Berbicara potensi yang ada dalam diri kita salah satunya adalah pada Jasmani, dan Jasmani kita sebagai manusia sebenarnya sudah dijelaskan berkali kali dalam sebuah kiyab Al Qur-an yang menjelaskan, bahwa, manusia mempunyai aspek jasmani, yaitu bentuk yang dapat diinderai berupa tubuh.
Kata al-jism (tubuh) disebutkan dalam Al Qur-an hanya dua kali. Pertama, dalam bentuk tunggal, yaitu ketika berbicara tentang Thalut. Kedua, dengan bentuk jamak, yaitu ketika berbicara tentang orang-orang munafik … Nabi (mereka) berkata : “ Sesungguhnya Allah telah memilihnya menjadi raja kalian dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa …. (Q.S. Al Baqarah : 247) Dan apabila engkau melihat mereka, tubuh-tubuh mereka menjadikan engkau kagum … (Q.S. Al-Munafiqun: 4)
Meski demikian, banyak ayat lain yang menunjuk pada hal tersebut, biasanya diwakilkan pada kata “dunia”, yang menunjukkan pada hal-hal yang diperlukan jasmani. Adapun perangkat jasmani yang dapat digunakan sebagai alat inderawi bagi penyelesaian tugas hidup manusia adalah :

- Al-Syumm, yaitu alat yang dipakai untuk mencium sesuatu.
- Al-lams, adalah alat yang dipakai untuk meraba, seperti tangan, kulit dan sebagainya.
- Al-Sama’, alat yang dipakai untuk mendengarkan.
- Al-Abshar, alat untuk melihat.

Secara integral, alat-alat inilah indera pencari data yang dapat digunakan dengan baik jika dilakukan latihan dan pengasahan bagi fungsi-fungsinya. Perkembangan fungsi alat-alat indera mengikuti arah pertumbuhan jasmani yang sehat dengan pemeliharaan.

Manusia ditempatkan di muka bumi di tengah-tengah makhluk Allah yang lain. Di muka bumi manusia diberi hak memperoleh penghidupan, dan sebagai imbangannya ia pun
dibebani kewajiban, baik terhadap Allah maupun terhadap sesame makhluk-Nya di dunia. Dalam hal ini tidak ada pertentangan antara roh dan jasad, tidak ada pertentangan dunia dan akhirat, dan tidak ada pula hal-hal yang merusak kelezatan manusia menikmati karunia Allah, sehingga membingungkan perasaan dan merobekrobek perasaan.

Upaya memperoleh keduniaan bukan suatu kesesatan dari jalan akhirat. Dalam Al Qur-an, manusia adalah utuh, tak terpisahkan antara jasad dan rohnya, tidak terpisahkan antara mental dan fisiknya, dan tidak terpisahkan antara urusan keduniaannya dengan urusan keakhiratannya. Dengan ilham (inspirasi) yang benar Al Qur-an menyelamatkan akal manusia dari cara berfikir yang berlawanan. Tidak saja menghindarkan akal dari berbagai pertentangan yang ditimbulkan oleh kewajiban dan tanggung jawabnya, tetapi juga menyelamatkan akal manusia dari pertentangan yang membingungkan dalam menghadapi kenyataan adanya dua alam kehidupan sebagaimana yang diajarkan oleh agama, yaitu kehidupan dunia dan akhirat



Sumber: 
alqur'an surat albaqoroh, (Q.S. Al-Munafiqun: 4), dst............

 
Top