Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, segala puji bagi Allah Tuhan pengurus semesta alam,
Shalawat dan salam, kami panjatkan untuk junjungan kami Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam, para sahabat dan para pengikutnya sampai akhir zaman,
Laa haula wa laa quwwata illaa billaahil’aliyyil ‘adziim kholikul ‘alam, Tiada daya dan kekuatan kecuali dari Allah yang Maha Tinggi dan Maha Agung Pencipta alam.
Hanya dengan keagunganMu dan dengan sebab UtusanMu dan para WaliMu, tulisan ini bisa kami kerjakan dengan kekuatan pikiran walau kami ini awam.
Yang benar dari Allah SWT seru sekalian alam, yang salah dari hawa-nafsu kami sendiri yang terhadap perintahNya, suka melawan.



Manusia – Misi dan Tujuan Hidupnya
Manusia adalah makhluk Allah SWT yang diciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya dan dimuliakan serta diberikan kelebihan dibanding makhluk-makhluk yang lain, sebagaimana tertulis di Al Qur’an surat ke 95 At Tiin ayat 4 dan surat ke 17 Al Isra’ ayat 70[1]:

* “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”.
* “Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan”.
Dalam penciptaannya manusia diberikan misi dan tujuan oleh Penciptanya, yaitu beribadah kepada Al Khalik (Maha Pencipta), sesuai dengan Al Qur’an surat ke 51 Adz Dzaariyat ayat 56 dan Surat Al Fajr 89 ayat 27-30:
* “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku”. (QS 51:56).

* “Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridai-Nya. Maka masuklah ke dalam jemaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku. (QS 89:27-30).



Penghalang dan Musuh Manusia
Tetapi dalam penciptaan manusia yang dimuliakan itu, terdapat makhluk (yang karena ketakaburannya merasa lebih mulia dari manusia), yang tidak rela manusia bisa menjalankan misi dan tercapai tujuannya :
* “Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam,” maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir” (QS 2: 34).
* Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada para malaikat: “Bersujudlah kamu kepada Adam”; maka mereka pun bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk mereka yang bersujud. Allah berfirman: “Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?”. Menjawab iblis: “Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah”. Allah berfirman: “Turunlah kamu dari surga itu; karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, maka keluarlah, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina”. Iblis menjawab: “Beri tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan”. Allah berfirman: “Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh.” Iblis menjawab: “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat). Allah berfirman: “Keluarlah kamu dari surga itu sebagai orang terhina lagi terusir. Sesungguhnya barang siapa di antara mereka mengikuti kamu, benar-benar Aku akan mengisi neraka Jahanam dengan kamu semuanya” (QS Al A’raf/7:11-18).


Makhluk yang tidak rela dengan penciptaan manusia itu adalah Iblis, dan para setan pengikutnya. Mereka akan selalu mengganggu manusia supaya tidak terlaksana misinya dan tidak tercapai tujuan yang telah ditetapkanNya, dan menjadi hina bersama mereka di hari akhir nantinya.

Keadilan Allah SWT
Tetapi Allah SWT Maha Adil, Maha Pengasih dan Penyayang, maka diberiNya manusia itu, penjaga yang selalu menjaganya :
* “Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri” ( QS Ar Ra’du/13:11).
Disamping para malaikat penjaga itu, manusia juga diberikan petunjuk melalui Rasul Allah SWT, dengan kitabullah yang jagaNya, dan para ulama yang mewarisi ilmu para nabi:
* Dan tiadalah Kami mengutus kamu (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (QS Al Anbiya/21:107).

* “Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayatNya, membersihkan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata”. (QS Ali Imran/3:164).

* Dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu yaitu Al Kitab (Al Qur’an) itulah yang benar, dengan membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Mengetahui lagi Maha Melihat (keadaan) hamba-hamba-Nya. Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan di antara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar. (QS Al Faathir 31-32).

* ……..Maka tanyakanlah olehmu kepada ahli dzikir (orang-orang yang berilmu), jika kamu tiada mengetahui (QS Al Anbiyaa/21-7).

* Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda “Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi. Sungguh para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham. Sungguh mereka hanya mewariskan ilmu, maka barangsiapa mengambil warisan tersebut ia telah mengambil bagian yg banyak.” Ad-Darimi di dalam Sunan Abu Dawud no. 3641 Ibnu Majah di dalam Muqaddimah dan dishahihkan oleh Al-Hakim dan Ibnu Hibban.

Dengan Maha Adilnya Allah SWT, manusia diberikan kecukupan untuk melaksanakan perjalanan menjalankan misinya untuk mencapai tujuan mulia dan mempertahankan diri terhadap setiap pengganggu dan penghalangnya, terutama setan yang terkutuk, dari setan bangsa jin maupun setan bangsa manusia. Setan bangsa manusia adalah manusia yang jiwanya sudah dikendalikan sepenuhnya oleh setan.

Pilihan Manusia
Dalam menjalani hidupnya, sebenarnya manusia mempunyai dua pilihan, yaitu menjadi :
1. Manusia yang mengabdi dan bertaqwa kepada Allah SWT, dengan mengikuti petunjuk Allah SWT melalui RasulNya, sehingga tetap dalam kemuliannya,
* Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. (QS Ali Imran/3: 185).
atau menjadi :
1. Manusia yang tergoda oleh ajakan Iblis dan para setan pengikutnya untuk berpaling dari misi dan tujuan penciptaanya dan lebih memilih kehidupan dunia saja.
* “Iblis menjawab: “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).” (QS Al A’raf/7:16-17).

Apabila manusia memilih pilihan ke dua, maka akibat perbuatannya sendiri, manusia bisa menjadi hilang kebaikan dan kemuliannya, sesuai dengan Al Qur’an surat ke 30 Ar Ruum ayat 57-58 dan surat ke 95 At Tiin ayat 5 :
* Dan berkata orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan dan keimanan (kepada orang-orang yang kafir): “Sesungguhnya kamu telah berdiam (dalam kubur) menurut ketetapan Allah, sampai hari berbangkit; maka inilah hari berbangkit itu akan tetapi kamu selalu tidak meyakini (nya). Maka pada hari itu tidak bermanfaat (lagi) bagi orang-orang yang dzalim permintaan udzur mereka, dan tidak pula mereka diberi kesempatan bertobat lagi. (QS 30:57-58)

* “Kemudian Kami (putuskan) dia berada tempat yang serendah-rendahnya (neraka)”. (QS 95:5).

Analogi Manusia dengan Komputer Canggih
Apabila kita mentafakuri ayat-ayat Allah SWT, ciptaan Nya, serta mentafakuri kemajuan ilmu pengetahuan yang dicapai manusia saat ini, badan manusia (lahiriyah/hardware/perangkat keras dan batiniyah/software/perangkat lunak) adalah bagaikan suatu kendaraan yang sangat canggih, yang dilengkapi oleh komputer yang super canggih (hardware dan sotware). Perangkat untuk manusia ciptaan Allah ini sebenarnya jauh lebih canggih dibandingkan dengan perangkat komputer super canggih yang dibuat oleh manusia. Pengemudi dari kendaraan itu adalah jiwa manusia yang dilengkapi dengan hati, akal, dan hawa-nafsu.

Komputer yang canggih itu, dilengkapi dengan suatu perangkat supaya bisa berkomunikasi dengan komputer lingkungannya. Saat berkomunikasi, komputer saling mengirim data dan program. Pertukaran data/program itu ada yang bermanfaat, ada yang tidak bermanfaat, dan ada yang merugikan. Program yang merugikan itu dinamakan virus komputer. Virus itu bisa mengganggu jalannya komputer, bahkan bisa merusak program utama, data dan perangkat keras komputer.

Dalam jaringan komunikasi yang terbuka masukan-keluaran program/data terjadi, disadari atau tidak disadari oleh operator komputer. Untuk itulah komputer perlu dilengkapi dengan program anti virus, firewall, antispam dan lain-lain sistem penyaring yang canggih, berlisensi legal dan selalu diperbaharui/updated.

Bagaikan komputer, manusia mempunyai jaringan komunikasi yang terbuka. Manusia bisa menerima dan memberikan informasi dari dan kepada lingkungannya, disadari atau tidak disadarinya, disengaja atau tidak disengaja. Contoh, manusia bisa mendengar suara merdu yang ingin didengarnya, tetapi juga terpaksa mendengar suara bising yang tidak ingin didengarnya. Manusia bisa melihat sesuatu yang indah yang diinginkanya, tetapi bisa terpaksa melihat sesuatu yang buruk yang tidak diinginkannya, dalam keadaan terjaga atau mimpi.


Komputer, kalau program anti virusnya rusak, atau illegal dan tidak bisa diupdate atau program antivirusnya kurang canggih dibanding virus-virus yang semakin canggih yang terus bermunculan. Maka komputer yang dihidupkan terus dan berkomunikasi itu bisa mengandung virus-virus yang menjadikan benda itu kurang optimal kemanfaatannya. Bahkan benda itu bisa rusak, minimal rusak data atau memorinya. Begitu pula diri manusia.

Kesehatan Manusia
Manusia itu terkadang sakit dan itu sesuatu yang normal. Manusia yang sakit itu perlu diperiksa oleh dokter/tabib yang cukup berkualifikasi untuk mengetahui apa penyakitnya dan bagaimana cara pengobatannya. Kalau sifat sakitnya manusia itu lebih kompleks, dokter/tabib umum, kalau diperlukan, dapat merujuk kepada dokter/tabib spesialis. Oleh dokter/tabib, bila diperlukan, pasien dapat diperiksakan ke laboratorium untuk pemeriksaan yang lebih teliti. Maka dokter/tabib itu bisa ahli dalam pengobatan lahiriyah dan ada yang ahli dalam pengobatan batiniyah.

Karena manusia itu terdiri dari komponen lahiriyah dan batiniyah, maka sakitnya manusia itu bisa bersifat lahiriyah, tetapi juga bisa bersifat batiniyah. Penyakit manusia bisa berupa virus lahiriyah dan virus batiniyah. Virus batiniyah itu dinamakan setan dari jenis jin. Bahwa setan itu berada dalam diri manusia diberitakan oleh Allah dan Rasulullah dalam beberapa dalil sbb:

1. “Barang siapa yang berpaling dari mengingat (pengajaran dari) Tuhan Yang Maha Pemurah (Al Qur’an), Kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan) maka syaitan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya [Az Zukhruf (43) : 36].
 
2. Telah menceritakan kepada kami Utsman bin Abu Syaibah dan Ishaq bin Ibrahim, berkata Ishaq: Telah mengkhabarkan kepada kami, sedangkan Utsman berkata: Telah menceritakan kepada kami Jarir dari Manshur dari Salim bin Abu Al Ja’d dari ayahnya dari Abdullah bin Mas’ud berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda: “Tidaklah seorang pun dari kalian melainkan dikuasai pendamping dari kalangan jin.” Mereka bertanya: Tuan juga, wahai Rasulullah? beliau menjawab: “Aku juga, hanya saja Allah membantuku mengalahkannya lalu ia masuk Islam, ia hanya memerintahkan kebaikan padaku.” Telah menceritakan kepada kami Ibnu Abi Al Mutsanna dan Ibnu Basyar keduanya berkata: Telah menceritakan kepada kami Abdurrahman bin Mahdi dari Sufyan. Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Yahya bin Adam dari Ammar bin Ruzaiq keduanya dari Manshur dengan sanad jarir seperti haditsnya, hanya saja dalam hadits Sufyan disebutkan: “Melainkan dikuasai pendamping dari kalangan jin dan dari kalangan malaikat.”

3. Telah menceritakan kepadaku Harun bin Sa’id Al Aili telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahab telah mengkhabarkan kepadaku Abu Shakr dari Ibnu Qusaith telah menceritakan kepadanya bahwa Urwah telah menceritakan kepadanya bahwa Aisyah, istri nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam, telah menceritakan kepadanya bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam keluar dari kediamannya pada suatu malam. Aisyah berkata: Aku merasa cemburu pada beliau lalu beliau datang dan aku melihat yang beliau lalukan. Beliau bertanya: “Kau kenapa, wahai Aisyah?” aku menjawab: Orang sepertiku mengapa tidak menyemburui orang seperti Tuan? Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda: “Apa setanmu mendatangimu?” Aisyah bertanya: Wahai Rasulullah, apakah ada setan menyertaiku? Beliau menjawab: “Ya.” Aisyah bertanya: Juga menyertai semua manusia? Beliau menjawab: “Ya.” Ia bertanya: Menyertai Tuan juga? Beliau menjawab: “Ya, hanya saja Rabbku menolongku mengalahkannya hingga ia masuk Islam.” [H.R. Imam Muslim]
 
4. Dari Ummul mu’minin Shafiyah binti Huyay radhiallahu ‘anha, katanya: “Nabi s.a.w. pada suatu saat beri’tikaf, lalu saya datang untuk menengoknya di waktu malam, lalu saya berbicara dengannya, kemudian saya berdiri untuk kembali ke rumah. Tiba- tiba beliau s.a.w. juga berdiri beserta saya untuk mengantarkan saya pulang. Selanjutnya ada dua orang lelaki dari kaum Anshar radhiallahu ‘anhuma berjalan melalui tempat itu. Setelah keduanya melihat Nabi s.a.w. lalu keduanyapun bercepat-cepat menyingkir. Nabi s.a.w. lalu bersabda: “Perlahan-lahanlah berjalan, hai saudara berdua. Ini adalah Shafiyah binti Huyay.” Keduanya lalu berkata:”Subhanallah, ya Rasulullah.” Beliau s.a.w. lalu bersabda: “Sesungguhnya syaitan itu berjalan dalam tubuh anak Adam – yakni manusia – sebagaimana aliran darah. Sesungguhnya saya takut kalau-kalau dalam hatimu berdua itu timbul sesuatu yang jahat atau mengatakan sesuatu yang tidak baik.” (Muttafaq ‘alaih)

Rasulullah SAW, manusia berderajat paling mulia di sisi Allah SWT, mengakui bahwa dalam dirinya juga ada setannya, berdasarkan sabdanya: “Tidaklah seorang pun dari kalian melainkan dikuasai pendamping dari kalangan jin.” Mereka bertanya: Tuan juga, wahai Rasulullah? beliau menjawab: “Aku juga, hanya saja Allah membantuku mengalahkannya lalu ia masuk Islam, ia hanya memerintahkan kebaikan padaku.”. Apalagi manusia biasa yang tidak maksum, tentunya lebih banyak dan jahat setan dalam dirinya.

Kapan manusia biasa itu mengalahkan setan-setannya?.
Berdasarkan riwayat hidup Nabi SAW, pada waktu masih balita, beliau dibedah dan dibersihkan isi dadanya oleh malaikat Jibril. Kemudian menjelang perjalanan isra’ mikraj, beliau di bedah lagi dan dibersihkan isi dadanya oleh malaikat Jibril.

Kapan manusia biasa dibedah dan dibersihkan isi dadanya ?
Supaya manusia itu sehat, maka perlu diprogramkan secara berkala suatu “general chek up” atau pemeriksaan secara umum, walaupun saat itu tidak dirasakan ada penyakit. Walapun penyakit tidak dirasakan, tetapi dengan “general chek up” akan dapat diketahui indikator-indikator kesehatan, bahwa manusia itu masih dalam batas normal atau sudah di luar batas normal sehat.

Dengan selalu melaksanakan “general chek up” secara rutin dan melakukan pola hidup yang sehat sesuai anjuran dokter/tabib ahli, maka insya Allah, manusia akan selalu sehat dan fit. Dengan sehat dan fit nya itu, maka manusia itu akan dengan efektif dan efisien bisa menjalankan aktifitasnya untuk mencapai misi dan tujuan hidupnya.

Allah SWT memerintahkan kaum yang beriman untuk selalu memeriksa dirinya :
“Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu.” (QS 17 Al Israa’ 14)

Memeriksa diri sendiri (menghisab) diperintahkan, tetapi kalau belum mampu memeriksa diri sendiri hendaklah meminta tolong ahlinya, yang dapat dipercaya.
Setelah secara rutin memeriksa dirinya, kaum yang beriman diperintahkan pula untuk mengobati dan membersihkan dirinya : “Maka diilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (QS 91:8-10).

Manusia yang melaksanakan penyucian jiwa sudah beruntung, apalagi manusia yang jiwanya relatif suci, akan semakin banyak keuntungannya. Sebaliknya manusia yang baru mengotori jiwanya akan merugi, apalagi yang sudah kotor jiwanya akan semakin merugi. Sangatlah rugi manusia yang belum pernah memeriksakan dirinya, tetapi sudah merasa bersih jiwanya, padahal tanpa diketahuinya sesungguhnya masih banyak sifat-sifat kotor dalam dirinya.

Tabib Dan Obat Untuk Manusia
Dokter atau tabib yang diberikan wewenang untuk memeriksa dan mengobati jiwa manusia, yaitu Rasulullah SAW dan para ulama penerus ilmu Nabi SAW sebagaimana telah diterangkan dalam Al Qur’an :
- Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata (QS 3/ Ali Imran 64).
- Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. (QS 10:57).
- Dan Kami turunkan dari Al Qur’an suatu yang menjadi obat dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang dzalim selain kerugian. (QS 17:82).
- Hadis Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang bersabda “Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi. Sungguh para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham. Sungguh mereka hanya mewariskan ilmu, maka barangsiapa mengambil warisan tersebut ia telah mengambil bagian yg banyak.” Ad-Darimi di dalam Sunan Abu Dawud no. 3641 Ibnu Majah di dalam Muqaddimah dan dishahihkan oleh Al-Hakim dan Ibnu Hibban.

Ulama Pewaris Para Nabi
Satu dari beberapa ulama pewaris ilmu Nabi SAW adalah Imam Ghazali. Beliau menulis dalam kitabnya Ihya Ulumuddin :
“Kita sering mengejek orang-orang yang menyembah berhala. Padahal, siapa tahu, kita ini sebenarnya sedang menyembah anjing atau babi yang ada dalam diri kita. Kalau anjing yang kita sembah, kita akan menjadi pendengki dan pendendam. Kalau babi yang kita sembah, kita akan menjadi orang sangat rakus dan serakah. Kalau setan yang kita sembah, kita akan pintar menipu, berkhianat, dan pintar mencari-cari alasan untuk menutupi-nutupi kesalahan, mencari pembenaran bagi dosa-dosa kita.

Menurut orang-orang saleh, apa atau siapa yang kita sembah, itulah yang membentuk ruh kita. Ruh kita juga mempunyai bentuk seperti tubuh kita. Bentuk tubuh kita bisa macam-macam, bisa jelek, bisa cantik, dan lain-Iain. Tapi meskipun begitu, bentuk tubuh kita tetap saja bentuk tubuh manusia. Namun, dalam dunia ruh, bentuk ruh itu tidak selalu manusia. Kalau yang kita sembah adalah anjing, maka ruh kita adalah anjing. Kalau yang kita sembah adalah hawa nafsu, mengejar kepuasan sensual dan seksual, maka bentuk ruh kita adalah babi. Kalau kita suka mempedayakan atau menipu orang Iain, maka bentuk ruh kita seperti setan. Dan kalau kita menjadi orang bijaksana, mengendalikan hawa nafsu kita dalam bimbingan syariat, maka kita akan menjadi insan kamil, manusia sempurna.

Dengan begitu, ruh kita bisa menjadi ruh malaikat bisa jadi juga ruh iblis. Iblis juga semula adalah jin yang dekat derajatnya dengan malaikat. Tapi begitu ia melanggar perintah Tuhan, karena takabur dan dengki, ia jatuh dari derajat malaikat menjadi setan. Kata Imam Ali, iblis itu pernah menyembah Tuhan ribuan tahun. Begitu dekat ia dengan Tuhan sampai Tuhan mengajaknya berkumpul bersama para malaikat saat Dia menciptakan manusia.”
Imam Khomeni menyampaikan dalam Kitab ”40 Hadis Telaah Imam Khomeini – Hadis tentang jihad al-nafs”:
Jika watak kesyahwatan (al-malakah al-syahwiyyah) dan kebinatangan (al-malakah al-bahimiyyah) mendominasi batiniyahnya sehingga kerajaan batinnya berubah menjadi hutan rimba, maka tampilan malakutinyapun akan tampak seperti salah satu binatang yang sesuai dengan watak jiwanya. Jika daya amarah atau kebuasan (al-suba’iyyah) mendominasi batin dan sukmanya sehingga kerajaan batin dan sukmanya ditegakkan atas hukum kekejaman, maka penampilan malakut ghaibnya pun akan menyerupai salah satu binatang buas yang sesuai dengan watak batinya itu.

Demikian pula, jika daya imajinasi atau manipulasi (as-syaithanah) menjadi watak batinnya sehingga watak-watak setan (malakat syaithaniyyah) seperti tipu muslihat, kecurangan, namimah (adu domba) dan menggunjing (ghibah) menjadi wataknya, maka ia akan memiliki penampilan gaib dan malakuti layaknya salah satu setan yang cocok baginya. Kadang kala mungkin pula seorang manusia memiliki penampilan yang menggabungkan dua atau beberapa watak kebinatangan sekaligus. Jika demikian, ia akan mengambil bentuk yang tidak menyerupai salah satu binatang, tetapi kombinasi bentuk yang aneh. Bentuk ini, dalam susunan bentuk yang mengerikan dan menjijikkan, tidak akan menyerupai bentuk binatang manapun di alam ini.

Ketahuilah bahwa kriteria bagi (pengejawantahan) bentuk-bentuk yang berbeda itu (dengan bentuk manusia sebagai salah satunya) adalah keadaan ruh saat berpisah dari tubuh, keadaan tegaknya (hukum-hukum) alam barzakh dan alam akhirat atas ruh manusia, yang bermula persis saat setelah ruh kelur dari dari tubuh manusia. Watak dan sifat ruh saat keluar dari dari tubuh manusia akan menentukan bentuk ukhrawi manusia, yang akan segera tampak bagi mata ghaib di alam barzakh. Setiap manusia di alam barzakh juga akan melihat dirinya dalam bentuk itu ketika pertama kali membuka matanya di sana – bila ia memang memiliki mata penglihatan (bashar).

Tidaklah mesti manusia memasuki alam yang akan datang itu dalam bentuk yang sama dengan ketika berada di alam fisik ini. Allah sendiri telah berfirman melalui lidah sebagian orang: “Wahai Tuhanku, mengapa Kau bangkitkan aku dalam keadaan buta padahal dulunya aku aku dapai melihat”. Allah menjawab, “Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-­ayat Kami, tetapi kamu melupakannya, dan begitu pula pada, hari ini kamu pun dilupakan”. (QS Thaha [20]: 125-126).

Kesimpulan
Pemeriksaan kesehatan diri (jasmani dan ruhani) sangatlah penting, untuk tercapainya misi manusia, yaitu beribadah kepada Allah SWT dengan benar dan tercapainya tujuan hidup manusia, menghadap Allah SWT dengan jiwa muthmainahnya yang bersih/suci,
* “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku” (QS 51:56).

* “Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridai-Nya. Maka masuklah ke dalam jemaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku (QS 89:27-30).

* kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih, (QS 26:89)
* (Ingatlah) ketika ia datang kepada Tuhannya dengan hati yang suci (QS 37:84).
* (Kepada mereka dikatakan): “Salam”, sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang (QS 36:58).
Jiwa muthmainah manusia yang bersih/suci itu adalah jiwa yang telah bersih dari segala sifat-sifat kebinatangan, kesyaitanan dan hawa nafsu menjadikan akhir hidup yang ”khusnul khatimah” atau akhir hidup yang baik di dunia.
Apabila jiwa ini masih dikotori dengan sifat-sfat kebinatangan apalagi sifat-sifat syaitan, maka risiko yan akan dialami manusia adalah akhir hidup yang ”suul khotimah” atau akhir hidup yang buruk dan sengsara.
[1] Terjemah ayat Al Qur’an dlm tulisan ini adalah tafsir sederhana yang semoga bisa membantu memahaminya.


Sumber  Kiriman dari:  AsSalyan
 
Top