Peralatan Navigasi kapal
Saat di sekolah dulu kalau dosen sedang mengajar dan menerangakan sampai sang dosen berbusa mulutnya. tapi si murid tak memperhatikan apa yg di jelaskan di depan, kita harus bersyukur juga loh sama dosen dosen yg killer dan streng jadi tak bodo bodo amat sama hasil lulusannya sedikit banyak ilmu sang dosen menyerap di kepalanya. sbg pelaut adalah sang navigator di atas kapal, ilmu melayari kapal harus di pahami. apa si ilmu pelayaran seingat kita, adalag ilmu yg mengajari kita cara membawah sebuah kapal dari satu tempat ke tempat lain dengan aman. praktis dan ekonomis.
jadi Navigasi adalah penentuan posisi dan arah perjalanan baik di medan sebenarnya atau di peta, dan oleh sebab itulah pengetahuan tentang kompas dan peta, radar, arpa, GMDSS, live saving equipment, dan buku buku publikasi serta teknik penggunaannya haruslah dimiliki dan dipahami.
Sebelum kompas ditemukan, navigasi dilakukan dengan melihat posisi benda-benda langit seperti matahari dan bintang-bintang dilangit, yang tentunya bermasalah kalau langit sedang mendung. kapal kapal sekarang sudah canggig canggih baik dari system elektronik yg terus bermunculan sehingga mempermudahkan kita dalam menentukan posisi kapal. tapi alat alat tradisional yg di ajarkan Bpk. ML Palumian jgn di lupakan karena suatu saat pasti kita harus mempergunakannya. banyak buku buku yg terbit oleh Captain captain senior kita yg mengajarkan cara melayari kapal dgn baik. salah satunya adalah perangakat navigasi, semua pelaut harus mengenal dan dapat menggunakannya semaksimal mungkil agar tercapai keselamatan dalam rute pelayarannya, apalagi adik adik kita yg masi taruna mereka wajib hukumnya. salah satu alat alat tersebut sebagai berikut:
1.Peta merupakan perlengkapan utama dalam pelayaran penggambaran dua dimensi (pada bidang datar) keseluruhan atau sebagian dari permukaan bumi yang diproyeksikan dengan perbandingan/skala tertentu
atau dengan kata lain representasi dua dimensi dari suatu ruang tiga dimensi. Ilmu yang mempelajari pembuatan peta disebut kartografi.
Proyeksi peta menurut jenis bidang proyeksi dibedakan :
Proyeksi bidang datar / Azimuthal / Zenithal
Proyeksi Kerucut
Proyeksi Silinder
Proyeksi peta menurut kedudukan bidang proyeksi dibedakan :
Proyeksi normal
Proyeksi miring
Proyeksi transversal
Proyeksi peta menurut jenis unsur yang bebas distorsi dibedakan:
Proyeksi conform, merupakan jenis proyeksi yang mempertahankan besarnya sudut
Proyeksi equidistant, merupakan jenis proyeksi yang mempertahankan besarnya panjang jarak
Proyeksi equivalent, merupakan jenis proyeksi yang mempertahankan besarnya luas suatu daerah pada bidang lengkung
2. Kompas adalah alat penunjuk arah yang selalu menunjuk kearah Utara, dengan melihat arah Utara-Selatan pada Kompas dan dengan membandingkannya dengan arah Utara Peta kita sudah dapat mengorientasikan posisi pada peta Kompas adalah alat navigasi untuk mencari arah berupa sebuah panah penunjuk magnetis yang bebas menyelaraskan dirinya dengan medan magnet bumi secara akurat. Kompas memberikan rujukan arah tertentu, sehingga sangat membantu dalam bidang navigasi. Arah mata angin yang ditunjuknya adalah utara, selatan, timur, dan barat. Apabila digunakan bersama-sama dengan jam dan sekstan, maka kompas akan lebih akurat dalam menunjukkan arah. Alat ini membantu perkembangan perdagangan maritim dengan membuat perjalanan jauh lebih aman dan efisien dibandingkan saat manusia masih berpedoman pada kedudukan bintang untuk menentukan arah.
Alat apa pun yang memiliki batang atau jarum magnetis yang bebas bergerak menunjuk arah utara magnetis dari magnetosfer sebuah planet sudah bisa dianggap sebagai kompas. Kompas jam adalah kompas yang dilengkapi dengan jam matahari. Kompas variasi adalah alat khusus berstruktur rapuh yang digunakan dengan cara mengamati variasi pergerakan jarum. Girokompas digunakan untuk menentukan utara sejati.
Lokasi magnet di Kutub Utara selalu bergeser dari masa ke masa. Penelitian terakhir yang dilakukan oleh The Geological Survey of Canada melaporkan bahwa posisi magnet ini bergerak kira-kira 40 km per tahun ke arah barat laut.
Berikut ini adalah arah mata angin yang dapat ditentukan kompas.
Utara (disingkat U atau N)
Barat (disingkat B atau W)
Timur (disingkat T atau E)
Selatan (disingkat S)
Barat laut (antara barat dan utara, disingkat NW)
Timur laut (antara timur dan utara, disingkat NE)
Barat daya (antara barat dan selatan, disingkat SW)
Tenggara (antara timur dan selatan, disingkat SE)
3. GPS Salah satu perlengkapan modern untuk navigasi adalah Global Positioning Satelite/GPS adalah perangkat yang dapat mengetahui posisi koordinat bumi secara tepat yang dapat secara langsung menerima sinyal dari satelit. Perangkat GPS modern menggunakan peta sehingga merupakan perangkat modern dalam navigasi di darat, kapal di laut, sungai dan danau serta pesawat udara
Global Positioning System (GPS) adalah satu-satunya sistem navigasi satelit yang berfungsi dengan baik. Sistem ini menggunakan 24 satelit yang mengirimkan sinyal gelombang mikro ke Bumi. Sinyal ini diterima oleh alat penerima di permukaan, dan digunakan untuk menentukan posisi, kecepatan, arah, dan waktu. Sistem yang serupa dengan GPS anatara lain GLONASS Rusia, Galileo Uni Eropa, IRNSS India.
Sistem ini dikembangkan oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat, dengan nama lengkapnya adalah NAVSTAR GPS (kesalahan umum adalah bahwa NAVSTAR adalah sebuah singkatan, ini adalah salah, NAVSTAR adalah nama yang diberikan oleh John Walsh, seorang penentu kebijakan penting dalam program GPS).[1] Kumpulan satelit ini diurus oleh 50th Space Wing Angkatan Udara Amerika Serikat. Biaya perawatan sistem ini sekitar US$750 juta per tahun,[2] termasuk penggantian satelit lama, serta riset dan pengembangan.
4. Radar sangat bermanfaat dalam navigasiKapal laut dan kapal terbang modern sekarang dilengkapi dengan radar untuk mendeteksi kapal/pesawat lain, cuaca/ awan yang dihadapi di depan sehingga bisa menghindar dari bahaya yang ada di depan pesawat/kapal.
Radar (dalam bahasa Inggris merupakan singkatan dari radio detection and ranging,
yang berarti deteksi dan penjarakan radio) adalah sistem yang digunakan untuk mendeteksi, mengukur jarak dan membuat map benda-benda seperti pesawat dan hujan. Istilah radar pertama kali digunakan pada tahun 1941, menggantikan istilah dari singkatan Inggris RDF (Radio Directon Finding). Gelombang radio kuat dikirim dan sebuah penerima mendengar gema yang kembali. Dengan menganalisa sinyal yang dipantulkan, pemantul gema dapat ditentukan lokasinya dan kadang-kadang ditentukan jenisnya. Walaupun sinyal yang diterima kecil, tapi radio sinyal dapat dengan mudah dideteksi dan diperkuat.
Gelombang radio radar dapat diproduksi dengan kekuatan yang diinginkan, dan mendeteksi gelombang yang lemah, dan kemudian diamplifikasi( diperkuat ) beberapa kali. Oleh karena itu radar digunakan untuk mendeteksi objek jarak jauh yang tidak dapat dideteksi oleh suara atau cahaya. Penggunaan radar sangat luas, alat ini bisa digunakan di bidang meteorologi, pengaturan lalu lintas udara, deteksi kecepatan oleh polisi, dan terutama oleh militer.
A maritime radar with Automatic Radar Plotting Aid (ARPA) capability can create tracks using radar contacts. The system can calculate the tracked object's course, speed and closest point of approach (CPA), thereby knowing if there is a danger of collision with the other ship or landmass.
A typical ARPA gives a presentation of the current situation and uses computer technology to predict future situations. An ARPA assesses the risk of collision, and enables operator to see proposed maneuvers by own ship.While many different models of ARPAs are available on the market, the following functions are usually provided:
a. True or relative motion radar presentation.
b. Automatic acquisition of targets plus manual acquisition. Digital read-out of acquired targets which provides course, speed, range, bearing, closest point of approach (CPA, and time to CPA (TCPA).
c. The ability to display collision assessment information directly on the PPI, using vectors (true or relative) or a graphical Predicted Area of Danger (PAD) display.
d. The ability to perform trial maneuvers, including course changes, speed changes, and combined course/speed changes. Automatic ground stabilization for navigation purposes.
e. ARPA processes radar information much more rapidly than conventional radar but is still subject to the same limitations.
f. ARPA data is only as accurate as the data that comes from inputs such as the gyro and speed log.
5. Telegraf merupakan sebuah mesin untuk mengirim dan menerima pesan pada jarak jauh.mengunahkan Kode Morse dengan frekwensi gelobang radio, kode morse adalah metode dalam pengiriman informasi, dengan menggunakan standard data pengiriman nada atau suara,cahaya dengan membedakan ketukan dash dan dot dari pesan kalimat, kata,huruf, angka dan tanda baca. Kode morse dapat dikirimkan melalui peluit,bendera, cahaya, dan ketukan morse.
6. Sonar (Singkatan dari bahasa Inggris: sound navigation and ranging),merupakan istilah Amerika yang pertama kali digunakan semasa Perang Dunia, yang berarti penjarakan dan navigasi suara, adalah sebuah teknik yang menggunakan penjalaran suara dalam air untuk navigasi atau mendeteksi kendaraan air lainnya. Sementara itu, Inggris punya sebutan lain untuk sonar, yakni ASDIC (Anti-Submarine Detection Investigation Committee. Sonar merupakan sistem yang menggunakan gelombang suara bawah air yang dipancarkan dan dipantulkan untuk mendeteksi dan menetapkan lokasi obyek di bawah laut atau untuk mengukur jarak bawah laut. Sejauh ini sonar telah luas digunakan untuk mendeteksi kapal selam dan ranjau, mendeteksi kedalaman, penangkapan ikan komersial, keselamatan penyelaman, dan komunikasi di laut.
Cara kerja perlengkapan sonar adalah dengan mengirim gelombang suara bawah permukaan dan kemudian menunggu untuk gelombang pantulan (echo). Data suara dipancar ulang ke operator melalui pengeras suara atau ditayangkan pada monitor.
7. EPIRB cara kerja melalui Cospas-Sarsat merupakan sistem search and Rescue (SAR) berbasis satelit internasional yang pertama kali digagas oleh empat negara yaitu Perancis, Kanada, Amerika Serikat dan Rusia (dahulu Uni Soviet) pada tahun 1979. Misi program Cospas-Sarsat adalah untuk memberikan bantuan pelaksanaan SAR dengan menyediakan distress alert dan data lokasi secara akurat, terukur serta dapat dipercaya kepada seluruh komonitas internasional. Tujuannya agar dikuranginya sebanyak mungkin keterlambatan dalam melokasi suatu distress alert sehingga operasi akan berdampak besar dalam peningkangkatan probabilitas keselamatan korban. Keempat negara tersebut mengemabangkan suatu sistem satelit yang mampu mendeteksi beacon pada frekuensi 121,5/243 MHz dan 406 MHz. Emergency Position-Indicating Radio Beacon (EPIRB)adalah beacon 406 Mhz untuk pelayaran merupakan elemen dari Global Maritime Distress Safety System (GMDSS) yang didesain beroperasi dengan sistem the Cospas-Sarsat. EPIRB sekerang menjadi persyaratan dalam konvensi internasioal bagi kapal Safety of Life at Sea (SOLAS). Mulai 1 Februari 2009, sistem Cospas-Sarsat hanya akan memproses beacon pada frekuensi 406 MHz. Cospas merupakan akronim dari Cosmicheskaya Sistyema Poiska Avariynich Sudov sedangkan Sarsat merupakan akronim dari Search And Rescue Satellite-Aided Tracking
Prinsip Kerja
Ketika beacon aktif, sinyal akan diterima oleh satelit selanjutnya diteruskan ke Local User Terminal (LUT) untuk diproses seperti penentuan posisi, encoded data dan lain-lainnya. Selanjutnya data ini diteruskan ke Mission Control Cetre (MCC) di manage. Bila posisi tersebut diluar wilayahnya akan dikirim ke MCC yang bersangkutan, bila di dalam wilayahnya makan akan diteruskan ke instansi yang bertanggung jawab.
8. Navtex is an international, automated system for instantly distributing maritime navigational warnings, weather forecasts and warnings, search and rescue notices and similar information to ships. A small, low-cost and self-contained "smart" printing radio receiver installed on the bridge, or the place from where the ship is navigated, and checks each incoming message to see if it has been received during an earlier transmission, or if it is of a category of no interest to the ship's master. The frequency of transmission of these messages is 518 kHz in English, while 490 kHz is used to broadcast in local language.
The messages are coded with a header code identified by the using alphabets to represent broadcasting stations, type of messages, and followed by two figures indicating the serial number of the message.
9. Search and Rescue Transponder (SART) devices which are used to locate survival craft or distressed vessels by creating a series of dots on a rescuing ship's 3 cm radar display. The detection range between these devices and ships, dependent upon the height of the ship's radar mast and the height of the SART, is normally about 15 km (8 nautical miles). Note that a marine radar may not detect a SART even within this distance, if the radar settings are not optimized for SART detection.
Once detected by radar, the SART will produce a visual and aural indication.
10. Radio GMDSS Digital Selective Calling (DSC) on MF, HF and VHF maritime radios as part of the GMDSS system. DSC is primarily intended to initiate ship-to-ship, ship-to-shore and shore-to-ship radiotelephone and MF/HF radiotelex calls. DSC calls can also be made to individual stations, groups of stations, or "all stations" in one's reach. Each DSC-equipped ship, shore station and group is assigned a unique 9-digit Maritime Mobile Service Identity.
DSC distress alerts, which consist of a preformatted distress message, are used to initiate emergency communications with ships and rescue coordination centers. DSC was intended to eliminate the need for persons on a ship's bridge or on shore to continuously guard radio receivers on voice radio channels, including VHF channel 16 (156.8 MHz) and 2182 kHz now used for distress, safety and calling. A listening watch aboard GMDSS-equipped ships on 2182 kHz
11. Sextans is a minor equatorial constellation which was introduced in the 17th century by Johannes Hevelius. Its name is Latin for the astronomical sextant, an instrument that Hevelius made frequent use of in his observations dalam dunia pelayaran di gunakan untuk menentukan posisi kapal dengan menghitung ketingaian benda angkasa dan azimutnya.
12. LORAN (LOng RAnge Navigation[1]) is a terrestrial radio navigation system using low frequency radio transmitters that uses multiple transmitters (multilateration) to determine location and/or speed of the receiver. The current version of LORAN in common use is LORAN-C, which operates in the low frequency portion of the EM spectrum from 90 to 110 kHz. , mainly to serve as a backup to GPS and other GNSS systemsThe navigational method provided by LORAN is based on the principle of the time difference between the receipt of signals from a pair of radio transmitters.[3] A given constant time difference between the signals from the two stations can be represented by a hyperbolic line of position (LOP). If the positions of the two synchronized stations are known, then the position of the receiver can be determined as being somewhere on a particular hyperbolic curve where the time difference between the received signals is constant. In ideal conditions, this is proportionally equivalent to the difference of the distances from the receiver to each of the two stations.
By itself, with only two stations, the 2-dimensional position of the receiver cannot be fixed. A second application of the same principle must be used, based on the time difference of a different pair of stations. In practice, one of the stations in the second pair may also be—and frequently is—in the first pair. By determining the intersection of the two hyperbolic curves identified by the application of this method, a geographic fix can be determined.
13. Nautical publications is a technical term used in maritime circles describing a set of publications, generally published by national governments, for use in safe navigation of ships, boats, and similar vessels.
semua buku buku navigasi yg berhubungan dengan daerah yg akan di layari harus ada di atas kapal sebagai panduan bagi para navigator. agar terciptanya pelayaran yg aman/safe navigation
14. Marine VHF radio is installed on all large ships and most motorized small craft. It is used for a wide variety of purposes, including summoning rescue services and communicating with harbours, locks, bridges and marinas, and operates in the VHF frequency range, between 156 to 174 MHz. Although it is widely used for collision avoidance, its use for this purpose is contentious and is strongly discouraged by some countries, A marine VHF set is a combined transmitter and receiver and only operates on standard, international frequencies known as channels. Channel 16 (156.8 MHz) is the international calling and distress Marine VHF mostly uses "simplex" transmission, where communication can only take place in one direction at a time. A transmit button on the set or microphone determines whether it is operating as a transmitter or a receiver. The majority of channels, however, are set aside for "duplex" transmissions channels where communication can take place in both directions simultaneously [3]. Each duplex channel has two frequency assignments. This is mainly because, in the days before mobile phones and satcomms became widespread, the duplex channels could be used to place calls on the public telephone system for a fee via a marine operator. This facility is still available in some areas, though its use has largely died out. In US waters, Marine VHF radios can also receive weather radio broadcasts, where they are available, on receive-only channels wx1, wx2, etc
13.Inmarsat-C is a two-way, packet data service operated by the telecommunications company Inmarsat. The service is approved for use under the Global Maritime Distress and Safety System (GMDSS), meets the requirements for Ship Security Alert Systems (SSAS) defined by the International Marine Organization (IMO) and is the most widely used service in fishing Vessel Monitoring Systems (VMS).
The service offers data transfer; e-mail; SMS, crew calling; telex; remote monitoring; tracking (position reporting); chart and weather updates; maritime safety information (MSI); maritime security; GMDSS; and SafetyNET and FleetNET services.
The service is operated via an Inmarsat-C Transceiver or a lower-power mini-C Transceiver. Both offering and approved for the same service.The service is available for maritime, land mobile and aeronautical use.
14. The Automatic Identification System (AIS) is a short range coastal tracking system used on ships and by Vessel Traffic Services (VTS) for identifying and locating vessels by electronically exchanging data with other nearby ships and VTS stations. Information such as unique identification, position, course, and speed can be displayed on a screen or an ECDIS. AIS is intended to assist the vessel's watchstanding officers and allow maritime authorities to track and monitor vessel movements, and integrates a standardized VHF transceiver system such as a LORAN-C or Global Positioning System receiver, with other electronic navigation sensors, such as a gyrocompass or rate of turn indicator.
The International Maritime Organization's (IMO) International Convention for the Safety of Life at Sea (SOLAS) requires AIS to be fitted aboard international voyaging ships with gross tonnage (GT) of 300 or more tons, and all passenger ships regardless of size. It is estimated that more than 40,000 ships currently carry AIS class A equipment.[citation needed]
Ships outside AIS radio range can be tracked with the Long Range Identification and Tracking system with less frequent transmission
15. Binoarculs, field glasses or binocular telescopes are a pair of identical or mirror-symmetrical telescopes mounted side-by-side and aligned to point accurately in the same direction, allowing the viewer to use both eyes with binocular vision when viewing distant objects. Most are sized to be held using both hands, although there are much larger types. Small, low-power binoculars for use at performance events are known as opera glasses (see below). Many different abbreviations are used for binoculars, including glasses and bins
Unlike a monocular telescope, binoculars give users a three-dimensional image: the two views, presented from slightly different viewpoints to each of the viewer's eyes, produce a merged view with depth perception. There is no need to close or obstruct one eye to avoid confusion, as is usual with monocular telescopes. The use of both eyes also significantly increases the perceived visual acuity, even at distances where depth perception is not apparent (such as when looking at astronomical objects).
16. Echo sounder is the technique of using sound pulses directed from the surface or from a submarine vertically down to measure the distance to the bottom by means of sound waves. Echo sounding can also refer to hydroacoustic "echo sounders" defined as active sound in water (sonar) ,Distance is measured by multiplying half the time from the signal's outgoing pulse to its return by the speed of sound in the water, which is approximately 1.5 kilometres per second. Echo sounding is effectively a special purpose application of sonar used to locate the bottom.As well as an aid to navigation (most larger vessels will have at least a simple depth sounder), echo sounding is commonly used for fishing. Variations in elevation often represent places where fish congregate. Schools of fish will also register. Most charted ocean depths use an average or standard sound speed. Where greater accuracy is required average and even seasonal standards may be applied to ocean regions. For high accuracy depths, usually restricted to special purpose or scientific surveys, a sensor may be lowered to observe the factors (temperature, pressure and salinity) used to calculate sound speed and thus determine the actual sound speed in the local water column
Dari rangkuman di atas seperti telegraf saat ini sudah tidak di gunakan lagi. dan mengenai inmarsat masi ada inmarsat A dan M yg biasa di gunakan. biasanya di kapal mengunakan 2 system inmarsat A dan C karena biaya dan cost serta system lebih mudah. dalam pengiriman fax, email dan call. perangkat navigasi yg traditional pun masi banyak yg belum termasuk, seperti topdal merka, dan ssebagainya.ini hanya sebagian semoga bermanfaat buat calon pelaut atau pelautnya sendiri yg ingin mengingat lagi alat alat navigasi di atas kapal.
SUMBER; Ridwan Garcian, group pelaut indonesia