</strong><br />Dengan tanpa atau kadang-kadang dengan mengangkat kedua tangan  (setentang pundak    atau daun telinga) seraya bertakbir, badan turun  condong kedepan menuju ke tempat    sujud, dengan meletakkan kedua lutut  terlebih dahulu</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><img alt="turunsujud1.gif" src="http://sholat.files.wordpress.com/2007/10/turunsujud1.gif?w=406" /></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">baru kemudian    meletakkan kedua tangan. (abu zalfa: Dalam hal ini ada perbedaan pendapat, Lihat disini)</div><div style="text-align: justify;">  </div><div style="text-align: justify;"><img alt="turunsujud2.gif" src="http://sholat.files.wordpress.com/2007/10/turunsujud2.gif?w=406" /></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">pada tempat kepala diletakkan dan kemudian    meletakkan kepala  kepala dengan menyentuhkan/menekankan hidung dan jidat/kening/dahi    ke  lantai (tangan sejajar dengan pundak atau daun telinga).</div><div style="text-align: justify;"> <blockquote>Dari Wail bin Hujr, berkat, “Aku melihat Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wa sallam    ketika hendak sujud meletakkan kedua  lututnya sebelum kedua tangannya dan apabila    bangkit mengangkat dua  tangan sebelum kedua lututnya.”<br />(Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Abu Dawud, Tirmidzi An-Nasa’i, Ibnu Majah dan   Ad-Daarimy)</blockquote><blockquote>“Terkadang beliau mengangkat kedua tangannya ketika hendak   sujud.”<br />(Hadits dikeluarkan    oleh Al Imam  An-Nasa’i dan Daraquthni)</blockquote><blockquote>“Terkadang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam meletakkan  tangannya [dan membentangkan]    serta merapatkan jari-jarinya dan  menghadapkannya ke arah kiblat.”<br />(Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Abu Dawud, Al-Hakim, Al-Baihaqi)</blockquote><blockquote>“Beliau meletakkan tangannya sejajar dengan bahunya”<br />(Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Tirmidzi)</blockquote><blockquote>“Terkadang beliau meletakkan tangannya sejajar dengan daun telinganya.”<br />(Hadits    dikeluarkan oleh Al Imam An-Nasa’i)</blockquote></div><div style="text-align: justify;"><strong>Cara Sujud</strong><br />> Bersujud pada 7 anggota badan,</div><div style="text-align: justify;">  </div><div style="text-align: justify;"><img alt="sujud1.gif" src="http://sholat.files.wordpress.com/2007/10/sujud1.gif?w=406" /></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">yakni jidat/kening/dahi dan    hidung (1), dua telapak tangan (3),  dua lutut (5) dan dua ujung kaki (7). Hal    ini berdasar hadits:</div><div style="text-align: justify;"> <blockquote>Dari Ibnu ‘Abbas berkata: Nabi shallallahu ‘alaihi wa  sallam berkata: “Aku      diperintah untuk bersujud (dalam riwayat lain;  Kami diperintah untuk bersujud)      dengan tujuh (7) anggota badan;  yakni kening sekaligus hidung, dua tangan      (dalam lafadhz lain; dua  telapak tangan), dua lutut, jari-jari kedua kaki      dan kami tidak  boleh menyibak lengan baju dan rambut kepala.”<br />(Hadits      dikeluarkan oleh Al-Jama’ah)</blockquote></div><div style="text-align: justify;">> Dilakukan dengan menekan</div><div style="text-align: justify;"> <blockquote>“Apabila kamu sujud, sujudlah dengan menekan.”<br />(Hadits dikeluarkan      oleh Al Imam Ahmad)<br />“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menekankan kedua lututnya      dan bagian depan telapak kaki ke tanah.”<br />(Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Al-Baihaqi)</blockquote></div><div style="text-align: justify;">> Kedua lengan/siku tidak ditempelkan pada lantai, tapi diangkat dan dijauhkan dari    sisi rusuk/lambung.</div><div style="text-align: justify;"> <blockquote>Dari Abu Humaid As-Sa’diy, bahwasanya Nabi shalallau  ‘alaihi wasallam bila      sujud maka menekankan hidung dan dahinya di  tanah serta menjauhkan kedua tangannya      dari dua sisi perutnya,  tangannya ditaruh sebanding dua bahu beliau.”<br />(Diriwayatkan oleh Al Imam At-Tirmidzi)<br />Dari Anas bin Malik, dari Nabi shalallau ‘alaihi wasallam bersabda:<br />“Luruskanlah kalian dalam sujud dan jangan kamu menghamparkan kedua lengannya      seperti anjing menghamparkan kakinya.”<br />(Diriwayatkan oleh Al-Jama’ah      kecuali Al Imam An-Nasa-i, lafadhz ini bagi Al Imam Al-Bukhari)<br />“Beliau mengangkat kedua lengannya dari lantai dan menjauhkannya dari  lambungnya      sehingga warna putih ketiaknya terlihat dari belakang”<br />(Hadits dikeluarkan      oleh Al Imam Al-Bukhari dan Muslim)</blockquote></div><div style="text-align: justify;">> Menjauhkan perut/lambung dari kedua paha</div><div style="text-align: justify;"> <blockquote>Dari Abi Humaid tentang sifat sholat Rasulillah  shallallahu ‘alaihi wa sallam      berkata: “Apabila dia sujud, beliau  merenggangkan antara dua pahanya      (dengan) tidak menopang perutnya.”<br />(Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Abu Dawud)</blockquote></div><div style="text-align: justify;">> Merapatkan jari-jemari</div><div style="text-align: justify;"> <blockquote>Dari Wa-il, bahwasanya Nabi shalallau ‘alaihi wasallam jika sujud maka merapatkan      jari-jemarinya.<br />(Diriwayatkan oleh Al Imam Al-Hakim)</blockquote></div><div style="text-align: justify;">> Menegakkan telapak kaki dan saling merapatkan/menempelkan antara dua tumit</div><div style="text-align: justify;"> <blockquote>Berkata ‘A-isyah isteri Nabi shalallau ‘alaihi wasallam:  “Aku kehilangan      Rasulullah shalallau ‘alaihi wasallam padahal  beliau tadi tidur bersamaku,      kemudian aku dapati beliau tengah  sujud dengan merapatkan kedua tumitnya (dan)      menghadapkan  ujung-ujung jarinya ke kiblat, aku dengar…”<br />(Diriwayatkan      oleh Al Imam Al-Hakim dan Ibnu Huzaimah)</blockquote></div><div style="text-align: justify;">> Thuma-ninah dan sujud dengan lama</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Sebagaimana rukun sholat yang lain mesti dikerjakan dengan  thuma-ninah. Juga    Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kalau  bersujud baiasanya lama.</div><div style="text-align: justify;"> <blockquote>“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadikan ruku’,  berdiri setelah ruku’    dan sujudnya juga duduk antara dua sujud hampir  sama lamanya.”<br />(Hadits    dikeluarkan oleh Al Imam Al-Bukhari dan Muslim)</blockquote></div><div style="text-align: justify;"><strong>Sujud Langsung Pada Tanah atau Boleh Di Atas Alas</strong></div><div style="text-align: justify;"> <blockquote>“Para shahabat sholat berjama’ah bersama Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wa sallam      pada cuaca yang panas. Bila ada yang  tidak sanggup menekankan dahinya di atas      tanah maka membentangkan  kainnya kemudian sujud di atasnya”<br />(Hadits dikeluarkan      oleh Al Imam Muslim)</blockquote></div><div style="text-align: justify;"><strong>Bacaan Sujud</strong></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Rasulullah membaca</div><div style="text-align: justify;"> <blockquote><img alt="sujud01.gif" src="http://sholat.files.wordpress.com/2007/11/sujud01.gif?w=406" /><br />SUBHAANA RABBIYAL A’LAA 3 kali<br />(berdasar hadits yang dikeluarkan oleh Al Imam Ahmad      dll)</blockquote></div><div style="text-align: justify;">atau kadang-kadang membaca</div><div style="text-align: justify;"> <blockquote><img alt="sujud02.gif" src="http://sholat.files.wordpress.com/2007/11/sujud02.gif?w=406" /><br />SUBHAANA RABBIYAL A’LAA WA BIHAMDIH, 3 kali<br />(berdasar hadits yang dikeluarkan      oleh Al Imam Abu Dawud dll)</blockquote></div><div style="text-align: justify;">atau</div><div style="text-align: justify;"> <blockquote><img alt="sujud04.gif" src="http://sholat.files.wordpress.com/2007/11/sujud04.gif?w=406" /><br />SUBHAANAKALLAAHUMMA RABBANAA WA BIHAMDIKA ALLAAHUMMAGHFIRLII<br />(berdasar hadits      yang dikeluarkan oleh Al Imam Al-Bukhari dan Muslim)</blockquote></div><div style="text-align: justify;"><strong>Bacaan Yang Dilarang Selama Sujud</strong></div><div style="text-align: justify;"> <blockquote>“Ketahuilah bahwa aku dilarang membaca Al-Qur-an sewaktu ruku’ dan sujud…”<br />(Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Muslim dan Abu ‘Awwanah).</blockquote></div><hr style="margin-left: 0px; margin-right: 0px;" /><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><strong>BANGUN DARI SUJUD PERTAMA</strong><br />Setelah sujud pertama -dimana dalam setiap roka’at ada dua sujud- maka  kemudian    bangun untuk melakukan duduk diantara dua sujud. Dalam  bangun dari sujud ini    disertai dengan takbir dan kadang mengangkat  tangan (Berdasar hadits dari Ahmad    dan Al-Hakim).</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"> <blockquote>“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bangkit dari sujudnya seraya bertakbir”<br />(Hadits    dikeluarkan oleh Al-Bukhari dan Muslim)</blockquote></div><hr style="margin-left: 0px; margin-right: 0px;" /><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><strong>DUDUK ANTARA DUA SUJUD</strong><br />Duduk ini dilakukan antara sujud yang pertama dan sujud yang kedua, pada  roka’at    pertama sampai terakhir. Ada dua macam tipe duduk antara dua  sujud, duduk iftirasy    (duduk dengan meletakkan pantat pada telapak  kaki kiri dan kaki kanan ditegakkan)</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><img alt="duduk1.gif" src="http://sholat.files.wordpress.com/2007/10/duduk1.gif?w=406" /></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">dan duduk iq’ak (duduk dengan menegakkan kedua telapak kaki dan    duduk diatas tumit). Hal ini berdasar hadits:</div><div style="text-align: justify;"> <blockquote>Dari ‘A-isyah berkata: “Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa  sallam menghamparkan      kaki beliau yang kiri dan menegakkan kaki yang  kanan, baliau melarang dari      duduknya syaithan.”<br />(Diriwayatkan oleh Ahmad dan Muslim)<br />*Komentar Syaikh Al-Albani:      duduknya syaithan adalah dua telapak  kaki ditegakkan kemudian duduk dilantai      antara dua kaki tersebut  dengan dua tangan menekan dilantai.</blockquote><blockquote>Dari Rifa’ah bin Rafi’ -dalam haditsnya- dan berkata  Rasul shallallahu ‘alaihi      wa sallam : “Apabila engkau sujud maka  tekankanlah dalam sujudmu lalu      kalau bangun duduklah di atas pahamu  yang kiri.”<br />(Hadits dikeluarkan      oleh Ahmad dan Abu Dawud dengan lafadhz Abu Dawud)<br />Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam terkadang duduk iq’ak, yakni [duduk dengan      menegakkan telapak dan tumit kedua kakinya].<br />(Hadits dikeluarkan oleh Muslim)</blockquote></div><div style="text-align: justify;">Waktu duduk antara dua sujud ini telapak kaki kanan ditegakkan dan jarinya    diarahkan ke kiblat:</div><div style="text-align: justify;"> <blockquote>Beliau menegakkan kaki kanannya (Al-Bukhari)</blockquote><blockquote>Menghadapkan jari-jemarinya ke kiblat (An-Nasa-i)</blockquote></div><div style="text-align: justify;"><strong>Bacaannya</strong></div><div style="text-align: justify;"> <blockquote><img alt="duasujud02.gif" src="http://sholat.files.wordpress.com/2007/11/duasujud02.gif?w=406" /><br />RABBIGHFIRLII, RABBIGHFIRLII<br />Dari Hudzaifah, bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam  mengucapkan      dalam sujudnya (dengan do’a): Rabighfirlii,  Rabbighfirlii.<br />(Hadits dikeluarkan      oleh At-Tirmidzi dan Ibnu Majah dengan lafadhz Ibnu Majah)<br /><img alt="duasujud03.gif" src="http://sholat.files.wordpress.com/2007/11/duasujud03.gif?w=406" /><br />ALLAAHUMMAGHFIRLII WARHAMNII WA ‘AAFINII WAHDINII WARZUQNII<strong><br /></strong>(Abu Dawud)<br /><img alt="duasujud04.gif" src="http://sholat.files.wordpress.com/2007/11/duasujud04.gif?w=406" /><br />ALLAAHUMMAGHFIRLII WARHAMNII WAJBURNII WARZUQNII WARFA’NII<br />(Ibnu Majah)<br /><img alt="duasujud05.gif" src="http://sholat.files.wordpress.com/2007/11/duasujud05.gif?w=406" /><br />ALLAAHUMMAGHFIRLII WARHAMNII WAJBURNII WAHDINII WARZUQNII<br />(At-Tirmidzi)</blockquote></div><div style="text-align: justify;"><strong>Thuma-ninah dan Lama</strong><br />Lihat tata cara ruku’ Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sholat.</div><div style="text-align: justify;"> </div><hr style="margin-left: 0px; margin-right: 0px;" /><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><strong>MENUJU ROKA’AT BERIKUTNYA</strong><br />Pada masalah ini ada dua tempat/kondisi, yaitu bangkit menuju roka’at  berikut    dari posisi sujud kedua -pada akhir roka’at pertama dan  ketiga- dan bangkit    dari posisi duduk tasyahhud awal -pada roka’at  kedua.> Bangkit/bangun dari sujud untuk berdiri (dari akhir roka’at  pertama dan ketiga)    didahului dengan duduk istirahat atau tanpa duduk  istirahat, bangkit berdiri    seraya bertakbir tanpa mengangkat kedua  tangan. Ketika bangkit bisa dengan tangan    bertumpu pada lantai atau  bisa juga bertumpu pada pahanya.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><strong>Tangan bertumpu pada satu pahanya</strong></div><div style="text-align: justify;"> <blockquote>Dari Wail bin Hujr dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa  sallam ,berkata (Wa-il);      “Maka tatkala Nabi shallallahu ‘alaihi wa  sallam bersujud dia meletakkan      kedua lututnya ke lantai sebelum  meletakkan kedua tangannya; Berkata (Wa-il):      Bila sujud maka …..dan  apabila bangkit dia bangkit atas kedua lututnya      dengan bertumpu  pada satu paha.”<br />(Hadits dikeluarkan oleh Abu Dawud)</blockquote></div><div style="text-align: justify;"><strong>Tangan bertumpu pada lantai (tempat sujud)</strong></div><div style="text-align: justify;"> <blockquote>Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertumpu pada lantai ketika bangkit      ke roka’at kedua.<br />(Hadits dikeluarkan oleh Al-Bukhari)</blockquote></div><div style="text-align: justify;"><strong>Diselai duduk istirahat</strong></div><div style="text-align: justify;"> <blockquote>Dari Malik bin Huwairits bahwasanya di malihat Nabi  shallallahu ‘alaihi wa      sallam sholat, maka bila pada roka’at yang  ganjil tidaklah beliau bangkit      sampai duduk terlebih dulu dengan  lurus.”<br />(Hadits dikeluarkan oleh Al-Bukhari,      Abu Dawud dan At-Tirmidzi)</blockquote></div><div style="text-align: justify;">> Bangkit dari duduk tasyahhud awwal (dari roka’at kedua) dengan  mengangkat    kedua tangan seraya bertakbir seperti pada takbiratul  ihram.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><strong>Mengangkat tangan ketika takbir</strong></div><div style="text-align: justify;"> <blockquote>Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika bangkit dari duduknya mengucapkan      takbir, kemudian berdiri<br />(Hadits dikeluarkan oleh Abu Ya’la)</blockquote></div><hr style="margin-left: 0px; margin-right: 0px;" /><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><strong>DUDUK TASYAHHUD AWWAL DAN TASYAHHUD AKHIR</strong><br />Tasyahhud awwal dan duduknya merupakan kewajiban dalam sholat<strong> </strong></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><strong>Tempat dilakukannya</strong><br />Duduk tasyahhud awwal terdapat hanya pada sholat yang jumlah roka’atnya  lebih    dari dua (2), pada sholat wajib dilakukan pada roka’at yang  ke-2. Sedang duduk    tasyahhud akhir dilakukan pada roka’at yang  terakhir. Masing-masing dilakukan    setelah sujud yang kedua.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><strong>Cara duduk tasyahhud awwal dan tasyahhud akhir</strong><br />Waktu tasyahhud awwal duduknya iftirasy (duduk diatas telapak kaki kiri)</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><img alt="duduk1.gif" src="http://sholat.files.wordpress.com/2007/10/duduk1.gif?w=406" /></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">sedang pada tasyahhud akhir duduknya tawaruk (duduk dengan kaki kiri    dihamparkan kesamping kanan dan duduk diatas lantai),</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><img alt="tahiyatakhir.gif" src="http://sholat.files.wordpress.com/2007/10/tahiyatakhir.gif?w=406" /><img alt="tahiyat04.gif" src="http://sholat.files.wordpress.com/2007/10/tahiyat04.gif?w=406" /></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">pada masing-masing    posisi kaki kanan ditegakkan.</div><div style="text-align: justify;"> <blockquote>Dari Abi Humaid As-Sa’idiy tentang sifat sholat Nabi  shallallahu ‘alaihi      wa sallam, dia berkat, “Maka apabila Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wa sallam      duduk dalam dua roka’at (-tasyahhud  awwal) beliau duduk diatas kaki kirinya      dan bila duduk dalam  roka’at yang akhir (-tasyahhud akhir) beliau majukan      kaki kirinya  dan duduk di tempat kedudukannya (lantai dll).”<br />(Hadits dikeluarkan      oleh Al Imam Abu Dawud)</blockquote></div><div style="text-align: justify;"><strong>Letak tangan ketika duduk</strong><br />Untuk kedua cara duduk tersebut tangan kanan ditaruh di paha kanan  sambil berisyarat    dan/atau menggerak-gerakkan jari telunjuk dan  penglihatan ditujukan kepadanya,    sedang tangan kirinya  ditaruh/terhampar di paha kiri.</div><div style="text-align: justify;">  </div><div style="text-align: justify;"><img alt="tahiyatakhir2.gif" src="http://sholat.files.wordpress.com/2007/10/tahiyatakhir2.gif?w=406" /></div><div style="text-align: justify;"> <blockquote>Dari Ibnu ‘Umar berkata Rasulullahi shallallahu ‘alaihi  wa sallam bila duduk      didalam shalat meletakkan dua tangannya pada  dua lututnya dan mengangkat telunjuk      yang kanan lalu berdoa  dengannya sedang tangannya yang kiri diatas lututnya      yang kiri,  beliau hamparkan padanya.”<br />(Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Muslim dan Nasa-i).</blockquote></div><div style="text-align: justify;"><strong>Berisyarat dengan telunjuk, bisa digerakkan bisa tidak</strong><br />Selama melakukan duduk tasyahhud awwal maupun tasyahhud akhir,  berisyarat dengan    telunjuk kanan, disunnahkan menggerak-gerakkannya.  Kadang pada suatu sholat    digerakkan pada sholat lain boleh juga tidak  digerak-gerakkan.</div><div style="text-align: justify;"> <blockquote>“Kemudian beliau duduk, maka beliau hamparkan kakinya  yang kiri dan      menaruh tangannya yang kiri atas pahanya dan lututnya  yang kiri dan ujung      sikunya diatas paha kanannya, kemudian beliau  menggenggam jari-jarinya dan      membuat satu lingkaran kemudian  mengangkat jari beliau maka aku lihat beliau      menggerak-gerakkannya  berdo’a dengannya.”<br />(Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Ahmad, Abu      Dawud dan An-Nasa-i).<br />“Dari Abdullah Bin Zubair bahwasanya ia menyebutkan bahwa Nabi  shallallahu      ‘alaihi wa sallam berisyarat dengan jarinya ketika  berdoa dan tidak menggerakannya.”<br />(Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Abu Dawud).</blockquote></div><div style="text-align: justify;"><strong>Membaca do’a At-Tahiyyaat dan As-Sholawaat</strong><br />Do’a tahiyyat ini ada beberapa versi, untuk hendaklah dipilih yang kuat  dan    lafadhznya belum ditambah-tambah. Salah satu contoh riwayat yang  baik adalah    sebagai berikut:</div><div style="text-align: justify;"> <blockquote>Berkata Abdullah : “Kami apabila shalat di belakang nabi  shallallahu      ‘alaihi wa sallam keselamatan atas jibril dan mikail  keselamatan atas si fulan      dan si fulan maka rasulullah berpaling  kepada kami. Lalu beliau shallallahu      ‘alaihi wa sallam berkata :  sesungguhnya Allah itu As-salam maka apabila shalat      hendaklah  kalian itu mengucapkan:<br /><img alt="tahiyat01.gif" src="http://sholat.files.wordpress.com/2007/11/tahiyat01.gif?w=406" /><br />“AT-TAHIYYAATU LILLAHI WAS SHOLAWATU WAT THAYYIBAAT, AS-SALAMU’ALAIKA       AYYUHAN NABIY WA RAHMATULLAHI WA BARAKATUHU, AS-SALAAMU ‘ALAINA WA  ‘ALAA ‘IBAADILLAHIS      SHALIHIN. ASYHADU ALLAA ILAHA ILLALLAH WA  ASYHADU ANNA MUHAMMADAN ‘ABDUHU      WA RASULUHU”<br />artinya: segala kehormaatan, shalawat dann kebaikan kepunyaan Allah,  semoga      keselamatan terlimpah atasmu wahai Nabi dan juga rahmat  Allah dan barakah-Nya.      Kiranya keselamatan tetap atas kami dan atas  hamba-hamba Allah yang shalih;      -karena sesungguhnya apabila kalian  mengucapkan sudah mengenai semua hamba      Allah yang shalih di langit  dan di bumi- Aku bersaksi bersaksi bahwa tidak      ada ilah yang haq  selain Allah dan aku bersaksi bahwasanya Muhammmad itu hamba      daan  utusan-Nya.<br />(Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Al Bukhari).<br />Dari Ka’ab bin Ujrah berkata : “Maukah aku hadiahkan kepadamu sesuatu       ? Sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam datang kepada  kami, maka      kami berkata : ‘Ya Rasulullah kami sudah tahu bagaimana  cara mengucapkan salam      kepadamu, lantas bagaimana kami harus  bershalawat kepadamu? Beliau berkata      : ucapkanlah:<br /><img alt="shalawat.gif" src="http://sholat.files.wordpress.com/2007/11/shalawat.gif?w=406" width="100%" /><br />“ALLAAHUMMA SHALLI ‘ALA MUHAMMAD WA ‘ALAA AALI MUHAMMAD KAMAA  SHALLAITA      ‘ALAA AALI IBRAHIIM, INNAKA HAMIIDUM MAJIID. ALLAAHUMMA  BAARIK ‘ALAA MUHAMMAD      WA ‘ALAA AALI MUHAMMAD KAMAA BARAKTA ‘ALAA  AALI IBRAHIIM, INNAKA HAMIIDUM      MAJIID.”<br />artinya: “Ya Allah berikanlah Shalawat kepada Muhammad dan keluarga       Muhammad sebagaimana Engkau telah memberikan shalawat kepada  keluarga Ibarahim,      sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha Agung.  Ya Allah berkahilah Muhammad      dan keluarga Muhammad sebagaimana  Engkau telah memberkati keluarga Ibrahim.      Sesungguhnya Engkau Maha  Terpuji dan Maha Agung.”</blockquote></div><div style="text-align: justify;"><strong>Berdo’a berlindung dari empat (4) hal.</strong><br />Hal ini dilakukan pada duduk tasyahhud akhir saja.</div><div style="text-align: justify;"> <blockquote>…..Apabila kamu telah selesai bertasyahhud akhir maka…<br />(Hadits      dikeluarkan oleh Al Imam Ahmad, Muslim, Abu Dawud dan Ibnu Majah)</blockquote></div><div style="text-align: justify;">Agar tidak menyalahi riwayat -hadits Rasul shallallahu ‘alaihi wa  sallam- ini    maka dalam tasyahhud awwal bacaannya berhenti sampai  membaca sholawat pada Nabi    shallallahu ‘alaihi wa sallam, sedang  ta’awudz (berlindung dari 4 hal) ini dibaca    hanya ketika tasyahhud  akhir.</div><div style="text-align: justify;"> <blockquote>Dari Abu Hurairah berkata; berkata Rasulullah shallallahu  ‘alaihi wa sallam      : “Apabila kamu telah selesai bertasyahhud maka  hendaklah berlindung      kepada Allah dari empat (4) hal, dia berkata:<br /><img alt="doabadashalawat.gif" src="http://sholat.files.wordpress.com/2007/11/doabadashalawat.gif?w=406" /><br />“ALLAAHUMMA INNII A’UUDZUBIKA MIN ‘ADZAABI JAHANNAMA WA MIN ‘ADZAABIL       QABRI WA MIN FITNATIL MAHYAA WAL MAMAAT WA MIN FITNATIL MASIIHID  DAJJAAL.”<br />artinya: “Ya Allah! Aku berlindung kepada-Mu dari siksa jahannam,  siksa      kubur, fitnahnya hidup dan mati serta fitnahnya Al-Masiihid  Dajjaal.”<br />(Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Al-Bukhari dan Muslim dengan lafadhz Muslim)</blockquote></div><div style="text-align: justify;"><strong>Berdo’a dengan do’a/permohonan lainnya</strong></div><div style="text-align: justify;"> <blockquote>…kemudian (supaya) dia memilih do’a yang dia kagumi/senangi…<br />(Hadits      dikeluarkan oleh Al Imam Ahmad dan Al-Bukhari)</blockquote></div><hr style="margin-left: 0px; margin-right: 0px;" /><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><strong>SALAM</strong><br />Salam sebagai tanda berakhirnya gerakan sholat, dilakukan dalam posisi  duduk    tasyahhud akhir setelah membaca do’a minta perlindungan dari 4  fitnah atau tambahan    do’a lainnya.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"> <blockquote>“Kunci sholat adalah bersuci, pembukanya takbir dan penutupnya (yaitu      sholat) adalah mengucapkan salam.”<br />(Hadits dikeluarkan dan disahkan oleh Al Imam Al-Hakim dan Adz-Dzahabi)</blockquote></div><div style="text-align: justify;"><strong>Caranya</strong><br />Dengan menolehkan wajah ke kanan seraya mengucapkan do’a salam kemudian ke    kiri.</div><div style="text-align: justify;"> <blockquote>Dari ‘Amir bin Sa’ad, dari bapaknya berkata:     Saya  melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi salam ke sebelah  kanan      dan sebelah kirinya hingga terlihat putih pipinya.<br />(Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Ahmad, Muslim dan An-Nasa-i serta ibnu Majah)<br />Dari ‘Alqomah bin Wa-il, dari bapaknya, ia berkata:     Aku sholat  bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam maka beliau membaca       salam ke sebelah kanan (menoleh ke kanan): “As Salamu’alaikum Wa  Rahmatullahi      Wa Barakatuh.” Dan kesebelah kiri: “As Salamu’alaikum  Wa Rahmatullahi.”<br />(Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Abu Dawud)</blockquote></div><div style="text-align: justify;"><strong>Macam-macam Bacaan Salam</strong><br />Kadang-kadang beliau membaca:</div><div style="text-align: justify;"> <blockquote><img alt="salam01.gif" src="http://sholat.files.wordpress.com/2007/11/salam01.gif?w=406" /><br />As Salamu’alaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh— As Salamu’alaikum Wa Rahmatullahi      Wa Barakatuh</blockquote></div><div style="text-align: justify;">atau</div><div style="text-align: justify;"> <blockquote><img alt="salam02.gif" src="http://sholat.files.wordpress.com/2007/11/salam02.gif?w=406" /><br />As Salamu’alaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh— As Salamu’alaikum Wa Rahmatullahi<br />(Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Abu Dawud dan Ibnu Khuzaimah)</blockquote></div><div style="text-align: justify;">atau</div><div style="text-align: justify;"> <blockquote><img alt="salam03.gif" src="http://sholat.files.wordpress.com/2007/11/salam03.gif?w=406" /><br />As Salamu’alaikum Wa Rahmatullahi— As Salamu’alaikum Wa Rahmatullahi<br />(Hadits      dikeluarkan oleh Al Imam Muslim)</blockquote></div><div style="text-align: justify;">atau</div><div style="text-align: justify;"> <blockquote><img alt="salam04.gif" src="http://sholat.files.wordpress.com/2007/11/salam04.gif?w=406" /><br />As Salamu’alaikum Wa Rahmatullahi— As Salamu’alaikum<br />(Hadits dikeluarkan      oleh Al Imam Ahmad dan An-Nasa-i)</blockquote></div><div style="text-align: justify;">atau</div><div style="text-align: justify;"> <blockquote><img alt="salam05.gif" src="http://sholat.files.wordpress.com/2007/11/salam05.gif?w=406" /><br />As Salamu’alaikum dengan sedikit menoleh ke kanan tanpa menoleh ke kiri<br />(Hadits      dikeluarkan oleh Al Imam Al-Baihaqi dan Ath-Thabrani)</blockquote></div><div style="text-align: justify;"><strong>Gerak yang dilarang</strong><br />Sering terlihat orang yang mengucapkan salam ketika menoleh ke-kanan  dibarengai    dengan gerakan telapak tangan dibuka kemudian ketika  menoleh ke kiri tangan    kirinya di buka. Gerakan tangan ini dilarang  oleh shallallahu ‘alaihi wa sallam.</div><div style="text-align: justify;"> <blockquote>“Mengapa kamu menggerakkan tangan kamu seperti gerakan  ekor kuda yang      lari terbirit-birit dikejar binatang buas? Bila  seseorang diantara kamu mengucapkan      salam, hendaklah ia berpaling  kepada temannya dan tidak perlu menggerakkan      tangannya.” [Ketika  mereka sholat lagi bersama Rasullullah, mereka tidak      melakukannya  lagi]. (Pada riwayat lain disebutkan: “Seseorang diantara      kamu  cukup meletakkan tangannya di atas pahanya, kemudian ia mengucapkan  salam      dengan berpaling kepada saudaranya yang di sebelah kanan dan  saudaranya di      sebelah kiri).<br />(Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Muslim, Abu ‘Awanah, Ibnu Khuzaimah      dan At-Thabrani).</blockquote></div><div style="text-align: justify;">Diantara gerakkan bid’ah yang dilakukan saat salam adalah gerakkan  yang dilakukan oleh orang syi’ah dengan menepukkan kedua tangannya di  atas paha tiga kali, sebagai pengganti salam dengan menoleh ke kanan dan  ke kiri. Hal seperti ini dilakukan oleh syi’ah Iran dan sekitarnya.  Maksud dari gerakan itu adalah melaknat malaikat Jibril karena mereka  mengatakan Jibril telah salah menyampaikan wahyu.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div>

Sholat

BERDIRI Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengerjakan sholat fardhu atau sunnah berdiri karena memenuhi perintah Allah dalam QS. A...

"BLOG TANI NELAYANKU"

Sholat

Entri Populer

Blog Archive