Ketika waktu bergulir memasuki New Millennium awal abad XXI sekiranya kalangan pemangku kepentingan dunia pendidikan Nasional di tanah air menyimak data terbitan AsiaWeek Jul 2000 sepantasnya walau ada sedikit rasa kebanggaan bahwa ITB sebagai salah satu universitas unggulan di tanah air untuk bidang pendidikan Sains & Teknologi sempat masuk berperingkat terhormat pada posisi 21 bersanding bersaing dengan berbagai universitas terkemuka se-Asia, namun pada saat bersamaan pun muncul rasa iri bercampur kekaguman tersendiri terhadap negeri India yang kini memiliki sebanyak 15 (lima belas) kampus IIT : India Institute of Technology yang tersebar di berbagai kota-kota anak benua India dan lebih dari separuhnya berkualitas setaraf atau bahkan melebihi kualitas ITB. Rahasia keunggulan yang diperoleh tidak pelak lagi karena pengelolaan pendidikan nasional Negeri India selalu berpegang teguh pada landasan yang digariskan oleh para Bapak Bangsa sejak kemerdekaan India 15 Agustus 1947 untuk melaksanakan pendidikan nasional dengan konsistens dan fokus kepada sasaran keunggulan penguasaan Sains dan Iptek.
Dan buah manis keberhasilan sistem pendidikan nasional Negeri India dalam memajukan pendidikan tinggi yang berkompetensi tinggi untuk bidang Sains & Teknologi sejak IIT didirikan pada tahun 1950-an dipadukan dengan kembalinya ke negeri sendiri sejumlah entrepreuneer asal India setelah berpengalaman dan sukses menggeluti bisnis dari pusat unggulan bisnis dunia TI di Negeri AS jelang tahun 2000; pada gilirannya memunculkan dampak luar biasa bagaimana India kini mampu mengakselerasikan pembangunan ekonomi berlomba bersaing dengan Negeri China.
Namun sementara Negeri China memacu percepatan pertumbuhan ekonomi dengan upaya menggenjot industrialisasi sektor manufaktur; maka India maju berakselerasi dengan strategi menguasai bisnis industri layanan jasa global khususnya di bidang IT a.l; menjadi pusat layanan jasa bisnis call-center bisnis industri IT global yang berasal dari limpahan / out-sources raksasa bisnis global industri IT dari AS.
Penasehat ekonomi Bank Dunia Ejaz Ghani bahkan berani menyimpulkan bahwa model strategi keunggulan pembangunan India dalam meraih sukses dengan menguasai pangsa pasar layanan jasa global kini dapat menjadi model studi pembangunan tersendiri bagi negara berkembang yang selama ini seakan terpakem harus meniti tahapan pola pembangunan industrialisasi dalam bidang manufaktur untuk dapat mendorong kemajuan tahap lepas landas beranjak dari ekonomi agraris menuju negara industri.
Dalam perspektif kurun waktu yang sama yakni jelang awal tahun 2000 sekiranya berpaling kepada negeri tetangga yang lebih dekat dari kawasan ASEAN, yakni Thailand; kalangan pemangku kepentingan bidang Sains dan Iptek pun pantas mengungkapkan kekaguman tersendiri bagi negara tetangga tersebut atas rencana pembangunan yang berbasis keunggulan Sains dan Iptek seperti terpaparkan dalam terbitan suplemen khusus jurnal ilmiah terpandang The Scientist Juni 2010 dengan tajuk Thailand : “Transformational Science”.
Masyarakat di tanah air sehari-hari sejak lebih dari dua dekade belakangan seakan telah terbiasa mengenal produk buah-buahan dari negeri Thailand yang rata-rata berkwalitas unggul dibanding buah sejenis hasil budidaya produksi negeri sendiri. Buah-buahan imported in asal Thailand lazim dikenali dengan menyandang sebutan buah yang tak ada bijinya, atau tepatnya bercirian buah yang mengandung daging buah yang banyak dan sedikit biji yang berukuran kecil.
Rahasia dibalik buah-buahan unggulan asal negeri Thailand sesungguhnya merupakan kejelian strategi pembangunan sejak awal 1980-an yang berupaya fokus dalam pengembangan sektor agroindustri dengan mengaplikasikan sentuhan teknologi pembibitan dan budidaya yang canggih hingga diperoleh produk beragam tanaman buah dengan cirian khas nyaris tanpa biji ! Dan berkat kecanggihan rekayasa genetika / bioteknologi bibit unggulan produksi Thailand tersebut pun diproteksi sedemikian rupa hingga membuatnya justru tidak akan dapat ditumbuhkan jika sekadar ditanam bijinya.
Dan kini negeri Thailand tengah berancang-ancang melangkah dalam tatanan riset teknologi yang lebih canggih lagi yakni berupaya menjadi simpul layanan jasa global dalam riset bidang Bioteknologi. Hal mana digariskan dalam rencana dasar NSTDA : National Science and Technology Development Agency yang dimulai sejak tahun 2003 yl. NSTDA sendiri yang didirikan pada tahun 1991 adalah merupakan institusi riset Pemerintah namun beroperasi menggunakan standard ekstra layaknya bisnis swasta mirip BUMN di tanah air.
Kesungguhan negeri Thailand pun tergambarkan bahwa rata-rata sekitar 1% dari Anggaran Belanja Nasional dialokasikan untuk bidang riset Sains & Teknologi.
Demi mencapai sasaran diatas Pemerintah Thailand pun sejak tahun 1990 telah berupaya menyiapkan SDM yang berkwalitas unggulan dengan menggenjot besar-besaran program pendidikan beasiswa bergelar PhD ke negara-negara industri maju khusus untuk bidang : bioteknologi, material science, nanotechnology, basic science, computer science, dan technology management. Disamping itu Kementerian Pendidikan Nasional pun bekerja keras meningkatkan mutu unversitas lokal untuk bidang tersebut diatas hingga dapat berkwalitas menyamai keunggulan universitas terkemuka dari Thailand a.l; AIT - Asian Institute of Technology.
Buah dari kesungguhan dan konsistensi upaya memajukan ekonomi dengan pembangunan ekonomi berbasis Sains dan Teknologi ---Knowledge Based Economy--- ditunjang pula dengan kebijakan dan penyediaan infra-struktur riset yang prima a.l dengan selesainya pembangunan Science Park tahap pertama tahun 2002 yang berlanjut dengan Phase-II untuk siap beroperasi pada tahun 2011 yang dapat mengakomodasikan 200 institusi riset. Sedangkan buah keberhasilan penyemaian industri bidang Bioteknologi dan riset Life Sciences di Thailand tergambarkan jelas dengan akan beroperasinya 170 lebih institusi riset mulai tahun 2010 berawal dari hanya sejumlah 5 institusi yang sediakalanya beroperasi dibangun Pemerintah melalui NSTDA pada tahun 2002. Sementara sejak program beasiswa bagi mahasiswa bertalenta terbaik negeri Thailand yang digulirkan sejak tahun 1990 hingga sekarang telah memberangkatkan sejumlah 3000 lebih mahasiswa ke luar negeri dan telah berhasil mendapatkan 100 lulusan PhD untuk bidang Bioteknologi dan keahlian pendukung yang berkaitan lainnya.
Pencapaian tertinggi kiprah Negeri Thailand dalam menggeluti riset dunia Sains & Teknologi sepantasnya dapat terwakili dengan kesuksesan ilmuwan dari Suranaree University of Technology dalam melakukan cloning seekor sapi hingga menjadikan sebagai negara pertama se-ASEAN dan Negara ke-6 sedunia yang berhasil mengaplikasikan secara paripurna teknologi tersebut pada tahun 2003.
Dan tahun 2009 Thailand mencatatkan keberhasilan saat mengujicobakan vaksin AIDS dalam uji coba atas manusia dalam skala massal dan menghasilkan perolehan eksperimen yang prospektif 31% hingga dipandang menjadi suatu terobosan terpenting riset dunia kedokteran sepanjang tahun 2009 menurut ulasan majalah “Time”.
Sumber: Up-dates ragam situs.