“Dan tidak sama (antara) dua laut; yang ini tawar, segar, sedap diminum dan yang lain asin lagi pahit. Dan dari masing-masing laut itu kamu dapat memakan daging yang segar dan kamu dapat mengeluarkan perhiasan yang dapat kamu memakainya, dan pada masing-masingnya kamu lihat kapal-kapal berlayar membelah laut supaya kamu dapat mencari karunia-Nya dan supaya kamu bersyukur.” (QS. Fathir : 12)
Laut…adalah ruang kekayaan alam yang Tuhan anugerahkan kepada manusia. Mengenal lebih dalam laut dan isinya ibarat memasuki sesuatu ‘kamar gelap’ yang didalamnya tidak atau belum diketahui apa-apa kecuali dengan ‘penerangan’..
Penerangan itu tak lain adalah ilmu pengetahuan. Indonesia yang memiliki panjang pantai 81.000 km; 17.508 pulau; 5,8 juta km2 wilayah laut/perairan sangat membutuhkan penerapan ilmu pengetahuan tersebut. Laut Indonesia yang kaya ini penuh dengan keanekaragaman (biodiversity) yang memberikan nilai plus sehingga menjadikannya sebagai kekayaan alam yang sangat indah dan beragam. Kekayaan biota perairan laut Indonesia berupa lebih dari 2.000 jenis ikan; 850 jenis sponge, 910 jenis koral dan 4.500 jenis ikan karang atau 20% jenis ikan dunia. Potensi produksi perikanan Indonesia mencapai 65 juta ton per tahun. Namun, sayangnya potensi yang besar tersebut belum termanfaatkan dengan tepat dan optimal.
Penerangan itu tak lain adalah ilmu pengetahuan. Indonesia yang memiliki panjang pantai 81.000 km; 17.508 pulau; 5,8 juta km2 wilayah laut/perairan sangat membutuhkan penerapan ilmu pengetahuan tersebut. Laut Indonesia yang kaya ini penuh dengan keanekaragaman (biodiversity) yang memberikan nilai plus sehingga menjadikannya sebagai kekayaan alam yang sangat indah dan beragam. Kekayaan biota perairan laut Indonesia berupa lebih dari 2.000 jenis ikan; 850 jenis sponge, 910 jenis koral dan 4.500 jenis ikan karang atau 20% jenis ikan dunia. Potensi produksi perikanan Indonesia mencapai 65 juta ton per tahun. Namun, sayangnya potensi yang besar tersebut belum termanfaatkan dengan tepat dan optimal.
Bioteknologi adalah upaya yang dapat menjadi solusi atas permasalahan-permasalahan pendayagunaan hasil laut tersebut. Pentingnya bioteknologi sebagai terobosan baru dalam penerapan ilmu pengetahuan yang menyelaraskan hubungan sinergis antara perkembangan dan penerapan teknologi dengan pemanfaatan hasil-hasil alam termasuk hasil-hasil laut dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan. Di masa depan, bioteknologi kelautan akan sangat dibutuhkan karena negara-negara di dunia sendiri tak terlepas dari kenyataan bahwa 70 % wilayah planet bumi ini adalah laut dan ternyata belum termanfaatkan dengan optimal.
Perlu diketahui bahwa sekarang produk-produk hasil bioteknologi perikanan telah meluas penggunaannya, baik digunakan sebagai bahan pangan, industri kimia, biofarmasi, kosmetika, maupun pengendalian lingkungan. Pada bidang pangan dan industri polisakarida bioteknologi menyumbangkan hasil-hasil perikanan seperi agar, alginat, dan karaginan, sedangkan untuk industri kosmetika bioteknologi telah berjasa dalam pengembangan rumput laut sebagai bahan fortifikasi kosmetik. Bahan bahan buangan ikan seperti bagian dalam pencernaan dan usus-usus ikan melalui pendekatan bioteknologi telah mampu dikonversi menjadi produk pakan yang berguna, digunakan sebagai “attractant”, penghasil pepton, pembangkit aroma dan enzim (pepsin, alkaline phosphatase dan lysozyme). Contoh lain adalah pemanfaatan bioteknologi di bidang farmasi, telah dikembangkan sebagai bahan baku obat dari berbagai avertebrata air seperti sponge dan teripang. Sponge Indonesia sangat melimpah. Sponge Indonesia juga memiliki aktifitas cytotoxic (ovarian cancer cell line). Teripang saat ini enjadi komoditas yang bernilai ekonomis karena teripang memiliki komponen bioaktif ‘holoturin’ yang berguna sebagai anti kanker, antibiotik, anti inflamasi sehingga sangat menunjang industri farmasi.
Dalam pengendalian lingkungan, bioteknologi perikanan telah dikembangkan untuk bioremediasi, bioleaching, bioabsorbsi (oleh mikroalga, rumput laut, khitin dan kitosan), biofouling dan biofiltrasi. Mikroalga sebagai sumberdaya perairan yang dapat terbarukan saat ini telah dikembangkan dalam bidang bioteknologi sebagai multisuplemen seperti Chlorella dan Spirulina dan juga sebagai biopigmen. Disamping itu mikrolaga ternyata dapat berperan seperti layaknya mesin-mesin mikroskopis yang mampu menyerap karbondioksida (CO2), dimana hampir 90% dari jumlah karbon organik di laut yang diperkirakan sekitar 4,2 x 1011 ton ada dalam bentuk terlarut yang dimanfaatkan oleh mikroorganisme untuk proses pertumbuhan dalam suatu “microbial loop”. Contoh lain dari perkembangan bioteknologi kelautan yaitu ekstraksi Green Fluorescent Protein (GFP) dari biota-biota laut yang memiliki bioluminescent (seperti ubur-ubur) yang berguna sebagai biomarker. Bioteknologi kelautan juga ikut berkontribusi dalam perkembangan biodiesel. Turunan biodiesel dari tumbuhan air seperti mikroalga memiliki potensi untuk dapat menyuplai 50 % kebutuhan pasar diesel Amerika. Selain itu, bioteknologi juga berjasa dalam pengembangan Polymerase Chain Reaction (PCR) yang merupakan teknik yang sangat penting untuk mempelajari material genetik dan rekayasa genetika, dengan diisolasinya enzim yang tahan panas tinggi lebih dari 100°C dari kelompok bakteri Archae (Thermus aquaticus) dari sumber air panas dari Yellowstone National Park.
Sedemikian banyaknya manfaat yang dapat diambil dari laut dan ternyata hal-hal tersebut barulah se_per sekian persen dari semua potensi yang dapat dimanfaatkan. Oleh karena itu, pengembangan bioteknologi kelautan ini harus terus dilanjutkan. Keterlibatan semua stakeholder dalam upaya ini sangat diperlukan. Mengingat laut Indonesia sangatlah kaya, akan tetapi kebanyakan masyarakatnya masih belum merasakan kekayaan tersebut, ibarat kata pepatah seperti ‘ayam yang mati dalam lumbung padi’. Hal ini menjadikan tantangan bagi generasi muda Indonesia untuk terus mengembangkan bioteknologi dari hasil kelautan demi kemashlahatan seluruh ummat karena sejatinya laut dan biota-biota di dalamnya merupakan sumber kekuatan baru yang dapat memecahkan permasalahan-permasalahan yang muncul akibat keterbatasan lahan, mengingat paling tidak dengan memanfaatkan laut tidak akan berbenturan dengan kepentingan yang paling mendasar dari kebutuhan manusia yakni pemukiman. Dengan demikian, bioteknologi kelautan akhirnya menjadi cikal bakal yang memiliki prospek cemerlang demi peningkatan aktivitas perekonomian di masa depan agar bangsa kita tak lagi acuh dalam memandang laut sebagai sumber kekuatan pertumbuhan ekonomi baru Indonesia! Mari kita kembalikan lagi citra Indonesia sebagai negara maritim, dengan memanfaatkan bioteknologi dan sumberdaya yang ada secara optimal dan ramah lingkungan agar dapat mengunggulkan lagi semboyan Jalesveva Jayamahe (di laut kita jaya) dengan bioteknologi kelautan menuju Indonesia sejahtera!