![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEglGcOrFEmeuQ4owfdtWvnZUKli0h8JhnSZxSVDz1uzUo0c1CT2IbdQM8kSCdI12rSDqm9JpZlqlOh007qhjk1AqRRMVMv8dSyT5H7cRzxRtDzVQmNdm6cLPRz-RPDJv-bm41Fj3v3tVPIi/s640/mentor2.jpg)
Waktu tidur manusia hendaknya melakukan muhasabah al-nafs (audit terhadap dirinya) dan mengobati pengkhianatan-pengkhianatan diri dengan serius. Hendaklah ia segera bertaubat dan tidak perlu lagi menunda-nundanya. Hendaklah ia memiliki tekad yang kuat dan keinginan yang bulat. Hendaklah ia menyadari yang sekarang dia mau tidur bahwa tidur pada hakikatnya adalah saudara kematian, sebagaimana yang ditegaskan dalam Alquran:
“Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir.”2
1 Musyarathah berarti berjanji pada diri sendiri untuk tidak melakukan maksiat di hari itu.
2 QS. Az Zumar: 42.