Akupuntur telah dipraktekkan di Negeri China kuno guna pengobatan sakit telah dapat ditelusur sejak beribu tahun silam, namun hingga kini bagaimana cara kerja penyembuhannya masih belum sepenuhnya dapat tersibak menurut kaidah ilmiah. Akupuntur yang dilakukan dengan jalan tusukan jarum hingga dalam dunia pengobatan tergolong metode berkarakteristik invasif kedalam tubuh manusia hingga menyebabkan kesulitan tersendiri bagi kalangan ilmuwan guna menentukan penelitian yang memenuhi persyaratan tatanan kendali ilmiah yang tepat.
Memasuki akhir abad 20 kalangan dunia kedokteran di Barat memang menjadi semakin terbuka untuk mengakui akupuntur merupakan praktek yang bermanfaat dalam mengenyahkan sakit tertentu dalam tubuh manusia a.l: meredakan nyeri migrain sakit kepala, depresi pada kehamilan, sakit gigi, sakit gangguan persendian, dll.
Dan suatu riset ahli yang dimpimpin Maiken Nedergaard, M.D., D.M.Sc. dari Universitas Rochester yang dipublikasikan jurnal ilmiah terkemuka PsyOrg terbitan 3 Juni: mengungkapkan kajian yang menyingkapkan temuan terkini bahwa proses mekanisme akupuntur dengan cara tusuk jarum ternyata mengaktifkan adenosine yang ditimbulkan akibat rangsangan tusukan jarum dalam jaringan tubuh. Sesaat tubuh manusia mengalami cedera semisal oleh tusukan jarum secara alami maka jaringan dalam tubuh lalu mengeluarkan serta mengaktifkan zat tertentu a.l : adenosine guna meredakan rasa nyeri melalui meknisme seolah melumpuhkan ujung-ujung sel syaraf yang lazimnya menyalurkan rangsang nyeri ke otak.
Adenosine amat berperanan dalam meredakan rasa nyeri dalam syaraf otak yang berfungsi dalam mengontrol rasa sakit yang terjadi pada sejumlah sakit yang diobati akupuntur. Adenosine adalah sejenis nukleosida ---suatu zat komponen biokimiawi yang terdapat pada semua sel hidup--- yang strukturnya tersusun dari gugus asam nukleat yang molekulnya merupakan kombinasi terdiri atas ; DNA dan RNA (Asam Ribonukleat) serta ATP dan AMP.
Dalam eksperimen yang dilakukan para Peneliti melakukan akupuntur selama 30 menit dengan obyek sekelompok tikus percobaan yang tengah mengalami sakit pada telapak kakinya. Jarum akupuntur ditusukkan ke titik-titik akupuntur yang berkaitan identik dengan titik akupuntur pada sosok manusia. Setiap 5 menit sekali ujung jarum digerakkan seperti halnya proses tusuk jarum yang berlangsung pada manusia.
Pengamatan yang dilaksanakan menunjukkan temuan setidaknya pada 2/3 dari tikus-tikus yang sediakalanya memiliki tingkat adenosine yang normal ternyata dengan proses akupuntur terlihat berhasil mengurangi nyeri yang dialami. Dan seketika proses akupuntur dilangsungkan maka kadar adenosine disekitar jaringan di titik akupuntur mengalami peningkatan hingga setinggi 24 kali lipat.
Menurut Nedergaard temuan riset yang dilakukannya menyajikan informasi perihal mekanisme fisik pada proses akupuntur saat meredakan nyeri dalam tubuh manusia. Selepas para peneliti mengerti dengan baik akan peran adenosine, maka para Peneliti selanjutnya bermaksud untuk mengekplorasi efek suatu zat dalam obat penyakit kanker yang dikenal dengan nama deoxycoformycin yang berkarektiristik kuat dalam membuat jaringan dalam tubuh manusia untuk menghilangkan adenosine.
Senyawa ini dapat meningkatkan efek pengobatan akupuntur secara dramatis yakni hampir tiga kali lipat akumulasi adenosine dalam otot dan lebih dari tiga kali lipat lamanya waktu pengobatan ini ternyata efektif.
Sumber: Up-dates situs Psy-org dll