Telah menjadi fitrah manusia, setiap orang, kaum atau bangsa ingin bersatu padu dan tidak menyukai perpecahan, lebih-lebih lagi sampai membawa permusuhan dan peperangan. Karena kalau perpecahan itu membawa permusuhan apalagi peperangan, maka akan menyusahkan semua pihak. Susah mencari rizqi, tidak aman dalam perjalanan, tidak nyenyak tidur, sulit beristirahat, selalu bimbang dan was-was, mungkin rusak harta benda, terkorban nyawa. Kalau selamat pun cacat anggota badan, terhalang mencari kekayaan, terhalang membangun dan membuat kemajuan. Perpecahan itu buruk akibatnya, besar resikonya yang hendak ditanggung hingga kepada beberapa generasi kemudian. Maka justru perpecahan itu sebenarnya adalah musuh manusia karena tidak ada manusia yang mau dan suka. Fitrah manusia memang menginginkan hidup aman damai karena di situlah rahasia kebahagiaan dan keharmonisan.
Walaupun ingin bersatu padu dan saling memerlukan ternyata manusia sulit untuk disatukan. Mengapa? Karena di dalam diri manusia itu ada nafsu. Sifat nafsu itu sangat jahat disamping adanya syaitan yang senantiasa mendorong manusia bermusuhan satu sama lain. Di antara kejahatan nafsu yaitu tamak, mementingkan diri sendiri, dan kenginannya yang tidak ada habisnya.
Kalau iman lemah maka nafsu itu menghendaki apa saja, baik yang halal maupun yang haram, baik maupun buruk. Jika dituruti kehendaknya, maka untuk mencapai keinginannya, dia tidak peduli apakah caranya halal atau haram, mendzalami, menjatuhkan orang, fitnah, mengambil hak orang lain, menindas, menghina dan lain-lain. Begitulah setiap orang, kaum atau bangsa jika tidak dibendung oleh iman. Akibatnya, dalam saling memerlukan pun manusia berpecah belah, dalam bertolong bantu itu bersengketa hati, dalam saling ketergantungan ada kepentingan diri, dalam bergotong royong ada penghianatan dalam kerjasama ada penipuan. Hasilnya, di dalam satu keluarga, dalam satu jamaah, dalam satu partai, dalam satu kaum dan dalam satu bangsa ada jatuh menjatuhkan dan khianat mengkhianati.
Bersatu padu bukan hal yang mudah, dalam satu keluarga pun sudah terasa begitu sulit, apalagi hendak bersatu padu dalam negara, lebih-lebih lagi alam sejagad. Apakah rahasianya manusia dapat bersatupadu? Untuk memahaminya marilah kita bagi pesatuan dan perpaduan itu dalam 3 kategori:
1. Persatuan dan perpaduan secara lahiriyah. Yaitu berdasarkan faktor eksternal manusia yaitu persamaan kebutuhan yang tidak terelakkan, seperti: sama2 menginginkan rasa aman, keselamatan umum, menjaga nama baik, memenuhi kebutuhan hidup seperti sandang, pangan, papan, kekayaan dsb. Ini adalah ikatan yang sangat lemah karena tidak benar-benar diikat oleh akal, pikiran dan jiwa. Dan ikatan ini tidak dapat menghindarkan dari sebab-sebab perpecahan yaitu sifat mazmumah (tercela) seperti: hasad, dengki, buruk sangka, khianat, adu domba, sombong, riya’, cari nama, glamor, pemarah tamak, dan lain-lain lagi.
2. Persatuan dan perpaduan yang diikat oleh satu pemikiran atau ideologi. Biasanya berlaku pada suatu masyarakat, jamaah, bangsa atau negara dan hanya berlaku pada perkara-perkara tertentu, bukan di semua bidang. Mungkin juga hanya berlaku untuk waktu-waktu tertentu dan jika dirasakan sudah tidak sesuai lagi akan ditinggalkan. Perpaduan ini sebenarnya sudah diikat oleh faktor internal namun hanya sebatas akal pikiran saja. Meskipun manusia sudah sepakat dalam satu pemikiran atau ideologi, ikatan ini juga belum mampu membuang sifat-sifat mazmumah sumber perpecahan. Karena itulah, persatuan dan perpaduan secara akal pikiran juga tidak cukup kuat. Walaupun mungkin tampak kuat namun sebenarnya lemah menghadapi ujian.
3. Persatuan dan perpaduan yang diikat oleh satu keyakinan yang benar, mutlak, dan bersifat abadi. Yang tidak berkesudahan hingga mati karena diikat oleh visi tauhid yaitu keimanan yang benar-benar dihayati oleh jiwa atau hati. Inilah persatuan yang diterima oleh Islam. Janganlah kita bertegang leher mengatakan bahwa umat Islam dapat bersatu tanpa kesatuan iman dan syariat. Umat Islam tidak akan bersatu atas dasar ekonomi atau ideologi. Justru ekonomi atau ideologi tidak mampu membendung sifat-sifat mazmumah yang memecah-belah manusia, karena dalam ajaran yang mengikut akal semata tidak mengajarkan manusia untuk takut dan cintakan ALLAH. Kalau manusia sudah tidak takut dengan Tuhan dan nerakaNya , apalagi yang dapat mencegah manusia melakukan kejahatan lahir batin yang menghancurkan kehidupan manusia?
Sumber” kawan sejati