Jangan meludah sembarangan !” adalah suatu larangan yang telah banyak dikenal umum, akan tetapi kini bagi setiap orang jangan pula sembarangan untuk memandang remeh akan daya guna ludah manusia untuk kegunaannya sebagai cirian petunjuk kesehatan.
Adalah pepatah asing “mensana in corpore sano” bahwa dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat. Ungkapan itu untuk kedepan agaknya dapat ditata bahasa ulang lebih disederhanakan dengan pengucapan ungkapan ; Dalam lidah yang sehat terdapat ludah yang sehat. Dan dalam ludah tersimpan beragam kegunaan yakni sebagai cirian petunjuk kesehatan bagi setiap orang.
Apabila ninik-mamak pada masa silam di tanah air dalam kehidupan sehari-hari seolah tak bosan-bosan selalu sering kali mengingatkan bahwa, kunyahlah makanan sebisa mungkin hingga minimal 33 kali agar pencernaan tubuh menjadi sehat. Petunjuk yang umumnya diabaikan setiap orang apalagi mengingat betapa anjuran demikian diberikan tanpa penjelasan apapun selain manfaat bahwa makanan yang dikunyah dalam mulut demikian lembut akan memudahkan serapan sari-sari makanan pada proses pencernaan dalam perut. Niscaya pula sebagian dari khalayak di tanah air yang sempat mengalami hidup dalam zaman ninik-mamak di atas pun ada yang mungkin menyaksikan sendiri bagaimana petunjuk bagi ibu rumah tangga untuk mengusapkan jilatan ludah dengan jari tangan apabila anak mengalami cedera memar atau luka tergores dan ternyata dapat menyembuhkan cedera dengan memuaskan bahkan dalam sejurus masa serta sekaligus mencengangkan berhubung segalanya berjalan lagi-lagi nyaris tanpa penjelasan.
Kajian ilmiah masa kinilah yang ternyata mengungkapkan bahwa dalam cairan ludah: saliva ketika muncul terangsang saat mengunyah makanan terdapat enzyme yang amat diperlukan guna melumuri makanan dan membantu proses penguraian zat esensial pokok ---karbohidrat, protein, serta lemak--- ketika dicernakan dalam lambung manusia. Ada keuntungan lain yang didapat dengan mengunyah dengan jumlah kunyahan yang cukup yakni makanan dalam mulut agak terasa manis hingga seseorang yang terbiasa mempraktekkan dapat menghindarkan diri dari rasa lapar oleh karenanya kemudian dapat menerapkan anjuran “Berhentilah makan sebelum kenyang” yang niscaya sesuai benar pula dengan anjuran perilaku dalam agama Islam yang sungguh mulia !
Penelitian ilmuwan Jepang termasuk yang pertama menyimpulkan betapa pentingnya mengutamakan perilaku mengunyah makanan yang sebaik-baiknya min 28 kunyahan guna merangsang kelenjar ludah yang mengandung enzym yang berfungsi memperlancar jalannya rangkaian proses pencernaan makanan dalam perut. Diyakini apabila hidup sehari-hari terbiasa dengan selalu melakukan mengunyah makan yang seksama akan berarti memperoleh proses pencernaan yang sempurna yang menjadi salah satu kunci terpenting hidup agar sehat terhindar dari ancaman beragam penyakit.
Adapun perihal keampuhan ludah sebagai penyembuh cedera memar atau goresan luka ditelaah dalam riset terkini ilmuwan Menno Oudhoff dkk. dari institusi riset di Negeri Belanda seperti yang dipublikasikan dalam jurnal on-line FASEB : Federation of American Societies for Experimental Biology Nov tahun yl. Suatu zat rantai protein yang dinamakan histatin berhasil diisolasikan dan teruji berdayaguna anti-bakterial yang berjalan aktif sebagai penyembuh cedera/luka. Penelitian tahap lanjut bahkan tengah dirancang untuk upaya memperbanyak histatin dalam proses rekayasa (man-made) untuk selanjutnya diproduksi berupa salep atau krim obat gosok.
Daya guna ludah dalam riset enzymeology human saliva lebih lanjut lagi oleh kalangan ilmuwan di AS yakni menjadikan cairan ludah sebagai sampel uji klinis untuk mendeteksi sejumlah penyakit kanker; kanker mulut (oral cancer), kanker perut, kanker payudara, dll.
Terdapat pula riset yang menerapkan pemeriksaan uji klinis dengan cairan ludah untuk analisa petunjuk awal sejumlah penyakit semisal HIV-AIDS, seperti riset terkini yang dilaksanakan CTN : Canadian HIV Trials Network - Kanada atau pun School of Medicine and Cancer Institute Universitas Pittsburgh - Amerika Serikat.
Dibanding dengan pemeriksaan lab kesehatan dengan sampel darah dengan perangkat jarum suntikan ataupun mencuplik sel (biopsi) untuk deteksi kanker ; maka penggunaan cairan ludah dipandang lebih menyenangkan dan tidak menyakitkan bagi pasien berhubung sifatnya yang (minimal invasive). Keuntungan lain proses sampel analisa lab di masa depan dengan sampel ludah metode saliva-based tests adalah proses yang dapat dirancang lebih sederhana ---cukup dengan cara jilatan pada secarik test kit--- dengan seperangkat peralatan lab yang akan dapat dibuat dengan biaya relatif lebih murah pula.
Walhasil ludah adalah cairan bukan sembarangan yang pada masa depan oleh kalangan ilmuwan diuraikan berperan penting sebagai cirian beragam petunjuk kesehatan manusia (biomarker) guna mendapatkan kehidupan yang sehat-wal-afiat.
Sumber: Ragam info situs web-Rizal AK