Karena berbagai kesibukan terkadang kita sebagai orang tua sering lupa apakah itu disengaja atau tidak disengaja sehingga kebutuhan emosional terhadap perkembangan anak kita kurang mendapat perhatian. Orang tua yang terlalu sibuk pada umumnya kurang memperhatikan perkembangan sikap moral dan mental terhadap kebutuhan Emosional anak yg seharusnya perlu diperhatikan. Padahal sesibuk apapun pekerjaan atau kegiatan kita namun pendidikan karakter terhadap perkembangna anak tetap harus dijalankan di dalam keluarga itu sendiri, karena Pendidikan karakter di dalam keluarga sangat menentukan sikap dan moral terhadap perkembangan Emosional pada anak kita nantinya.


Banyak hal yang seharusnya kita pahami, sebab Pada umumya anak-anak dan para remaja lebih mudah dikendalikan oleh emosi-emosi mereka daripada pemikiran rasional dan logis. Dalam postingan ini menjelaskan mengapa anak dan remaja berperilaku demikian, termasuk pada perilaku yang merusak diri sendiri. Jadi jika kita ingin memotivasi mereka, sebaiknya kita harus memahami terlebih dahulu emosi yang mengendalikan mereka dan memanfaatkannya untuk mengarahkan perilaku dan pemikiran yang lebih memperdayakan.

Dalam postingan ini akan dijelaskan tentang ketiga kebutuhan emosional anak:
1. Kebutuhan seorang anak untuk merasa dirinya aman
Salah satu kebutuhan terkuat yang dibutuhkan seorang anak adalah perasaan aman. Aman didalam diri dan lingkungannya. Pada umumnya para Remaja mencari rasa aman dengan bergabung dengan sekelompok “geng” atau sekumpulan teman sebaya mereka, terlibat aturan sosial diantara mereka, serta meniru perilaku temannya.
Seorang psikolog Dr. Gary Chapman, dalam bukunya “lima bahasa cinta” mengatakan kita semua memiliki rasa cinta psikologis yang harus dipenuhi, lebih tepatnya jika pada seorang anak,  maka orang tuanya yang sebaiknya memberikan rasa cinta tersebut. Anak yang pada dirinya merasakan dicintai oleh keluarganya secara penuh maka dia akan suka pada dirinya sendiri, tenang dan merasa aman. Hal ini dapat diartikan sebagai anak yang berbahagia dan memiliki “inner” motivasi.

Perlukah kita mempelajari dan mengetahui bagaimana anak itu merasa dicintai dalam keluarganya? tentu saja Sangat perlu.

Salah satu Contoh, terdorong oleh rasa cinta kepada anaknya seorang ibu memarahi anaknya yang sedang bermain computer lau mengatakan dengan nada kencang. “berhenti maen computer dan belajar sekarang” lalu apa yang ada dipikiran anak tersebut? Mungkin “Hmpf… Ibu tidak sayang padaku, dan ingin mengendalikan aku serta keasyikanku” Nah, anak menerimanya sebagai hal yang negatif, komunikasi yang menghancurkan rasa cinta ini biasanya yang menjadi akar permasalahan  antara orangtua dan anaknya.sebab, Ingat!!! “Mencintai anak tidak sama dengan anak merasa dicintai”

Ada beberapa Kesalahan Orang tua  yg membuat anak merasa kurang aman dan nyaman dalam dirinya.
®  Orang tua sering atau suka Membandingkan anak  dengan saudara atau orang lain. misalnya Ketika kita mengatakan “mengapa kamu tidak bisa menjaga kebersihan kamar seperti kakakmu”, “kenapa kamu tidak bisa menulis serapi Rudi”.Ucapan^ yg seperti itu menyebabkan  Akan tumbuh dengan perasaan ditolak, tidak diterima, mereka akan berpikir “papa/mama lebih suka dengan… si A atai si B..dst..” hal ini dapat menumbuhkan sikap tidak suka dengan dirinya sendiri dan ingin menjadi orang lain. Mereka merasa aman dengan menjadi orang lain, bukan merasa aman dan nyaman menjadi dirinya sendiri.
®  Mengkritik dan mencari kesalahan; Ketika kita mengatakan: “dasar anak bodoh, apa yang salah denganmu? Kenapa kamu tidak dapat melakukan sesuatu dengan benar?” dengan cara yang demikian Dapat dipastikan, si anak akan menimbulkan perasaan dendam, tidak ada rasa aman dilingkungan rumah (jika hal ini sering terjadi dirumah).
®  Adanya Kekerasan fisik, Orang tua suka melakukan tindakan keras secara fisik terhadap anaknya.
jika hal itu terjadi maka anak tidk betah dirumah, dan akan pergi ke tempat kawannya atau yg lain sehingga dirinya merasa aman, akan tetapi justeru sebaliknya anak akan bebas dan menjadi berandalan.

2. Kebutuhan anak terhadap pengakuan dirinya sehingga merasa dirinya penting dan diterima untuk selalu dicintai

 Jadikanlah anak merasa dirinya penting.
Jarang sekali orangtua membuat anak-anak mereka merasa penting dan diakui dirumah. Sebaliknya banyak orangtua yang membuat anak mereka merasa kecil dan tidak berarti,malah kadang orang tua suka melakukannya dengan ancaman: “lebih baik kerjakan PR-mu sekarang, daripada ......atau..... dst…”
Akibat perlakuan dari orang tua yg seperti itu lalu apa yang ada dalam pikiran anak itu? Seharusnya Kita  sebagai orang tua justru senang jika anak melakukan hal yang kita perintah, tapi yang ada dipikiran anak adalah mereka merasa dirinya  kalah dengan melakukan apa yang diperintahkan orangtua dengan cara seperti itu. Sehingga banyak anak yang menunda atau tidak mengerjakan apa yang ditugaskan orangtua (bahkan dengan ancaman sekalipun) untuk memenuhi kebutuhan emosionalnya akan pengakuan.

Peringatan keras bagi orangtua:

  1. Jika anak-anak tidak merasa dicintai dan diterima oleh orangtua, mereka akan terdorong untuk mencarinya disemua tempat yang salah.
  2. Keinginan seorang anak untuk diakui dan ingin dicintai begitu kuat, sehingga mereka akan melakukan apa saja untuk mendapatkannya.
  3. Jika mereka tidak mendapat pengakuan dengan cara yang benar maka akan menemukan dengan cara yang salah dan ditempat yang salah.
  4. Kebutuhan ini mendorong beberapa anak dan remaja untuk menggunakan tato, mengganggu anak lain, bergabung dengan geng pengganggu, mengecat rambut dengan warna menyolok, bertingkah laku seperti badut dan pelawak. Hal ini umumnya menyusahkan mereka sendiri, tetapi demi mendapatkan pengakuan dan diterima (mendapatkan perhatian).


Ada kasus ekstrim pada 16 april 2007, seorang siswa US Virginia Tech, Cho Seng-hui. Menembak dan menewaskan 32 siswa. Apa yang mendorong perilaku tersebut, sehingga dia melakukan hal yang begitu luar biasa gila? Dia melakukan hanya karena kebutuhan pengakuan dan rasa pentingnya begitu besar, tetapi tidak terpenuhi oleh orang-orang yang mengabaikannya dan menghinanya. Hal itu memaksanya keluar dari dunia logika dan merenggut nyawa orang lain serta dirinya sendiri, dalam pikirannya dia berpikir lebih baik mati bersama nama buruk dari pada hidup bukan sebagai siapa-siapa.

3. Kebutuhan anak untuk mengontrol  dirinya sehingga merasa Mandiri (Percaya diri).
Sejalan dengan perkembangan fisik dan emosional anak, ia akan selalu mencari identitas dirinya sambil  belajar membagun kemandirian dari orang tua, dimana ini adalah merupakan sebuah proses untuk menciptakan kebutuhan emosional secara mandiri. Dan itu sebabnya terkadang kita lihat anak itu sendiri tidak mau dirinya merasa dicuriagai atau didikte untuk apa yang harus dilakukan. Mereka merasa tidak “gaul” mendengarkan orangtua. Dengan mendengarkan nasihat orangtua mereka seakan diperlakukan seperti anak kecil. Ini menjelaskan mengapa anak lebih mendengarkan teman mereka dan om atau tante (paman atau bibi) yang masih muda dari pada orangtuanya sendiri.

Orangtua yang cerdas, tidak akan menyerah menghadapi hal ini. Bagaimana caranya memberikan arahan  agar anak mau mendengar orangtua? Gunakan komunikasi yang tidak bermaksud memaksa anak dengan nasihat kita. Buatlah sebuah cara sehingga mereka seakan-akan merasa belajar dan bekerja keras untuk diri mereka sendiri bukan untuk kita. Mereka akan lebih bersemangat dan termotivasi dengan cara seperti itu. Dan yang terpenting adalah memenuhi rasa cinta anak kita setiap hari dan memastikan selalu setiap  bangun  tidur dan menjelang tidur. Dengan demikian maka anak akan tahu  siapa yang paling mengerti dan sayang, serta kepada siapa dia akan datang pada saat membutuhkan seseorang untuk mendengar, yaitu kita sebagai orangtuanya.

Ambilah manfaat dari informasi ini, kenali kebutuhan emosi anak kita. Jadilah orang tua yang peka terhadap kebutuhan  anak pada saat membutuhkan penerimaan, kebutuhan untuk mengontrol sesuatu, serta butuh untuk aman. Gunakan kata-kata yang tepat untuk memenuhi kebutuhan tersebut, berikut merupakan cara terbaik untuk memenuhi kebutuhan emosi dasar seorang anak:
1. Rasa aman:
®  Tenang sayang kamu aman bersama papa, mama akan temani kamu, hey… papa disini bakal jaga kamu sayang

2. Rasa diterima dan dicintai:
® Biasakan menatap mata saat berbicara kepada seorang anak, dan usahakan tatapan mata tersebut terlihat sedang, datar atau “mata sayang”.
®   Sentuh bagian bahu saat berbicara atau bagian manapun asal sopan, untuk menunjukan bahwa kita ada bersama dan dekat dengan anak.
®  Usahakan sejajar (berdiri sejajar dengan anak atau berlutut)
® Katakan: apapun yang terjadi papa/mama tetap sayang sama kamu, kamu tetap jagoan papa/mama, dimata papa/mama kamulah yang paling hebat.

3. Kebutuhan untuk mengontrol:

  1. Jika memungkinkan, dan anda melihat anak anda perlu untuk melakukan sesuatu sendiri maka biarkanlah dan selalu ijinkanlah, namun tetap dalam perhatian dan pengawasan tanpa anak itu sendiri merasa di awasi.
  2. Cara tersebut dapat dilakukan sebagai sebuah proses pada dirinya sendiri dan akan sangat bermanfaat pada dewasa nantinya yang menjadi pengalaman dalam hidupnya.
  3. Harga diri anak akan semakin tinggi, jika kita rajin memberikan kontrol kepada anak, karena anak merasa mampu melakukan kegiatan tanpa bantuan (tentunya kegiatan yang aman sesuai dengan kebijaksanaan orangtua).
  4. Luangkan waktu secara khusus kepada anak untuk melakukan kegiatan dan beraktifitas, dan memberikan kontrol  serta  mengawasinya dengan kasih sayang, misalnya: anak umur 2-3 tahun minta makan sendiri, pergi ke sekolah sendiri, dan lain-lain.



Demikian salam berbagi semoga ada manfaatnya

Untuk lebih baiknya silahkan download


Sumber:
Pendidikan Karakter anak dan remaja dalam keluarga

 
Top