kita memang tidak selalu benar dalam kehidupan sehari-hari, dan dibutuhkam komunikasi secara rutin untuk saling melengkapi, Paradigma adalah cara pandang seseorang terhadap diri dan lingkungannya yang akan mempengaruhinya dalam berpikir (kognitif), bersikap (afektif), dan bertingkah laku (konatif) (Dani Vardiansyah, Filsafat Ilmu Komunikasi, 2008). Paradigma berasal dari bahasa Yunani (paradeigma), yang berarti pola, contoh, sampel, asumsi. (Wikipedia.org)
Stephen Covey dalam bukunya The 7 Habits of Highly Effective People mengatakan bahwa -karena pentingnya mempunyai paradigma yang benar- maka sebagai seorang pemimpin jika kita ingin mengubah hidup kita yang perlu kita ubah adalah paradigma kita.
Dari mana paradigma berasal? Secara sederhana, paradigma yang kita miliki berasal dari pengalaman
sehari-hari yang kita alami. Tanpa sadar pengalaman pengalaman tersebut membentuk suatu paradigma yang selalu akan terbarui dengan tambahan informasi yang kita terima.
sehari-hari yang kita alami. Tanpa sadar pengalaman pengalaman tersebut membentuk suatu paradigma yang selalu akan terbarui dengan tambahan informasi yang kita terima.
Buku. Buku yang kita baca, akan sangat mempengaruhi paradigma kita. Buku yang sarat informasi selain menambah pengetahuan kita akan sesuatu juga akan membentuk paradigma kita. Sebuah buku tentang alam semesta misalnya, akan membuka paradigma kita yang tadinya kita merasa ‘besar’ dan sombong akan menjadi lebih arif dan santun dalam mensikapi kejadian sehari-hari. Sebuah buku mengenai masakan yang disajikan dengan detail akan membuka paradigma kita bahwa memasak itu tidak sesulit yang dibayangkan.
Orang sekitar kita. Orang-orang yang ada di sekitar kita tanpa kita sadari akan membentuk paradigma kita baik secara langsung maupun tidak langsung. Jika kita sering bergaul dengan suku tertentu dalam keseharian kita, maka lama kelamaan akan timbul paradigma bahwa “Ooo.. suku itu begitu begini ya..” Dan, paradigma kita amat cepat terbentuk melalui pergaulan sehari-hari melalui gosip dan ngerumpi di saat jeda waktu kantor. Si A itu begini, si B itu begitu, dll. Yang pada akhirnya setelah sesi gosip selesai kita akan mempunyai paradigma baru mengenai orang yang kita bicarakan tersebut.
Pengalaman pribadi. Kata pepatah, Pengalaman adalah guru yang paling baik. Pengalaman pergaulan kita dengan si A, yang mempunyai sifat yang kurang baik terhadap teman-temannya, akan membuat kita waspada jika berhubungan dengan A. tetapi sebaliknya, pergaulan kita dengan si B yang supel, ramah dan tidak membeda-bedakan teman akan membuat kita nyaman bersamanya.
Media. TV, Radio, Majalah, BBM, SMS, dan lain-lain adalah media yang hampir setiap saat bersama dengan kita. Media-media ini sangat kuat pengaruhnya dalam membentuk paradigma kita akan suatu hal. Terkadang, dengan banyaknya informasi yang membanjiri kita sehari-hari, kita kesulitan untuk memilah dan memilih mana yang benar-benar berita dan mana yang bukan
Paradigma yang kita miliki tidak selalu benar dan lengkap. Karena itu amat penting dalam pergaulan dan komunikasi sehari-hari kita bersifat terbuka dan dapat menerima pendapat orang lain. Karena bisa jadi apa yang disampaikannya adalah hal yang dapat melengkapi paradigma kita. Anda pasti pernah mendengar kisah 3 orang buta yang diminta untuk mendeskripsikan gajah bukan?
1. Orang pertama mengatakan bahwa gajah itu bentuknya panjang,
2. karena yang dipegangnya adalah ekornya. Orang kedua mengatakan bahwa gajah itu seperti batang pohon, karena yang dipegang adalah kakinya.
3. Orang ketiga mengatakan bahwa gajah itu besar dan bulat karena yang dipegang adalah perutnya.
Literatur dari berbagai sumber.