Saat ini bukan hanya krisis keuangan atau krisis global yang menerpa Masayarakat Indonesia dan Dunia khususnya Islam, krisis figur tengah melanda kita, pertanyaannya “apa yang sedang terjadi? Apa gerangan yang sedang memenuhi akal pikiran manusia saat ini? Apa atau siapa yang salah dan patut disalahkan?”. Di Media cetak ataupun Media Elektronik saat ini sedang hangat-hangatnya dibicarakan tentang sosok Pejabat KPK dan Kepolisian, bahkan sosok seorang Presidenpun tak ketinggalan dibawa-bawa dalam kasus tersebut, mereka adalah sosok figur sentral bagi masyarakat Indonesia kalau memang masih pantas diberi predikat itu.
Sejarah mencatat, berbagai kerajaan dan kekuasaan berjaya sejak dahulu kala dengan segala kemegahan dan kehormatannya serta namanya dipuja dan disanjung oleh rakyat tatkala roda kekuasaan masih di genggamannya, tetapi tak urung kemudian dicerca mati-matian, tapi berbeda dengan sejarah Muhammad bin Abdillah namanya tidak pernah lenyap dari permukaan Bumi bahkan bertambah banyak orang yang menyebut – nyebut namanya berabad – abad lamanya.
Berkumandangnya nama Muhammad ke seantero dunia adalah suatu bukti nyata yang berbicara tentang keagungan pribadinya sebagai sosok figur abadi bagi kita umat Islam dan ketinggian nilai ajarannya. Nilai pribadi dan ajarannya tidak akan pernah berkurang walaupun ideologi – ideologi baru bermunculan. Cahayanya tidak akan pernah redup. Kaum Muslimin tak bosan-bosannya menyebut – nyebut namanya dan mengucapkan shalawat serta salam kepadanya, bahkan Allah Swt dan para MalaikatNya ikut mengucapkan shalawat dan salam kepadanya:
“Sesungguhnya Allah dan MalaikatNya mengucapkan shalawat atas Nabi Muhammad, Hai orang-orang yang beriman bershalawatlah untuknya dan berilah salam kepadanya dengan sesungguhnya”.
Alangkah agung pribadi Rasulullah, sehingga Allah memerintahkan kita mencintainya dan menjadikan kecintaan itu tanda keimanan :
“Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka”. (QS Annisa : 80)
Sungguhpun demikian kecintaan kepada Rasulullah itu harus ada batasnya. Rasulullah sendiri membatasi kecintaan itu dengan sabdanya :
”Jangan kamu memuja – mujaku seperti orang-orang Nasrani memuji-muji anak Maryam karena saya hanyalah hamba, maka panggillah aku hamba dan rasulnya”.
Bagaimanapun terhormat dan mulianya Rasulullah, tetapi ia manusia biasa, tidak diperbolehkan disembah atau dipuja seperti terhadap Allah.
Berikut adalah sebagian dari uswah hasanah yang diperagakan Rasulullah semasa hidupnya yang harus kita contoh sebagai Akhlak seorang muslim :
1. Rendah Hati, bermasyarakat, kerjasama, tidak mabuk atas pujian dan sederhana
Beliau berjalan beriringan ditengah-tengah sahabatnya. Beliau tidak senang bila ada orang yang mengistimewakannya, bahkan beliau turut mengangkat batu dan tanah saat bersama sama mendirikan masjid dan menggali parit. Bila para sahabat memasak makanan, beliau turut ambil bagian mencari kayu bakar. Pernah seorang sahabat membanding-bandingkan bahkan menganggap beliau lebih mulia dari Nabi Musa, beliaupun tersentak mendengar ucapan yang demikian itu, lalu berkata kepada para sahabatnya :
“Jangan kamu istimewakan saya atas Nabi Musa (HR Bukhari)
Menghormati Rasulullah tidak seperti menghormati raja, presiden, atau bapak, tetapi lebih dari itu, kita menghormati beliau sebagai Rasul yang membawa risalah dari Allah, risalah yang dibawa inilah yang harus kita sucikan dan muliakan sebab yang demikian bermakna mensucikan dan memuliakan Allah yang mengutus risalah itu sendiri. Muhammad sebagai Nabi penutup dan Rasul terakhir adalah berarti manusia terakhir sebagai penghubung antara Allah dan makhluqnya.
Sebagai utusan Allah yang terakhir, kewajiban beliau bukan hanya bertabligh, tetapi beliau bertugas memberikan tuntunan dan pimpinan kepada manusia ke arah yang berguna baik dalam urusan agama maupun urusan dunia. Maka Rasulullah secara tak langsung memberikan contoh figur peminpin yang ideal yaitu :
2. berjiwa Satria, Berani mengatakan tidak pada yang salah, bijaksana, tegas, berpendirian teguh terhadap kebenaran.
Rasulullah benar-benar telah bertindak secara satria melaksanakan pucuk pimpinan dari Allah, dengan keberanian yang luar biasa dan kebijaksanaan tertinggi, dengan keras tetapi penuh keteguhan pendirian, sehingga membuat ciut nyali kaum kafir Quraisy. Ingatlah tatkala kaum kafir Quraisy datang meminta beliau untuk sudilah kiranya menerima kekayaan, tahta dan wanita tercantik sekalipun asalkan beliau berkenan menangguhkan risalah dakwahnya barang sebentar. kegigihannya dalam menggenggam prinsipnya tetap tak tergoyahkan bahkan menentang mereka dalam sumpahnya :
“Demi Allah hai pamanku, walaupun mereka letakkan matahari di tangan kananku dan bulan mereka letakkan di tangan kiriku dengan maksud agar saya meninggalkan tugas dan perintah Allah ini, takkan saya lakukan, sampai Allah menunjukkan kebenarannya atau saya yang hancur binasa karenanya”.
Subhanallah demikian tegas kalimat yang beliau ucapkan, demikian hebat pendirian beliau sebagai pemimpin, hingga mengguncangkan jiwa kaun kafir dengan guncangan yang menjadikannya tak dapat tegak kembali dengan kokoh.
Rasulullah benar-benar pemimpin yang tak terbandingkan, yang terlukis dalam gelarnya al Amin sebagai kepercayaan negara dan bangsa. Dari tangannyalah tercipta kestabilan politik karena masing-masing golongan dari bangsa Quraisy memperoleh haknya dalam pekerjaan yang menyangkut kepentingan Nasional yakni peletakan Hajar Aswad pada posisinya semula. Disinilah beliau memperlihatkan akhlaq kepemimpinannya yang tak ternilai terpujinya, beliau menghilangkan keegoisan diri untuk meletakkan Hajar Aswad walaupun para pemimpin suku kala itu telah rido terhadapnya, beliau hilangkan pembagian kerja yang bersifat monopoli perorangan atau golongan. Beliau tidak menggunakan sikap senang atau tidak senang kepada siapapun juga. Beliau tidak memberikan kesenangan kepada golongan sendiri sementara menginjak-injak golongan lain, yang beliau jalankan adalah kepuasan sama rasa dan sama rata.
Di sepanjang hidupnya beliau terkenal pemalu, pendiam dan perendah diri. Di kala masih kanak-kanak kerapkali beliau menderita lapar, tetapi beliau diam tabah, tidak pernah meminta-minta sekalipun kepada orang-orang yang masih termasuk saudara atau famili dekat dengannya, sampai-sampai ketika merasakan lapar yang amat sangat, seringkali perutnya diikat dengan kain yang dipakainya yang telah beliau isi dengan batu terlebih dahulu. Subhanallah.
Nabi Muhammad tumbuh dan besar dengan sifat-sifat shaleh, tenang, menentang hawa nafsunya, selalu menghadap dengan kalbunya kepada Allah, Maka beliau terlihat di depan mereka sebagai suatu kepribadian yang penuh pengalaman, penuh ilmu pengetahuan, penuh sopan santun dan akhlaqul karimah, maka tak pelak orang yang baru mengenalnya akan bertanya-tanya. “Siapakah gerangan dia? Dari mana didapat semua itu? Padahal beliau belum pernah belajar kepada siapapun. Dan dari sekolah mana pula maka ia dapatkan kepribadian yang demikian itu?”
Untuk menghilangkan keheranan orang banyak beliau terangkan dengan sabdanya :
“Aku didik oleh Tuhanku dengan sebaik-baik pendidikan”.
Maka pantaslah sanjungan dialamatkan ke beliau :
“Sungguh engkau berada di atas budi pekerti yang agung”.
Namun banyak orang bertanya-tanya apakah yang dimaksudkan dengan akhlaq yang agung itu. Tak seorangpun dapat menjawab kecuali Aisyah istri beliau dengan sepatah kata, tetapi terang dan tegas : “Akhlaqnya adalah Alquran”.
Dengan kepribadian yang demikian itulah beliau seru masyarakat kepada sebaik-baik akhlaq, sifat, dan perbuatan. Tapi sungguh disayangkan setelah ummat yang terbaik berlalu, mereka berbalik kembali menjelma menjadi suatu ummat yang menyalahi perintahnya. Jiwa ummat Islam jatuh merosot dari kesempurnaannya lalu ditimpa kehinaan dan kehancuran. Wahai….kapan mereka sadar kembali untuk mengikuti jejak junjungan kita Muhammad Rasulullah sebagai figur?
sumber: sang Pemimpin berkat prndidik