Anas r.a berkata bahwa Rasulullah saw bersabda, "Pada Hari Kiamat, anak Adam akan didatangkan (dalam keadaan lemah dan hina) bagaikan anak domba, dan ia akan disuruh berdiri di hadapan Allah swt, lalu Allah swt berfirman kepadanya,
"Aku telah memberimu harta dan mengaruniakan kepadamu pembantu, dan Aku telah memberikan nikmat kepadamu, lalu apa yang telah kamu lakukan?". Ia pun menjawab, "Saya telah mengumpulkannya, dan (dengan usaha saya) telah saya kembangkan, dan saya telah meninggalkannya lebih banyak daripada yang mula-mula saya miliki. Maka sekarang kembalikanlah saya ke dunia, saya akan membawanya semua.".
Kemudian Allah swt berfirman, "Tunjukkan kepada-Ku apa yang telah kamu kirimkan lebih dahulu. Ia pun menjawab lagi, "Saya telah mengumpulkannya dan (dengan usaha saya) telah saya kembangkan, dan saya meninggalkannya lebih banyak daripada yang mula-mula saya miliki. Maka kembalikanlah saya ke dunia, saya akan membawa semuanya.". Ternyata hamba itu tidak mengirimkan kebaikan sedikit pun sebagaimana yang ia katakan, sehingga ia dilemparkan ke neraka Jahannam. (H.R. Tirmidzi, Misykat).
Usaha apa pun yang kita lakukan, baik dengan berdagang, bertani, atau pekerjaan lainnya, maksudnya adalah supaya kita memiliki simpanan yang bisa digunakan pada waktu kita memerlukannya. Kadang-kadang keperluan itu datang dengan tiba-tiba. Akan tetapi, waktu datangnya keperluan yang sebenarnya dan pasti akan datang, dan pada waktu itu dirinya pasti sangat memerlukan dan pasti sangat berfaedah, adalah yang dikumpulkan di khazanah Allah swt sewaktu masih hidup di dunia. Karena, simpanan yang telah dikumpulkan itu akan di dapatkan sepenuhnya dan akan ada tambahan lagi dari Allah swt.
Tetapi sangat jarang orang yang menghiraukannya. Padahal kehidupan dunia, betapapun lamanya, suatu hari nanti pasti akan berakhir, sedangkan kehidupan akhirat tidak akan ada habisnya. Dalam kehidupan dunia, jika kita tidak memiliki modal, kita masih bisa berusaha dan bekerja, bahkan kalau terpaksa, hari-hari dalam kehidupan kita ini masih bisa kita lalui dengan meminta-minta. Tetapi, dalam kehidupan akhirat tidak ada lagi kesempatan untuk bekerja. Di sana, yang berguna hanyalah apa yang telah dikirim sebagai simpanan.
Dalam sebuah hadits, Rasulullah saw bersabda, "Ketika saya memasuki surga, saya lihat di kedua sisinya terdapat tiga baris tulisan dari air emas.
Pada baris pertama tertulis:
"Tidak ada Tuhan kecuali Allah, Muhammad utusan Allah.".
Pada baris kedua tertulis:
"Apa yang kami lebih dahulu telah kami dapatkan dan apa yang telah kami makan itu bermanfaat dan apa yang kami tinggalkan itu dalam kerugian".
Pada baris ke tiga tertulis:
"Ummat itu pendosa dan Tuhan itu Pengampun.". (Barakatudz-Dzikr).
Pada hari itu tidak ada perdagangan, persahabatan, dan pembelaan. Firman Allah swt, "Setiap orang hendaknya melihat apa yang telah ia kirim terlebih dahulu.".
Dalam sebuah hadits bahwa apabila seseorang meninggal dunia, maka malaikat bertanya "Apakah yang telah dikumpulkan sebagai simpanan untuk dihisab, apakah yang telah dikirimkan untuk besok?". Sedangkan orang-orang bertanya, "Harta apakah yang telah ia tinggalkan?" (Misykat).
Rasulullah saw pernah bertanya, "Siapakah diantara kalian yang lebih menyukai harta ahli warisnya daripada hartanya sendiri ?". Para sahabat r.hum menjawab, "Wahai Rasulullah, tidak seorang pun dari kami yang seperti itu.".
Rasulullah saw bersabda, "Harta seseorang adalah yang ia kirimkan terlebih dahulu. Dan apa yang ditinggalkan itu bukan hartanya, tetapi harta ahli warisnya.". (Misykat, dari Bukhari).
Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa Rasulullah saw bersabda, "Orang-orang berkata: Hartaku, hartaku. Padahal hanya ada tiga perkara yang menjadi miliknya dari harta bendanya, yakni yang ia habiskan dengan dimakan, yang ia usangkan dengan dipakai, yang ia kumpulkan di sisi Allah swt dalam catatan amalnya. Selain dari itu semua, yang ada bukan hartanya, karena akan ditinggalkan untuk orang lain." (Misykat).
Dan yang perlu dikasihani, pada umumnya orang mengumpulkan harta yang banyak dengan menanggung penderitaan dan rela mengalami kesusahan untuk orang-orang yang mereka sendiri tidak mau memberi satu sen pun. Akan tetapi, harta yang dikumpulkannya itu ditinggalkan dan sudah menjadi takdir bahwa mereka itulah yang menjadi ahli waris, yang pada masa hidupnya mereka tidak ingin memberi sedikit pun.
Dalam hal membelanjakan harta, cara yang paling baik adalah membelanjakan
hartanya pada masa hidupnya, pada waktu sehatnya dan pada waktu belum diketahui siapakah yang akan mati terlebih dahulu, ia atau ahli warisnya. Dalam keadaan seperti ini, perbanyaklah membelanjakan harta di jalan Allah swt. Seberapa pun ia mampu bersedekah, kerjakanlah, berwasiatlah, dan wakafkanlah. Hendaknya selalu mencari dan berpikir tentang kebaikan yang dapat mendatangkan banyak pahala. Jangan sampai ketika masih hidup berbuat bakhil, dan ketika hampir mati baru menjadi orang dermawan. Hendaknya berpedoman pada hadits Rasulullah saw bahwa sedekah yang paling baik adalah yang diberikan ketika sehat, bukan ketika nyawa hampir keluar ia baru berkata sekian untuk Fulan dan sekian untuk Fulan, padahal hartanya telah menjadi milik Fulan (ahli waris).
Ali Karramallahu Wajhah berkata bahwa Allah swt mematikan dua orang kaya dan dua orang fakir. Setelah itu orang yang kaya dimintai pertanggung jawaban, "Apa yang telah kamu kirim terlebih dulu untuk dirimu, dan apa yang kamu tinggalkan untuk keluargamu?". Ia menjawab, "Wahai Allah, Engkaulah Yang menciptakanku. Dan Engkau juga yang menciptakan mereka. Dan rezeki setiap orang telah Engkau jamin, dan Engkau telah berfirman dalam Al-Qur'an:
مَنْ ذَا الَّذِي يُقْرِضُ اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضَاعِفَهُ لَهُ وَلَهُ أَجْرٌ كَرِيمٌ
"Barangsiapa mau memberi pinjaman kepada Allah dengan pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipatgandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak."
Karena ayat inilah maka saya telah mengirimkan harta saya lebih dahulu. Dan saya yakin bahwa Engkau pasti akan memberi rezeki kepada mereka. Maka Allah swt berfirman, "Baiklah, pergilah kamu. Jika kamu (ketika di dunia) mengetahui apa-apa (kenikmatan dan kemuliaan) yang ada di sisi-Ku untukmu, maka di dunia kamu akan senang dan sangat sedikit mengalami kesusahan".
Setelah itu orang kaya yang kedua akan ditanya, "Apakah yang kamu kirimkan terlebih dahulu untuk dirimu, dan apakah yang kamu tinggalkan untuk keluargamu?". Ia menjawab, "Wahai Allah, saya mempunyai anak-anak, saya takut mereka akan menderita dan jatuh miskin.". Maka Allah swt berfirman, "Bukankah Aku telah menciptakan kamu dan mereka semua, bukankah Aku telah menanggung rezekimu dan rezeki mereka semua?". Ia menjawab, "Wahai Allah, sesungguhnya memang demikian. Akan tetapi saya sangat takut akan kemiskinan mereka.". Allah swt. berfirman, "Kemiskinan telah menimpa mereka, apakah kamu dapat menghindarkan kemiskinan itu dari mereka? Baik, pergilah, jika kamu (di dunia) mengetahui apa-apa (adzab) yang ada di sisi-Ku untukmu, maka kamu akan sedikit tertawa dan banyak menangis.".
Kemudian seorang fakir akan ditanya, "Apakah yang telah kamu kumpulkan untuk dirimu dan apakah yang telah kamu tinggalkan untuk keluargamu?". Ia menjawab, "Wahai Allah, Engkau telah menciptakan aku dalam keadaan sehat dan selamat, dan Engkau telah memberiku nama-nama suci-Mu, dan Engkau telah mengajariku berdoa kepada-Mu. Jika Engkau memberiku harta, saya takut kalau-kalau harta itu akan menyibukkan saya. Saya sangat ridha dengan keadaan saya ini.". Allah swt. berfirman, "Baik, pergilah Aku pun ridha kepadamu. Jika kamu (ketika di dunia) mengetahui apa yang ada di sisi-Ku untukmu, kamu akan banyak tertawa dan sedikit menangis.".
Kemudian orang fakir yang kedua akan ditanya, "Apa yang telah kamu kirimkan lebih dahulu untuk dirimu, dan apa yang telah kamu tinggalkan untuk keluargamu?". Ia menjawab, "Wahai Allah, apa yang telah Engkau berikan kepada saya sehingga Engkau menanyakannya?". Allah swt. berfirman, "Bukankah Kami telah memberimu kesehatan, kemampuan berbicara, telinga, mata, dan bukankah Aku telah berfirman dalam Al-Qur'an:
ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ
"Berdo'alah kepada-Ku, maka Aku akan mengabulkannya.".
Ia menjawab, "Wahai Allah, semua ini memang benar. Akan tetapi saya telah lupa." Allah swt. berfirman, "Baiklah, hari ini Kami juga melupakanmu. Pergilah, jika kamu mengetahui adzab apa saja yang ada di sisi Kami untukmu, maka kamu akan banyak menangis dan sedikit tertawa." (Kanzul 'Ummal).