Tingkah Laku Ikan Terhadap Perubahan Suhu
Hewan air akan memberikan respon fisiologis terhadap perubahan lingkungannya sebagai tempat hidupnya. Perubahan suhu dari keadaan normal menjadi lebih panas atau lebih dingin di suatu perairan dapat dipengaruhi oleh keadaan alam seperti pemanasaan oleh matahari, perubahan musim, gejala pergeseran dasar perairan, letusan gunung merapi bawah laut dan sebagainya. Setiap jenis ikan biasanya mempunyai kisaran suhu
di perairan yag cocok. Dalam keadaan suhu normal metabolisme maupun tingkah laku ikan akan berjalan dengan normal juga. Namun bila terjadi perubahan suhu, respon yang diberikan oleh ikan akan menunjukan penyesuaian metabolisme tubuhnya terhadap lingkungan untuk mempertahankan kehidupannya. Respon yang diperlihatkan oleh ikan bjiasanya berupa perubahan tingkah laku maupun pergerakan ikan.
di perairan yag cocok. Dalam keadaan suhu normal metabolisme maupun tingkah laku ikan akan berjalan dengan normal juga. Namun bila terjadi perubahan suhu, respon yang diberikan oleh ikan akan menunjukan penyesuaian metabolisme tubuhnya terhadap lingkungan untuk mempertahankan kehidupannya. Respon yang diperlihatkan oleh ikan bjiasanya berupa perubahan tingkah laku maupun pergerakan ikan.
Suhu adalah salah satu faktor yang amat penting bagi kehidupan organisme di perairan, karena suhu mempengaruhi baik aktivitas maupun perkembangbiakan dari organisme tersebut. Oleh karena itu tidak heran jika banyak dijumpai bermacam-macam jenis ikan yang terdapat di berbagai tempat di dunia yang mempunyai toleransi tertentu terhadap suhu. Ada yang mempunyai toleransi yang besar terhadap perubahan suhu, disebut bersifat euryterm. Sebaliknya ada pula yang toleransinya kecil, disebut bersifat stenoterm. Sebagai contoh ikan di daerah sub-tropis dan kutub mampu mentolerir suhu yang rendah, sedangkan ikan di daerah tropis menyukai suhu yang hangat. Suhu optimum dibutuhkan oleh ikan untuk pertumbuhannya. Ikan yang berada pada suhu yang cocok, memiliki selera makan yang lebih baik.
Suhu di perairan dapat mempengaruhi kelarutan dari oksigen. Apabila suhu meningkat maka kelarutan oksigen berkurang. Oksigen terlarut yang biasanya dihasilkan oleh fitoplankton dan tanaman laut, keberadaannya sangat penting bagi organisme yang memanfaatkannya untuk kehidupan, antara lain pada proses respirasi dimana oksigen dibutuhkan untuk pembakaran bahan organik sehingga terbentuk energi yang diikuti dengan pembentukan CO2 dan H2O. Oksigen sebagai bahan pernafasan dibutuhkan oleh sel untuk berbagai reaksi metabolisme. Oleh sebab itu kelangsungan hidup ikan ditentukan oleh kemampuannya memperoleh oksigen yang cukup dari lingkungannya. Berkurangnya oksigen terlarut sudah tentu akan berpengaruh terhadap fisiologi respirasi ikan dan hanya ikan yang memiliki sistim respirasi yang sesuai dapat bertahan hidup.
Ikan umumnya bernafas dengan menggunakan insang. Namun ikan Australian lungfish menggunakan paru-paru sebagai alat pernafasannya. Selain insang dan paru-paru, ada juga ikan yang memiliki alat pernafasan tambahan yang biasanya mempu bertahan hidup dalam kondisi hypoxia bahkan anoxia.
Kebutuhan oksigen pada ikan sangat dipengaruhi oleh umur, aktivitas, serta kondisi perairan. Semakin tua suatu organisme, maka laju metabolismenya semakin rendah. Selain itu umur mempengaruhi ukuran ikan, sedangkan ukuran ikan yang berbeda, membutuhkan oksigen yang berbeda pula. Semakin besar ukuran ikan, jumlah konsumsi oksigen per mg berat badan semakin rendah. Selain perbedaan ukuran, perbedaan aktivitas juga membutuhkan oksigen yang berbeda pula. Ikan yang beraktivitas atau bergerak lebih banyak cenderung membutuhkan banyak oksigen untuk proses respirasi. Hal ini akan meningkatkan kadar karbondioksida dalam perairan. Namun demikian, kelarutan oksigen ini sangat ditentukan oleh kondisi perairan seperti suhu, salinitas dan sebagainya.
Organime perairan seperti ikan maupun udang mampu hidup baik pada kisaran suhu 23-300C. Perubahan suhu di bawah 230C atau di atas 300C menyebabkan ikan mengalami stres yang biasanya diikuti oleh menurunnya daya cerna (Trubus Edisi 425, 2005). Oksigen terlarut pada air yang ideal adalah 5-7 ppm. Jika kurang dari itu maka resiko kematian dari ikan akan semakin tinggi.
Stres pada ikan juga dapat disebabkan oleh berbedanya media air ketika ikan dipindahkan dari wadahnya. Ikan kadang mengalami perbedaan lingkungan yang drastis sehingga menjadi stres. Oleh sebab itu biasanya dilakukan aklimatisasi sehingga ikan dapat beradaptasi perlahan-lahan terhadap kodisi lingkungan barunya.
Kehidupan di air amat lebih berat dibandingkan dengan di darat. Di air ikan hanya mengambil oksigen sekitar 20-40%, sedangkan sisanya akan dikeluarkan lewat pernafasan. Ikan dapat mempertahankan suhu tubuhnya dengan mencari perairan yang lebih cocok suhunya. Suhu dapat mempengaruhi kandungan oksigen di perairan. Oksigen biasanya lebih tinggi di permukaan karena adanya pertukaran oksigen antara air dan udara. Ketika kadar oksigen berkurang dalam suatu perairan maka ikan akan berusaha mengambil atau memanfaatkan oksigen dalam jumlah volume yang banyak. Hal ini dilakukan ikan dengan meningkatkan aktifitas pernafasannya sehingga oksigen yang dipompa lebih banyak daripada keadaan normal. Ketika ada peningkatan suhu maka ada penurunan oksigen terlarut, maka akan terjadi peningkatan metabolisme dalam tubuh ikan. Metabolime yang meningkat dikarenakan oleh meningkatnya aktivitas respirasi. Respirasi ikan akan turut menatur pH tubuhnya.
hiipp hiipp hurayyy.
sumber: Info dunia Perikanan dan kelautan