Syaikh Shalih al-Fauzan hafizhahullah berkata, “Surat ini mengandung makna-makna yang agung. Di dalamnya terkandung ketiga macam tauhid. Yang pertama adalah ‘al-Hamdu lillahi Rabbil ‘alamin’ di dalamnya terkandung tauhid rububiyah. Lalu ‘ar-Rahmanir Rahim, Maaliki yaumid diin’ di dalamnya terkandung tauhid asma’ wa shifat. ‘Iyyaka na’budu wa Iyyaka nasta’in’ di dalamnya terkandung tauhid ibadah. Sehingga ia telah mencakup ketiga macam tauhid tersebut.” (lihat Syarh Ba’dhu Fawa’id Surah al-Fatihah, hal. 7 cet. Dar al-Imam Ahmad)
Syaikh Shalih al-Fauzan hafizhahullah mengatakan, “Di dalamnya terkandung bantahan bagi kaum mulhid/atheis yang menganggap alam semesta ini tidak memiliki pencipta. Di dalam surat ini terkandung bantahan bagi mereka tatkala ia menetapkan bahwa alam memiliki Rabb yang menciptakannya, sebagaimana ditegaskan dalam kata ‘Rabbul ‘alamin’.


Rabb bermakna yang mencipta dan memelihara seluruh makhluk dengan segala bentuk kenikmatan. Dia lah yang memperbaiki dan menguasainya. Semua makna ini telah termasuk dalam kata Rabb. Sehingga di dalamnya telah terkandung bantahan bagi kaum mulhid/atheis.” (lihat Syarh Ba’dhu Fawa’id Surah al-Fatihah, hal. 8-9 cet. Dar al-Imam Ahmad)
Syaikh Shalih al-Fauzan hafizhahullah mengatakan, “Di dalamnya juga terkandung bantahan bagi orang-orang musyrik yang beribadah kepada selain Allah subhanahu wa ta’alaIyyaka na’budumengandung pemurnian ibadah untuk Allah semata; sehingga di dalamnya terkandung bantahan bagi orang-orang musyrik yang menyertakan selain Allah dalam beribadah kepada-Nya.
Di dalamnya juga terkandung bantahan bagi berbagai kelompok umat ini yang melenceng dari jalan kebenaran semacam Jahmiyah, Mu’tazilah, dan Asya’irah; yang mereka tersesat dalam masalah takdir.
Ia juga mengandung bantahan bagi orang-orang yang menolak sifat-sifat Allah; yaitu kaum Mu’aththilah yang menolak nama-nama dan sifat-sifat Allah sebagaimana halnya kaum Jahmiyah, Mu’tazilah, Asya’irah, Maturidiyah, dan lain sebagainya.

Setiap kelompok yang menolak semua sifat Allah ataupun sebagiannya, maka surat ini membantah mereka semua.” (lihat Syarh Ba’dhu Fawa’id Surah al-Fatihah, hal. 9-10 cet. Dar al-Imam Ahmad)
Syaikh al-Utsaimin rahimahullah berkata, “al-Fatihah adalah Ummul Qur’an; dikarenakan seluruh maksud ajaran al-Qur’an terkandung di dalamnya. Ia telah mencakup tiga macam tauhid.
Ia juga mencakup penetapan risalah, hari akhir, jalan para rasul dan jalan orang-orang yang menyelisihi mereka. Segala perkara yang terkait dengan pokok-pokok syari’at telah terkandung di dalam surat ini. Oleh karena itu ia disebut dengan Ummul Qur’an.” (lihat Syarh al-Mumti’ [2/82])
Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata,

“Sebagaimana dikatakan oleh sebagian salaf bahwa al-Fatihah menyimpan rahasia [ajaran] al-Qur’an, sedangkan rahasia surat ini adalah kalimat ‘Iyyaka na’budu wa Iyyaka nasta’in’. Bagian yang pertama (Iyyaka na’budu) adalah pernyataan sikap berlepas diri dari syirik.
Adapun bagian yang kedua (Iyyaka nasta’in) adalah pernyataan sikap berlepas diri dari [kemandirian] daya dan kekuatan, serta menyerahkan [segala urusan] kepada Allah ‘azza wa jalla. Makna semacam ini dapat ditemukan dalam banyak ayat al-Qur’an.” (lihat Tafsir al-Qur’an al-’Azhim [1/34] cet. al-Maktabah at-Taufiqiy


 http://muhammadzacky.com/antara-surat-al-fatihah-dan-tahuid.php
 
Top