10-Tempat tilawah
Membaca Al-Quran dimana saja itu baik namun ada dua tempat yang sangat dianjurkan:
a-Masjid
Nabi saw bersabda: “Masjid itu dibangun untuk Al-Quran.”
b-Rumah
Nabi juga saw bersabda: “Terangilah rumah kalian dengan bacaan Al-Quran dan jangan menjadikannya bak kuburan sebagaimana yang dilakukan kaum Yahudi dan Nasrani (sebab mereka hanya melaksanakan salat di tempat-tempat ibadah mereka). Rumah yang di dalamnya banyak dibacakan Al-Quran akan mendatangkan kebaikan dan penghuninya akan lapang (rezekinya) serta menerangi penduduk langit sebagaimana bintang menerangi penduduk bumi.”

11-Waktu tilawah
Membaca Kalam Ilahi dalam kondisi apapun itu bagus-bagus saja, sebab berbicara dengan Sang Kekasih tidak mengenal waktu. Pecinta selalu ingin mencari waktu kosong supaya ia dapat berbicara dengan kekasihnya. Rasul saw bersabda kepada Sayidina Ali: “Hendaklah engkau membaca Al-Quran dalam setiap keadaan.”
Dari ayat-ayat Al-Quran dan riwayat ahlul bait dapat disimpulkan bahwa ada waktu-waktu khusus yang lebih tepat untuk membaca Al-Quran dan ada sebagian waktu yang kurang pas. Kami akan menyebutkan kedua-keduanya:
Pertama: waktu yang tepat untuk membaca Al-Quran
a-Bulan Ramadan adalah musim semi Al-Quran
Nabi saw bersabda: “Barangsiapa membaca satu ayat Al-Quran di bulan ini (Ramadan) maka ia mendapatkan pahala seperti seseorang yang mengkhatamkan Al-Quran di bulan-bulan selainnya.”
b-Malam hari, saat semua orang tertidur
Pecinta bak lilin yang terus menyala dan bangun di malam hari untuk mengingat Sang Kekasih dan menjalin tali cinta dengan-Nya serta meneteskan air mata.
Banyak riwayat yang menekankan supaya kita membaca Al-Quran di malam hari, khususnya sebelum tidur. Misalnya, Rasul saw bersabda: “Barangsiapa membaca sepuluh ayat di waktu malam maka ia tidak ditulis sebagai golongan orang-orang yang lalai.”
c-Membaca Al-Quran saat salat (di samping surah wajib yang harus dibaca dalam salat).
Sayidina Husain meriwayatkan: “Barangsiapa membaca satu ayat dari Al-Quran dalam salatnya dalam keadaan berdiri maka ditulis untuknya setiap huruf diganjar dengan seratus kebaikan.”
d-Sebagian ayat Al-Quran menganjurkan supaya kita mengingat Allah SWT di waktu pagi dan saat terbenamnya matahari.
Allah SWT berfirman: “Dan sebutlah (nama) Tuhannmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.”
Saat terbit dan terbenamnya matahari adalah dua momen yang penting dalam perubahan hari dimana yang satu menggantikan yang lain. Pergantian waktu ini seyogianya membuat menusia merenung dan mengingatkan bahwa betapa cepatnya usianya berlalu.
Kedua: waktu yang tidak tepat untuk membaca Al-Quran
Dalam sebagian riwayat dijelaskan bahwa hendaklah Al-Quran tidak dibaca dalam keadaan telanjang (khususnya di kamar mandi), saat buang air dan hubungan suami-istri.
Namun di sisi lain, ada riwayat yang membolehkan membaca Al-Quran dalam setiap keadaan, meskipun di dalam kamar mandi.
Maka, untuk mendamaikan kedua riwayat tersebut kita dapat mengambil jalan tengah yaitu, kapanpun dan dimanapun saat membaca Al-Quran dianggap sebagai penghinaan kepada Al-Quran maka itu dilarang, tapi kalau tidak dianggap penghinaan dan penodaan terhadap kehormatan Al-Quran dan justru manifestasi dari zikrullah maka itu dibolehkan.
 
12-Ukuran tilawah
Sebanyak apapun hubungan manusia dengan Allah SWT itu masih dianggap kurang. Karena itu, Allah Azza wa Jalla berfirman: “Bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al-Qur'an.”
Dalam riwayat ahlul bait disebutkan bahwa hendaklah seorang Muslim membaca Al-Quran minimal 10 ayat di waktu malam.
Imam Muhammad al Baqir meriwayatkan dari Rasulullah saw yang bersabda: “Setiap orang yang membaca 10 ayat pada setiap malam maka ia tidak termasuk orang-orang yang lalai.”
Dalam riwayat dianjurkan supaya membaca Al-Quran sebanyak 50 ayat sehari-semalam.
Imam ash Shadiq meriwayatkan: “Al-Quran adalah pesan Allah kepada masyarakat. Maka sangat tepat bila seorang Muslim memperhatikan pesan tersebut dan setiap hari hendaknya ia membacanya limapuluh ayat.”
Dalam riwayat yang cukup banyak kita dianjurkan untuk mengkhatamkan Al-Quran, khususnya di bulan Ramadan, namun kita dilarang membaca dengan tergesa-gesa, kita justru diperintahkan supaya membaca Al-Quran dengan penuh perhatian dan tartil. 
 
13-Mendengar dan diam
Adab orang yang mendengar Al-Quran adalah hendaklah ia diam ketika Al-Quran dibacakan. Allah SWT berfirman: “Dan apabila dibacakan Al-Qur'an, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat.” (QS. Al A’raf: 204)
Imam Sajjad meriwayatkan: “Barangsiapa mendengarkan satu huruf dari Kitab Allah dan ia tidak ikut membacanya maka Allah menuliskan satu pahala untuknya dan salah satu dosanya akan dihapus-Nya dan satu derajatnya akan ditinggikan-Nya.” 
 
14-Menjaga kehormatan Al-Quran
Seorang Muslim harus menjaga adab di hadapan Al-Quran. Ketika berhadapan dengan Al-Quran seolah-olah ia berhadapan dengan guru yang dihormatinya. Tentu saja dalam menghormati Al-Quran, terkadang setiap kaum memiliki adat dan budaya tersendiri. Kami akan menyebutkan sebagian bentuk penghormatan terhadap Al-Quran:
1-Meletakkan Al-Quran di tempat yang layak dan rapi serta bersih.
2-Duduk dengan penuh hormat di hadapan Al-Quran.
3-Menghadap kiblat saat membaca Al-Quran.
4-Bila Al-Quran jatuh maka hendaklah segera diambil dan dihormati.
5-Bila sampul/tulisan Al-Quran terkena najis maka hendaklah segera dicuci dengan air.
Imam ash Shadiq meriwayatkan: “Pada hari kiamat, Allah SWT berkata tentang Al-Quran, demi Kemuliaan dan Kebesaran-Ku serta Kekuasaan-Ku, Aku bersumpah bahwa hari ini Aku akan memuliakan orang-orang yang menghormatimu dan Aku akan menghinakan orang-orang yang menghinakanmu.” 
 
15-Bersujud saat membaca ayat-ayat yang mengandung perintah sujud
Dalam Al-Quran terdapat lima belas ayat yang ketika dibacakan atau didengar maka seseorang melakukan sujud karenanya.
Empat ayat dari ayat-ayat yang mengandung perintah sujud hukumnya wajib dimana ayat-ayat yang berisi perintah sujud wajib ini dinamakan dengan surah ‘aza’im”. Ayat-ayat yang dimaksud ialah: surah Sajdah, ayat 15, surah Fushilat, ayat 27, surah Najam, ayat terakhir dan surah al Alaq, ayat terakhir.
 
Sedangkan sebelas ayat lain mengandung perintah sujud namun hukum sujud di dalamnya cuma sunah (mustahab). Ayat-ayat yang dimaksud ialah: surah al A’raf, ayat terakhir, surah ar Ra’d, ayat 15, surah an Nahl, ayat 50, surah al Isra’, ayat 109, surah Maryam, ayat 58, surah al Hajj, ayat 18 dan 77, surah al Furqan, ayat 60, surah a Naml, ayat 26, surah Shad, ayat 24, surah al Insyiqaq, ayat 21.
Saat melakukan sujud wajib atau sujud sunah tersebut, dianjurkan kita membaca doa berikut ini:
ًً
لاَ إِلَهَ إلاَّ اللهُ حَقاًّ حَقاًّ، لاَ إِلَهَ إلاَّ اللهُ إِيْمَاناً وَتَصْدِيْقاً، لاَ إِلَهَ إلاَّ اللهُ عُبُوْدِيَّةً وَرٍقّاً. سَجَدْتُ لَكَ يَا رَبِّ تََعَبُّدًا وَرٍقّاً لاَ مُسْتَكْبِرًا وَلاَ مُسْتَنْكِفاً، بَلْ أَنَا عَبْدٌ ذَلِيْلٌ خَائِفٌ مُسْتَجِيْرٌ.
Tiada Tuhan selain Allah Yang Maha Benar, tiada Tuhan selain Allah dengan penuh keimanan dan kepercayaan, tiada Tuhan selain Allah, tempat penyembahan dan penghambaan. Aku bersujud kepada wahai Tuhan Pemeliharaku dengan penuh penyembahan dan penghambaan dan tidak ingkar (kepada-Mu), namun aku adalah hamba yang hina, takut dan mengharap pertolongan (dari-Mu).
 
16- Membaca dengan penuh ketenangan
Ketenangan dalam setiap pekerjaan menyebabkan ketelitian dan kebenaran dalam suatu pekerjaan, sedangkan ketergesa-gesaan menyebabkan kekurangan. Hal ini juga berlaku dalam membaca Al-Quran.
Banyak riwayat yang menekankan supaya qari Al-Quran tidak tergesa-gesa dalam membaca Al-Quran, namun hendaklah ia membacanya dengan tartil dan ketika ia berjumpa dengan ayat-ayat yang terkait dengan surga maka hendalah ia berhenti sejenak dan meminta surga kepada Allah SWT dan ketika berjumpa dengan ayat-ayat yang bertalian dengan neraka maka hendaklah ia pun berhenti sejenak dan berlindung kepada Allah.

17-Membaca dengan kondisi sedih
Seorang mukmin yang membaca Al-Quran maka ia terpengaruh dengannya sehingga ia merasakan takut dan tanpa sadar air matanya bercucuran. Tangisan ini terkadang karena rindu dan terkadang karena sedih. Dalam riwayat disebutkan, hendaklah kalian membaca Al-Quran dalam keadaan sedih.
Diriwayatkan bahwa Nabi saw bersabda: “Tiadalah mata yang membaca Al-Quran menangis kecuali mata tersebut akan bahagia pada hari kiamat.”
Al-Quran memuji mereka yang menangis saat membaca Al-Quran: “Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis.” (QS. Maryam: 109).
 
18-Menyempurnakan tilawah
a-Cara menyempurnakan tilawah
Dalam riwayat disebutkan, hendaklah kalian mengakhiri/menyelesaikan tilawah Al-Quran dengan membaca:
صَدَقَ اللهُ الْعَلِيُّ الْعَظِيْمُ
Allah Maha Benar dan Maha Agung lagi Maha Tinggi
b-Doa setelah tilawah
Suasana saat dibacakan Al-Quran itu sangat cerah secara spiritual dan kehadiran insan-insan mukmin yang saleh tentu saja menyebabkan doa sangat dekat untuk dikabulkan. Maka, membaca doa setelah selesai membaca Al-Quran dengan bahasa apapun itu bagus, hanya saja ada doa khusus yang disebutkan dalam hadis. Kami akan menyebutkan doa yang cukup pendek yang diajarkan oleh Nabi saw, yaitu:
اَللَّهُمَّ ارْحَمْنِيْ بِاْلقُرْآن وَاجْعَلْهُ لِيْ إِمَاماً وَنُوْرًا وَهُدًی وَرَحْمَةً، اَللَّهُمَّ ذَکِّرْنِيْ مِنْهُ مَا نَسِیْتُ وَعَلِّمْنِيْ مِنْهُ مَا جَهِلْتُ وَارْزُقْنِيْ تِلاَوَتَهُ آنَاءَاللَّیْلِ وَآنَاءَ النَّهَارِ وَاجْعَلْهُ لِيْ حُجَّةُ یَا رَبَّ الْعَالَمِیْنَ.
Ya Allah, kasihalilah daku dengan Al-Quran dan jadikan ia bagiku sebagai imam (pembimbing), cahaya, petunjuk dan rahmat. Ya Allah, ingatkan apa saja yang aku lupa darinya dan ajarilah apa saja yang tidak kuketahui darinya dan karuniailah aku kesempatan untuk membacanya sepanjang malam dan siang serta jadikanlah ia sebagi bukti (kebaikan di sisi-Mu) wahai Pengatur kosmis.
 
19-Khataman Al-Quran
Membaca Al-Quran adalah bentuk dialog dengan Allah SWT. Maka semakin banyak Al-Quran dibaca tentu semakin bagus, meskipun membaca sedikit pun tetap baik.
a-Keutamaan mengkhataman Al-Quran
Banyak riwayat yang menegaskan perihal khatam Al-Quran (menamatkan Al-Quran). Di antaranya Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang mengkhatamkan Al-Quran maka satu doa kabulkan (oleh Allah).” Imam Sajjad pernah ditanya tentang amalan yang banyak keutamaannya, lalu beliau menjawab: “Orang yang membuka Al-Quran (membacanya dari awal) dan mengkhatamkannya.”
b-Khataman di Mekkah
Banyak riwayat yang menekankan supaya kita mengkhatamkan Al-Quran di kota suci Mekkah, di antaranya riwayat yang disampaikan oleh Imam al Baqir berikut ini: “Barangsiapa yang mengkhatamkan Al-Quran di Mekkah maka ia tidak meninggal sehingga ia melihat Rasulullah saw dan kedudukannya di surga.”
c-Doa khataman Al-Quran
Banyak doa yang diriwayatkan berkaitan dengan khataman Al-Quran dan tentu saja semua doa itu baik. Di sini kami akan menyebutkan doa yang cukup pendek yang terkenal dengan doa Sayidina Ali bin Abi Thalib saat mengkhatamkan Al-Quran, yaitu:
اَللَّهُمَّ اشْرَحْ بِاْلقُرْآنِ صَدْرِيْ وَاسْتَعْمِلْ بِاْلقُرْآنِ بَدَنِيْ وَنَوِّرْ بِاْلقُرْآنِ بَصَرِيْ وَاَطْلِقْ بِاْلقُرْآنِ لِسَانِيْ وَاَعِنِّيْ عَلَيْهِ مَا اَبْقَيْتَنِيْ فَاِنَّهُ لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ اِلاَّ بِکَ.
Ya Allah, lapangkanlah dadaku dengan Al-Quran, kuatkan badanku dengan Al-Quran, terangilah mataku dengan Al-Quran, dan lancarkan lisankan dengan Al-Quran, dan bantulah aku dengan Al-Quran selama Engkau memberi kehidupan kepadaku. Sesungguhnya tiada daya dan kekuatan kecuali dari-Mu.
 
Adab Batin Membaca Al-Quran al Karim
Untuk mendapatkan manfaat Al-Quran secara sempurna maka seyogianya syarat-syarat eksternal (adab-adab zahir membaca Al-Quran) dan syarat-syarat internal (adab-adab batin dan spiritual) dipraktikkan dengan baik.
Siapa saja yang memperhatikan syarat-syarat adab-adab batin dan spiritual saat membaca Al-Quran maka ia dapat mengambil manfaat secara sempurna dan akan dekat dengan Allah Swt serta akan mencapai kesempurnaan. Dan karena qari, Allah mencegah turunnya bala/bencana kepada suatu masyarakat.

Adapun syarat-syarat batin dan spiritual tilawah Al-Quran ialah:
1-Tujuan yang ikhlash qari Al-Quran
Ikhlash berarti beramal hanya untuk Allah Swt. Ikhlash-lah yang membuat amalan diterima di sisi-Ny dan bernilai. Sebaliknya, bila tidak ada keilhlashan maka suatu amalan akan menjadi tak berharga, sehingga manusia bukan hanya tidak akan pernah sampai kepada kesempurnaan, bahkan itu menjadi penyebab keterpelosokan dam kejatuhan spiritualnya.
Diriwayatkan bahwa Nabi saw bersabda: “Siapa saja yang membaca Al-Quran hanya untuk mendapatkan ridha Allah dan memahami agama Allah maka pahalanya seperti pahala yang diberikan oleh Allah kepada para malaikat, para nabi dan para rasul.”
Imam ash Shadiq meriawayatkan bahwa, “Di antara manusia ada yang membaca Al-Quran dengan motivasi supaya dikatakan, si fulan qari dan sebagian membaca Al-Quran untuk mencari keuntungan duniawi dan tidak ada kebaikan dalam pekerjaan seperti itu dan sebagian lagi membaca Al-Quran supaya ketika salat dan waktu pagi dan malam ia mendapatkan manfat dan memperoleh pahala darinya.” 
 
2-Kehadiran hati dan mencermati makna Al-Quran
Nilai ibadah dicapai dengan kehadiran hati saat ibadah. Membaca Al-Quran pun akan bernilai bila dilakukan dengan kehadiran hati dan konsentrasi yang tinggi. Yakni, hendaklah seseorang merasa seolah-olah ia berhadapan dengan Allah Swt dan berdialog dengan-Nya.
Dalam sebagian keadaan, kehadiran hati itu lebih mudah dan lebih baik dicapai. Misalnya, sebagian riwayat menganganggap bahwa bacaan Al-Quran tengah malam itu lebih baik. Sebab saat itu hati manusia lebih tenang (tidak disibukkan dengan banyak urusan).
Dalam sebagian hadis ditegaskan supaya kita tidak membaca Al-Quran dengan tergesa-gesa dan hendaklah kita memerhatikan maknanya, dan ketika terdapat ayat-ayat yang berbicara tentang surga maka hendaklah kita memohon surga dan sebaliknya, ketika ada ayat-ayat yang menyinggung neraka maka hendaklah kita berlindung kepada Allah Swt darinya. Riwayat-riwayat seperti ini mengajarkan kepada kita supaya kita memerhatikan makna Al-Quran saat kita membacanya dan hendaklah kita menjaga kehadiran hati kita, sehingga kita dapat memanfaatkan Al-Quran secara maksimal.
Bila seseorang membaca Al-Quran tanpa kehadiran hati maka ia hanya berkomat-kamit lidah dan hanya akan mendapatkan pahala melafalkan Al-Quran.
Catatan: Untuk mendapatkan kehadiran dan kosentrasi hati, hendaklah seorang qari memerhatikan syarat-syarat zahir tilawah. Sebagaimana keadaan yang tenang, membaca dengan tartil dan memanfaatkan Al-Quran terjemahan akan banyak membantu mendatangkan kehadiran dan kosentrasi hati.
 
3-Tadabur dan tafakur
Al-Quran adalah kitab hidayah/petunjuk. Maka, seseorang yang membaca Al-Quran hendaklah berusaha mendapatkan petunjuk darinya. Jadi, tujuan qari adalah saat melafalkan Al-Quran adalah berusaha memahaminya secara benar dan hal ini hanya bisa dicapai dengan tadabur dan tafakur.
Allah Swt dalam banyak ayat Al-Quran menegaskan pentingnya tadabur, misalnya:
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memerhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang terus berpikir.” (QS. Ash Shad: 211).
Dalam ayat yang lain, Allah Swt mengecam orang-orang yang membaca Al-Quran tanpa tadabur:
“Maka apakah mereka tidak melakukan tadabur (memperhatikan) Al-Quran ataukah hati mereka terkunci.” (QS. Muhammad: 24)
Sayidina Ali mengatakan: “Sungguh bacaan Al-Quran tanpa tadabur tidak memiliki kebaikan sama sekali.”
Catatan: Cara efektif untuk mendapatkan tadabur dan tafakur adalah hendaklah seorang menciptakan keadaan yang tenang, membaca dengan tartil dan memanfaatkan Al-Quran terjemahan.
 
4-Keadaan rendah hati dan rasa takut (khusuk)
Ruh qari Al-Quran banyak dipengaruhi oleh pemahamannya terhadap makna-makna ayat Al-Quran sehingga karena itu ia merasakan rasa takut, rasa sedih dan sekaligus rasa harap. Maka, semakin makrifat qari bertambah maka kekhusukannya dan keterpengaruhan hatinya terhadap Al-Quran pun semakin besar.
Ahli Al-Quran sampai pada suatu tingkatan dimana mereka mudah terpengaruh oleh ayat-ayat Al-Quran dan tanda keterpengaruhan ini tampak pada wajah mereka dalam bentuk tangisan rindu (dari ayat-ayat yang bermuatan berita gembira) dan tangisan takut (dari ayat-ayat yang memberitakan azab). Tangisan ini menjernihkan hati dan menyucikan spiritual.
Al-Quran memuji orang-orang yang mencapai derajat khusuk seperti itu dalam firman-Nya:
“Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyuk.” (QS. Al Isra’: 109)
“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah.” (QS. Al Hadid: 16)
Suatu kali Nabi saw pernah ditanya, ‘bacaan Al-Quran siapakah yang lebih baik?’ Beliau menjawab: “Bacaan seseorang yang ketika Anda mendengar suaranya maka Anda merasa bahwa ia takut kepada Allah.” 
 
5-Membumikan Al-Quran
Salah satu adab yang bisa dikategorikan adab zahir dan sekaligus adab batin Al-Quran adalah hendaklah zahir dan batin qari Al-Quran mencerminkan ayat-ayat Al-Quran. Masalah ini dari satu sisi terkait dengan adab zahir Al-Quran namun dari sisi lain terkait dengan adab batin Al-Quran. Yakni, akhlak qari harus memanifestasikan akhlak Al-Quran dan hendaklah ia tersucikan dan tercerahkan jiwanya dengan Al-Quran. Alhasil, hendaklah ia mengamalkan perintah Al-Quran dan meninggalkan larangannya. Jadi, dalam kehidupan sehari-hari ia berusaha semaksimal mungkin untuk membumikan pesan-pesan Al-Quran.
 
Berkenaan dengan ayat “Mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya” (QS. Al Baqarah: 121), dijelaskan bahwa maksudnya adalah mengikuti Al-Quran.
Rasulullah saw bersabda: “Hendaklah saat Anda membaca Al-Quran, Anda mampu tercegah dari mengerjakan yang buruk dan apabila tidak maka pada hakikatnya Anda tidak membaca Al-Quran.”


sumber asli:
http://www.tapaksunan.net/id/catatan-detil/14/kiat-membangun-keakraban-dengan-alquran--2-
 
 
Top