Cara pandang seseorang pada umumnya adalah mengukur segala sesuatu dengan keduniaan. Apabila dari sisi dunia dianggap kurang menguntungkan, maka mereka tidak mengambilnya. Dan demikian pula sebaliknya, apabila ada manfa'at dari segi dunia, maka mereka mengambilnya.
Hal seperti ini sebenarnya wajar 2x saja. Karena secara fitrah, manusia memang membutuhkan materi ataupun segala sesuatu yg bersifat kebendaan, namun Sikap seperti ini harus ada batasnya.
Yaitu sejauh mana kita meletakkan segala sesuatu sesuai porsinya masing 2x.
Artinya,... harus ada tolak ukur dalam hal ini. Karena segala sesuatu yang tidak dibatasi, maka bisa mengakibatkan efek yang kurang baik bagi pelakunya.
Parameter dari segala tindakan yang kita lakukan, haruslah mengacu pada apa yang telah dibenarkan oleh syariat agama kita. Karena jika tidak, berarti apa yang kita lakukan tadi mesti ada efek yang jelek di baliknya. Entah itu kita sadari ataupun tidak.
Seseorang yang terus - menerus mengejar ambisinya dalam kehidupan ini, pasti akan menemui kekecewaan. Hal itu sebenarnya tidaklah perlu dipertanyakan lagi jawabannya. Karena sudah sangat jelas, bahwa keinginan manusia hampir tiada batasnya, sedangkan sarana atau pun prasarana untuk memenuhinya ( yakni dunia ini ) , Sangat 2x terbatas.
Solusi yang paling tepat untuk keadaan seperti ini adalah, bahwa kita harus benar 2x mengacu pada tuntunan agama.
Di dalam Islam, sudah dijelaskan bagaimana seharusnya seseorang menyikapi dunia ini.
Bukan berarti, Islam tidak menghiraukan urusan dunia, namun harus ada kontrolnya.
Seseorang yang hebat dalam urusan dunia, atau pun dalam urusan kekuasaan, status dsb toh juga akan dipermalukan oleh satu hal, Yaitu Kematiaan.
Lalu untuk apa mereka mengejar mati 2x an semua itu, kalau akhirnya bakal ditinggalkan semuanya yang telah ia miliki.
Sungguh akan kecewa manusia apabila tujuan hidupnya adalah "di sini". Dunia ini bukanlah akhir dari segalanya. Masih ada setelah ini yaitu akherat. Di mana kehidupan di sana, sangat 2x jauh berbeda keadaannya. Ya..., kehidupan yang kekal tiada akhir. Maka apabila seorang dalam kenikmatan di sana, maka akan berlangsung selamanya, demikian pula sebaliknya.
Apabila ia dalam penderitaan, maka akan berlangsung bukan hanya tahunan, ratusan ..ribuan taun saja, bisa 2x bagi yang waktu di dunia mengalami kesalahan yang sudah tidak bisa di tolelir lagi, maka bisa berlangsung penderitaan pada dirinya selamanya.
Jalan yang paling benar adalah mengikuti Utusan Alloh Ta'Ala. Karena sudah ada jaminan kebenarannya. Kembali pada asas agama kita, kembali pada kejayaan. Kembali meng'amalkan apa 2 yang telah di contohkan oleh Rosululloh s.a.w,kembali pada zaman keemasan Islam.
Keadaan ummat saat ini tidak akan bisa kembali menemui kejayaan, sebelum melakukan apa yang Rosululloh lakukan. Inilah sebenar 2nya Islam. Dan apabila ummat sudah kembali pada cara yang benar dalam segala urusan, sehingga seperti yang telah di lakukan oleh Beliau, maka insya Alloh, kejayaan akan menjadi milik ummat Islam kembali. Baik dunia maupun akherat.
http://teguhtriatmojo.blogspot.com/2009/04/kembali-pada-cara-yang-benar.html