Hypofisasi adalah suatu metoda untuk memeprcepat pematangan gonada induk ikan agar berovulasi, yaitu dengan menyuntikan cairan kelenjar hypofisa ikan donor ke dalam tubuh induk ikan yang akan dipijahkan. Sistem ini dikenal dengan sistem pemijahan buatan, terutama untuk memijahkan jenis-jenis ikan yang sulit berpijah (seperti: tawes, lele dumbo, grasscarp dll).
Akan tetapi di dalam sistem hypofisasi selalu diperlukan ikan donor (ikan mas) yang harus dikorbankan untuk diambil kelenjar hypofisisnya. Oleh karena itu untuk menghindarkan pengorbanan tersebut di BII Sentral Cangkringan telah dikembangkan pemijahan ikan dengan "sistem cangkringan", yaitu cara pemijahan dengan menggunakan ikan mas yang dipijahkan bersamaan di dalam 1 (satu) bak dengan induk ikan lain yang sulit berpijah. Cara tersebut digunakan untuk merangsang berpijahnya induk-induk ikan lain yang sulit dipijahkan walaupun telah matang gonad.
Seperti telah diketahui bahwa ikan mas selain merupakan donor universal juga dikenal sebagai ikan yang mudah berpijah. Oleh sebab itu dalam cara inipun yang dipergunakan sebagai ikan donor adalah induk ikan mas. Dengan "sistem cangkringan" ini, ikan mas tidak perlu dikorbankan, bahkan selain induk ikan mas dapat dipergunakan untuk pemijahan beberapa kali, telur yang dihasilkannya dapat ditetaskan sebagai hasil sampingan.
2. TEKNIK PEMIJAHAN
Tempat pemijahan dapat berupa kolam atau bak semen ukuran 10 x 5 1 m yang pada bagian atasnya dipasang pipa yang dilubangi untuk mengalirkan air selama pemijahan berlangsung.
Tempat pemijahan harusdibersihkan dan dikeringkan.
Pada tempat pemijahan dipasang happa. Ukuran happa untuk pemijahan ikan mas adalah 4 x 2 x 1 m; untuk ikan tawes adalah 2 x 1 x 1 m dan untuk lele cukup 1 x 1 x 1 m.
Setelah pemasangan happa selesai, alirkan air ke tempat pemijahan hingga tinggi air dalam happa kira-kira 20-30 cm.
Pilihlah induk ikan mas yang telah matang telur. Masukkan induk ke dalam happa. Perbandingan induk jantan dan betina adalah 2:1.
Untuk jenis ikan yang telurnya mempunyai sifat melakat/menempel maka di dalam happa harus dipasang kakaban.
Masukkan induk-induk ikan lele dumbo, grasscarp, mola dll yang telah matang telur ke dalam happa. Perbandingan indukjantan dan betina tergantung dari jenis ikannya. Untuk ikan tawes perbandingan induk jantan dan betina adalah 2:3 dan untuk ikan lele adalah 1:1.
Kemudian air dialirkan melalui pipa yang terletak di atas kolam sehingga air masuk dalam tempat pemijahan seperti air hujan.
3. PROSES PEMIJAHAN
Jika induk yang dipilih benar-benar telah matangtelur, maka pada malam harinya akan memijah.
Induk ikan mas akan memijah terlebih dahulu. Beberapa saat kemudian ikan lain akan terangsang untuk berpijah.
4. PENETASAN TELUR
Untuk telur-telur yang sifatnya melekat, cukup dibiarkan menetas dalam happa.
Sedangkan untuk telur yang tidak melekat dapat ditetaskan pada corong penetasan.
Tergantung dari jenis ikannya, beberapa hari kemudian telur akan menetas. Kemudian larva-larva tersebut dapat dipindahkan dalam tempat (bak) pendederan.
5. PENUTUP
Pada umumnya jenis-jenis ikan liar atau yang baru saja dijinakkan dari alam sulit dipijahkan. Bahkan beberapa jenis ikan, seperti tawas, yang sudah lama dikenal sebagai ikan budidayapun kenyataannya relatif sulit dipijahkan. Tetapi setelah cukup lama dipraktekkan di BII Sentral Cangkringan, ternyata sistem imbas dapat dipergunakan untuk mengatasi hal tersebut di atas. Beberapa jenis ikan yang dapat dipijahkan dengan sistem cangkringan antara lain adalah : tawes, grascarp, lele dumbo, dll.
6. SUMBER REFERENSI
Brosur Pemijahan Ikan dengan Cara Cangkringan, Proyek Infis, Dinas Perikanan, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Yogyakarta, 1989.
Sentra informasi Iptek
Dinas Perikanan, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Yogyakarta.