Alhamdulillah, segala puji bagi Allah  yang telah menciptakan kematian dan kehidupan untuk menguji umat  manusia, siapa di antara mereka yang terbaik amalnya. Shalawat dan salam  semoga terlimpah kepada baginda Rasulillah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga dan para sahabatnya.
Setiap kita ingin bahagia. Tak ada yang  ingin sengsara, baik di dunia maupun di akhirat. Namun, kenyataannya  tidak semua dari kita bisa bahagia dalam hidupnya. Apa kunci dan resep  supaya kita benar-benar menjadi orang yang bahagia? Inilah yang ingin  kami hadiahkan kepada pembaca setia voa-islam.com, agar bisa sama-sama  merasakan kebahagiaan dalam hidup ini.   
Sesungguhnya kebahagiaan hidup dalam  pandangan Islam tidak berkutat pada sisi materi saja. Walaupun Islam  mengakui kalau materi menjadi bagian dari unsur kebahagiaan itu sendiri.  Di mana dalam pandangan Islam, masalah materi hanya sebagai sarana  saja, bukan tujuan. Oleh karenanya, Islam memberikan perhatian sangat  besar pada unsur ma'nawi seperti memiliki iman dan budi pekerti yang  luhur sebagai cara mendapatkan kebahagiaan hidup. Hal telah ditunjukkan  oleh beberapa nash syar'i, seperti firman Allah:
وَالْأَنْعَامَ  خَلَقَهَا لَكُمْ فِيهَا دِفْءٌ وَمَنَافِعُ وَمِنْهَا تَأْكُلُونَ   وَلَكُمْ فِيهَا جَمَالٌ حِينَ تُرِيحُونَ وَحِينَ تَسْرَحُونَ 
"Dan Dia telah menciptakan binatang  ternak untuk kamu; padanya ada (bulu) yang menghangatkan dan  berbagai-bagai manfaat, dan sebagiannya kamu makan. Dan kamu memperoleh  pandangan yang indah padanya, ketika kamu membawanya kembali ke kandang  dan ketika kamu melepaskannya ke tempat penggembalaan." (QS. An-Nakhl: 5-6)
قُلْ مَنْ حَرَّمَ زِينَةَ اللَّهِ الَّتِي أَخْرَجَ لِعِبَادِهِ وَالطَّيِّبَاتِ مِنَ الرِّزْقِ
"Katakanlah: "Siapakah yang  mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk  hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezeki yang baik?" (QS. Al-A'raf: 32)
Sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, "Di antara unsur kebahagiaan anak Adam adalah istri shalihah, tempat tinggal luas, dan tunggangan yang nyaman." (HR. Ahmad)
Kebahagiaan dunia
Islam telah menetapkan beberapa hukum  dan beberapa kriteria yang mengarahkan manusia untuk mencapai  kebahagiaan hidupnya di dunia. Hanya saja Islam menekankan bahwa  kehidupan dunia, tidak lain, hanyalah jalan menuju akhirat. Sedangkan  kehidupan sebenarnya yang harus dia upayakan adalah kehidupan akhirat.  Allah Ta'ala berfirman,
مَنْ  عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ  فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ  بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
"Barang siapa yang mengerjakan amal  saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka  sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan  sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang  lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan." (QS. An-Nahl: 97)
وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا
"Dan carilah pada apa yang telah  dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah  kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi." (QS. Al-Qashshash: 77)
Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata tentang ayat ini, {Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat}  maksudnya, gunakan apa yang sudah allah berikan kepadamu dari harta  yang banyak ini dan nikmat yang berlimpah dalam ketaatan kepada Tuhanmu  dan mendekatkan diri kepada-Nya dengan berbagai amal ibadah yang  dengannya engkau mendapatkan pahala di negeri akhirat. {dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi}  maksudnya, dari kenikmatan di dalamnya yang telah Dia halalkan untukmu  berupa makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal, dan menikah. Karena  Rabbmu memiliki hak atasmu, begitu juga dirimu, keluargamu, tetanggamu  memiliki hak atasmu. Maka berikan hak untuk setiap pemiliknya."
Bahkan dibeberapa tempat Allah  menyatakan membeli kehidupan dunia seseorang yang akan dibayar dengan  kebahagiaan akhirat berupa surga. Contohnya dalam firman Allah,
إِنَّ  اللَّهَ اشْتَرَى مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنْفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ  بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَيَقْتُلُونَ  وَيُقْتَلُونَ وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ  وَالْقُرْآَنِ وَمَنْ أَوْفَى بِعَهْدِهِ مِنَ اللَّهِ فَاسْتَبْشِرُوا  بِبَيْعِكُمُ الَّذِي بَايَعْتُمْ بِهِ وَذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
"Sesungguhnya Allah telah membeli dari  orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk  mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau  terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam  Taurat, Injil dan Al Qur'an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya  (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah  kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar." (QS. Al-Taubah:  111) 
Kebahagiaan akhirat 
Kebahagiaan akhirat merupakan  kebahagiaan abadi yang kekal. Menjadi balasan atas keshalihan hamba  selama hidup di dunia. Allah berfirman,
الَّذِينَ تَتَوَفَّاهُمُ الْمَلَائِكَةُ طَيِّبِينَ يَقُولُونَ سَلَامٌ عَلَيْكُمُ ادْخُلُوا الْجَنَّةَ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ 
"(yaitu) orang-orang yang diwafatkan  dalam keadaan baik oleh para malaikat dengan mengatakan (kepada  mereka): "Salaamun`alaikum, masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan  apa yang telah kamu kerjakan"." (QS. Al Nahl: 32)
لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا فِي هَذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ وَلَدَارُ الْآخِرَةِ خَيْرٌ وَلَنِعْمَ دَارُ الْمُتَّقِينَ 
"Orang-orang yang berbuat baik di  dunia ini mendapat (pembalasan) yang baik. Dan sesungguhnya kampung  akhirat adalah lebih baik dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang  bertakwa." (QS. Al Nahl: 30)
Islam telah menetapkan tugas manusia di  bumi sebagai khalifah di dalamnya. Bertugas memakmurkan bumi dan  merealisasikan kebutuhan manusia yang ada di sana. Hanya saja dalam  pelaksanaannya senantiasa ada kesulitan, sehingga menuntutnya  bersungguh-sungguh dan bersabar. Hidup tidak hanya kemudahan sebagaimana  yang diinginkan dan diangankan orang. Bahkan dia selalu berganti dari  mudah ke sulit, dari sehat ke sakit, dari miskin ke kaya, atau  sebaliknya.
Ujian-ujian ini  akan selalu mengisi  hidup manusia yang menuntunnya untuk bersabar, berkeinginan kuat,  bertekad tinggi, bertawakkal, berani, berkorban, dan berakhlak mulia  serta lainnya. Semua ini akan mendatangkan ketenangan, kebahagiaan,  kelapangan, dan ridla.
Allah Ta'ala berfirman,
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ  بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الأَمْوَالِ  وَالأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ الَّذِينَ إِذَا  أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ  رَاجِعُونَ  أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ  وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ
"Dan sungguh akan Kami berikan  cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta,  jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang  yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka  mengucapkan, "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun" Mereka itulah  yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan  mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS. Al Baqarah: 155-157)
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :
عَجَبًا  لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ  لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ  خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
"Sungguh menakjubkan urusan seorang  mukmin. Seluruh urusannya bernilai baik. Jika mendapat kebaikan dia  bersyukur, dan itu baik untuknya. Dan jika tertimpa keburukan dia  bersabar, dan itu baik untuknya." (HR. Muslim)
Cara meraih kebahagiaan
Berikut ini poin-poin penting untuk  mencapai kebahagiaan hakiki, dunia dan akhirat, yang senantiasa  didambakan oleh setiap insan:
1.    Beriman dan beramal shalih 
Meraih kebahagiaan melalui iman ditinjau dari beberapa segi: Pertama,  Orang yang beriman kepada Allah Yang Esa, Yang tiada sekutu bagi-Nya,  -dengan iman yang sempurna, bersih dari kotoran dosa,- maka dia akan  merasakan ketenangan hati dan ketentraman jiwa. Dia tidak akan galau dan  penat dalam menghadapi ujian hidup, sebaliknya dia ridha terhadap  takdir Allah pada dirinya. Sehingga dia akan bersyukur terhadap kebaikan  dan bersabar atas bala'.
Ketundukan seorang mukmin kepada Allah  membimbing ruhaninya untuk lebih giat bekerja karena merasa hidupnya  memiliki makna dan tujuan yang berusaha diwujudkannya. Allah berfirman,
   الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ 
"Orang-orang yang beriman dan tidak  mencampur adukkan iman mereka dengan kedzaliman (syirik), mereka itulah  orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang  yang mendapat petunjuk." (QS. Al An'aam: 82)
Kedua, Iman  menjadikan seseorang memiliki pijakan hidup yang mendorongnya untuk  diwujudkan. Maka hidupnya akan memiliki nilai yang tinggi dan berharga  yang mendorongnya untuk beramal dan berjihad di jalan-Nya. Dengan itu,  dia akan meninggalkan gaya hidup egoistis yang sempit sehingga hidupnya  bermanfaat untuk masyarakat di mana dia tinggal.
Ketika seseorang bersifat egois maka  hari-harinya terasa sempit dan tujuan hidupnya terbatas. Namun ketika  hidupnya dengan memikirkan fungsinya, maka hidup nampak panjang dan  indah, dia akan merasakan hari-harinya penuh nilai.
Ketiga, Peran  iman bukan saja untuk mendapatkan kebahagiaan, namun juga sebagai sarana  untuk menghilangkan kesengsaraan. Hal itu karena seorang mukmin tahu  dia akan senantiasa diuji dalam hidupnya sebagai konsekuensi keimanan,  maka akan tumbuh dalam dirinya kekuatan sabar, semangat, percaya kepada  Allah, bertawakkal kepada-Nya, memohon perlindungan kepada-Nya, dan  takut kepada-Nya. Potensi-potensi ini termasuk sarana utama untuk  merealisasikan tujuan hidup yang mulia dan siap menghadapi ujian hidup.  Allah Ta'ala berfirman:
إِنْ تَكُونُوا تَأْلَمُونَ فَإِنَّهُمْ يَأْلَمُونَ كَمَا تَأْلَمُونَ وَتَرْجُونَ مِنَ اللَّهِ مَا لَا يَرْجُونَ 
"Jika kamu menderita kesakitan, maka  sesungguhnya mereka pun menderita kesakitan (pula), sebagaimana kamu  menderitanya, sedang kamu mengharap dari Allah apa yang tidak mereka  harapkan. Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana." (QS. Al Nisaa': 104)
2.    Memiliki akhlak mulia yang mendorong untuk berbuat baik kepada sesama
Manusia adalah makhluk sosial yang harus  melakukan interaksi dengan makhluk sebangsanya. Dia tidak mungkin hidup  sendiri tanpa memerlukan orang lain dalam memenuhi seluruh  kebutuhannya. Jika bersosialisasi dengan mereka merupakan satu  keharusan, sedangkan manusia memiliki tabiat dan pemikiran yang  bermacam-macam, maka mungkin sekali akan terjadi kesalahpahaman dan  kekhilafan yang membuatnya sedih. Jika tidak disikapi dengan bijak maka  interaksinya dengan manusia akan menjadi sebab kesengsaraan dan membawa  kesedihan dan kesusahan. Karena itulah, Islam memberikan perhatian besar  terhadap akhlak dan pembinaannya. Hal ini dapat kita saksikan dalam  beberapa ayat dan hadits berikut ini:
- Firman Allah dalam menyifati Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wasallam,
وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ
"Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung." (QS. Al Qalam: 4)
فَبِمَا  رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ  الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ  لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ
"Maka disebabkan rahmat dari  Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu  bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari  sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi  mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu." (QS. Ali Imran: 159)
- Perintah Allah kepada kaum mukminin agar tolong menolong dalam kebaikan,
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ
"Dan tolong-menolonglah kamu dalam  (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam  berbuat dosa dan pelanggaran." (QS. Al Maidah: 2)
- Perintah Allah agar membalas keburukan orang dengan kebaikan,
وَلَا  تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ  فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ  وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا الَّذِينَ صَبَرُوا وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا  ذُو حَظٍّ عَظِيمٍ
"Dan tidaklah sama kebaikan dan  kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka  tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah  telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak  dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak  dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan  yang besar." (QSl Fushshilat: 34-35)
- Sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, "sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia."
- Sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, "Perumpamaan  orang-orang yang beriman dalam hal kasih sayang, kecintaan dan  kelemah-lembutan diantara mereka adalah bagaikan satu tubuh, apabila ada  satu anggotanya yang sakit maka seluruh tubuh juga merasakan sakit dan  tidak bisa tidur." (Muttafaqun ‘Alaihi)3.    Memperbanyak dzikir dan merasa selalu disertai Allah 
Sesungguhnya keridhaan hamba tergantung  pada tempat bergantungnya. Dan Allah adalah Dzat yang paling membuat  hati hamba tentram dan dada menjadi lapang dengan mengingat-Nya. Karena  kepada-Nya seorang mukmin meminta bantuan untuk mendapatkan kebutuhan  dan menghindarkan dari mara bahaya. Karena itulah, syariat mengajarkan  beberapa dzikir yang mengikat antara seorang mukmin dengan Allah Ta'ala  sesuai tempat dan waktu, yaitu ketika ada sesuatu yang diharapkan atau  ada sesuatu yang menghawatirkannya. Dzikir-dzikir tadi mengikat seorang  hamba dengan penciptanya sehingga dia akan mengembalikan semua akibat  kepada yang mentakdirkannya.
Berikut ini beberapa nash yang menunjukkan hubungan dzikir dengan kebahagiaan seorang hamba.
- Firman Allah Ta'ala:
الَّذِينَ آَمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
"(yaitu) orang-orang yang beriman  dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya  dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram." (QS. Al Ra'du: 28)
- Perintah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam kepada seorang muslim ketika menikah.
اللَّهُمَّ  إِنِّي أَسْأَلُكَ خَيْرَهَا وَخَيْرَ مَا جَبَلْتَهَا عَلَيْهِ وَأَعُوذُ  بِكَ مِنْ شَرِّهَا وَمِنْ شَرِّ مَا جَبَلْتَهَا عَلَيْهِ
"Ya Allah, aku memohon kebaikannya  dan kebaikan tabi'at yang dia bawa, dan aku berlindung dari keburukannya  dan keburukan tabi'at yang dia bawa." (HR. Abu Daud no 2160, Ibnu Majah no1918 dan al Hakim).
- Doa ketika terjadi angin ribut:
اَللَّهُمَّ  إِنِّيْ أَسْأَلُكَ خَيْرَهَا وَخَيْرَ مَا فِيْهَا وَخَيْرَ مَا  أُرْسِلْتَ بِهِ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا وَشَرِّ مَا فِيْهَا  وَشَرِّ مَا أُرْسِلْتَ بِهِ
"Ya Allah! Sesungguhnya aku mohon  kepadaMu kebaikan angin (ribut ini), kebaikan apa yang di dalamnya dan  kebaikan tujuan angin dihembuskan. Aku berlindung kepadaMu dari  kejahatan angin ini, kejahatan apa yang di dalamnya dan kejahatan tujuan  angin dihembuskan." (Muttafaq 'Alaih)
- Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam  mewajibkan untuk melakukan sebab (usaha), minta tolong kepada Allah,  dan tidak sedih jika hasil yang diharapkan tidak terwujud. "Bersemangatlah  mencari yang bermanfaat bagimu, minta pertolongan kepada Allah, dan  jangan lemah. Jika engkau tertimpa musibah janganlah berkata:  ‘Seandainya saya berbuat begini maka tentu tidak terjadi begitu.’ Namun  katakanlah: ‘Allah telah menakdirkan musibah ini. Apa yang Allah  kehendaki pasti terjadi’. Karena perkataan ‘Seandainya’ dapat membuka  perbuatan syetan." (HR. Muslim)
4.    Menjaga kesehatan 
Kesehatan di sini mencakup semua sisi;  badan, jiwa, akal, dan ruhani. Menjaga kesehatan badan merupakan fitrah  manusia, karena berkaitan dengan kelangsungan hidup dan juga menjadi  sarana untuk memenuhi kebutuhan materi seperti makan, minum, pakaian,  dan kendaraan.
- Kesehatan fisik: Islam  sangat menghargai kehidupan fisik manusia. Karenanya Islam melarang  membunuh tanpa ada sebab yang dibenarkan syari'at sebagaimana Islam  melarang setiap yang bisa membahayakan badan dan kesehatannya. Allah  Ta'ala berfirman, "dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar." (QS. Al An'am: 151 dan al Isra': 33)
وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبَاتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبَائِثَ
". . dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk . . " (QS. Al A'raaf: 157)
Sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, "Tidak (boleh melakukan/menggunakan sesuatu yang) berbahaya atau membahayakan (orang lain)." (HR. Ahmad dalam Musnadnya, Malik dan Ibnu Majah)
- Kesehatan jiwa:  banyak orang yang tidak memperhatikan kesehatan jiwa dan tidak  memperdulikan cara untuk menjaganya, padahal dia pilar pokok untuk  meraih kebahagiaan. Karena itu, Islam sangat memperhatikan pendidikan  jiwa dan menyucikannya dengan sifat-sifat mulia.
Kesehatan jiwa tegak dengan iman lalu  dihiasi dengan akhlak terpuji dan disterilkan dari akhlak buruk seperti  marah, sombong, berbangga diri, bakhil, tamak, iri, dengki, dan akhlak  buruk lainnya.
Allah Ta'ala berfirman,
وَلَا  تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَى مَا مَتَّعْنَا بِهِ أَزْوَاجًا مِنْهُمْ  زَهْرَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا لِنَفْتِنَهُمْ فِيهِ وَرِزْقُ رَبِّكَ  خَيْرٌ وَأَبْقَى
"Dan janganlah kamu tujukan kedua  matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari  mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami cobai mereka dengannya.  Dan karunia Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih kekal." (QS. Thaahaa: 131)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "jika  kalian bertiga, janganlah yang dua orang berbisik-bisik tanpa  mengikutkan yang satunya sehingg mereka berkumpul dengan orang banyak  supaya tidak membuatnya sedih." (Muttafaq 'Alaih)
Allah Ta'ala berfirman, "Hai  orang-orang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain,  boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang  mengolok-olok). Jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita  lain, boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari  wanita (yang mengolok-olok). Dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri  dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk.  Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman.  Barang siapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang  dzalim." (QS. Al Hujuraat: 11)
"Hai orang-orang yang beriman,  jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu  adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan  janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah  salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati?  Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah.  Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang." (QS. Al Hujuraat: 12)
- Kesehatan akal: Akal  adalah sebab utama manusia mendapat taklif (beban syari'at). Karenanya  Allah memerintahkan untuk menjaganya dan mengharamkan sesuatu yang  membahayakan dan merusaknya. Sebab utama yang menghilangkan kesadaran  akal adalah hal-hal yang memabukkan dan yang diharamkan. Allah Ta'ala  berfirman:
"Hai orang-orang yang beriman,  sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala,  mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan  syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat  keberuntungan. Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan  permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan  berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan shalat; maka  berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu)." (QS. Al Maaidah: 90-91)
- Kesehatan ruhani:  Syari'at sangat memperhatikan sarana-sarana yang bisa menjaga kesehatan  ruhani. Makanya seorang mukmin diperintahkan untuk dzikrullah setiap  saat sebagaimana mewajibkan, dalam batas minimal, untuk memenuhi nutrisi  ruhani seperti perintah shalat wajib, puasa, zakat, haji dan medan yang  lebih luas lagi dalam bentuk amal sunnah dan segala amal untuk  mendekatkan diri kepada Allah.
Ibadah-ibadah ini mengikat seorang hamba dengan Rabb-Nya dan mengembalikannya kepada Sang Pencipta ketika tersibukkan oleh dunia. Karenanya, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "dan dijadikan kebahagiaan hatiku dalam shalat." Beliau bersabda kepada Bilal, "wahai bilal, hibur kami dengan shalat."
Syari'at juga melarang segala tindakan  yang bisa merusak ruhani dan melemahkannya. Syari'at melarang mengikuti  hawa nafsu, mengerjakan hal syubuhat, dan memanjkan diri dalam  kenikmatan karena biasa menyebabkan hati menjadi mati. Karena itulah  Allah menyifati orang-orang kafir laksana binatang, "Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu)." (QS. Al Furqaan: 44)
وَالَّذِينَ كَفَرُوا يَتَمَتَّعُونَ وَيَأْكُلُونَ كَمَا تَأْكُلُ الْأَنْعَامُ وَالنَّارُ مَثْوًى لَهُمْ
"Dan orang-orang yang kafir itu  bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya  binatang-binatang. Dan neraka adalah tempat tinggal mereka." (QS. Muhammad: 12)
5. Berusaha meraih materi yang mendatangkan kebahagiaan 
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya,  Islam tidak mengingkari urgensi  meteri untuk merealisasikan  kebahagiaan. Hanya saja, semua materi ini bukan sebagai syarat mutlak  untuk mendapatkan kebahagiaan, namun hanya sebagai sarana saja. Banyak nash menguatkan kenyataan ini, di antaranya firman Allah Ta'ala,
قُلْ مَنْ حَرَّمَ زِينَةَ اللَّهِ الَّتِي أَخْرَجَ لِعِبَادِهِ وَالطَّيِّبَاتِ مِنَ الرِّزْقِ
"Katakanlah: 'Siapakah yang  mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk  hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezeki yang baik?" (QS. Al A'raaf: 32)
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "sebaik-baik  harta adalah yang dimiliki hamba shalih." Nabi shallallahu 'alaihi  wasallam bersabda, "di antara unsur kebahagiaan anak Adam: istri  shalihah, tempat tinggal luas, dan kendaraan nyaman."
6. Memanajemen waktu, karena waktu adalah modal utama manusia selama hidup di dunia. Oleh  sebab itu, Islam sangat memperhatikan waktu dan akan meminta  pertanggungjawaban seorang mukmin tentang waktunya. Dan kelak di hari  kiamat, dia akan ditanya tentang waktunya. Perintah dalam Islam sangat  membantu manusia untuk mengatur waktunya dan memanfaatkannya dengan baik  antara memenuhi kebutuhan hidup dan materinya di satu sisi, dan untuk  memenuhi kebutuhan ruhani dan ibadah pada sisi lainnya. Islam telah  memerintahkan orang beriman agar memanfaatkan waktu untuk kebaikan dan  amal shalih.
Allah Ta'ala berfirman,
يَاأَيُّهَا  الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَنْ  ذِكْرِ اللَّهِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ .  وَأَنْفِقُوا مِنْ مَا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ  الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلَا أَخَّرْتَنِي إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ  فَأَصَّدَّقَ وَأَكُنْ مِنَ الصَّالِحِينَ
"Hai orang-orang yang beriman,  janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat  Allah. Barang siapa yang membuat demikian maka mereka itulah orang-orang  yang rugi. Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan  kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu;  lalu ia berkata: 'Ya Tuhanku, mengapa Engkau tidak menangguhkan  (kematian) ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat  bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang shaleh?'." (QS. Al Munaafiquun: 9-10)
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Tidak  tergelincir dua kaki seorang hamba pada hari kiamat sehingga Allah  menanyakan empat hal: Umurnya, untuk apa selama hidupnya dihabiskan;  Waktu mudanya, digunakan untuk apa saja; Hartanya, darimana dia  mendapatkan dan untuk apa saja dihabiskannya; Ilmunya, apakah diamalkan  atau tidak." (HR. Tirmidzi )
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda dalam hadits lain,
نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنْ النَّاسِ الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ
"Ada dua nikmat yang mayoritas orang merugi pada keduanya, yaitu (nikmat) sehat dan waktu luang." (HR. Al Bukhari dari Ibnu Abbas)
Penutup
Sesungguhnya Allah amat sangat baik  kepada para hamba-Nya. Dia menghendaki agar mereka bahagia, dunia dan  akhirat. Sehingga diperintahkan apa saja yang bisa menghantarkan kepada  kebahagiaan itu. Juga dilarang setiap yang bisa merusaknya. Oleh sebab  itu, dikatakan kepada para mujrimin saat mereka disiksa dalam neraka, "Dan tidaklah Kami menganiaya mereka tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri." (QS. Al-Zukhruf: 76)
Kebahagiaan yang paling ditekankan Islam  adalah kebahagiaan akhirat, namun bukan berarti kebahagiaan dunia  ditelantarkan. Tidak, bahkan kebahagiaan di dunia ini berusaha  diwujudkan dalam bentuk yang sebenarnya. Yakni dengan mengabdikan diri  kepada Allah semata sebagai panggilan dari fitrah diri manusia yang ia  diciptakan di atasnya. Sehingga dengan itu akan mendapat ketenangan dan  ketentraman. Dan ini menjadi kunci utama tercapainya kebahagiaan,  sampaipun dalam musibah dan bencana. Ia jadikan musibah tersebut menjadi  ladang untuk mendapatkan keutamaan dan pahala besar yang menjaminnya  masuk dalam surga, yakni dengan sabar. Dan tidaklah seseorang  mendapatkan surga akhirat sebelum ia mendapatkan surga dunia dalam  ibadahnya. Wallahu Ta'ala a'lam. [PurWD/voa-islam.com]

