Saat ini kita sedang melihat di bangsa ini banyak manusia berebut menjadi pemimpin. Masih lebih baik bila ada cita-cita untuk membawa manusia kepada kebaikan. Mereka mau melihat manusia bangsa ini mejadi baik, mengenal Tuhan, hidup bersyariat, berkasih sayang, bersatu padu dan tolong-menolong. Yang menyedihkan hati adalah niat-niat yang tersirat untuk mendapatkan kekuasaan dan ekonomi sehingga terjadi perpecahan, saling membenci, keributan, dan hilangnya kasih sayang semakin merata di negeri ini.

Marilah kita mencoba merenungkan beberapa hal berikut. Jika rasa cinta dan takut kepada Tuhan adalah kunci segala kebaikan, sedangkan masyarakat yang baik itulah yang kita cita-citakan, maka bagaimana mungkin seorang pemimpin yang tidak kenal dengan Tuhan dapat membawa manusia kepada Tuhan? Jika masyarakat tidak kenal Tuhan bagaimana mungkin dapat taat dan patuh kepada peraturan-peraturan Tuhan? Bagaimana mungkin seorang pemimpin yang tidak memiliki rasa kehambaan dan rasa ber-Tuhan dapat menanamkan rasa itu di hati manusia-manusia yang dipimpinnya? Bagaimana mungkin pemimpin yang hatinya lalai dari mengingat ALLAH dapat membawa hati manusia yang dipimpinnya untuk mengingat ALLAH?

Tentu kita akan mengatakan tidak mungkin pemimpin yang durhaka kepada Tuhan dapat membentuk manusia lain untuk taat dan patuh kepada Tuhan. Pemimpin yang tidak terdidik atau tidak berusaha mendidik dirinya dengan iman dan taqwa tentu saja tidak akan berusaha mendidik manusia yang dipimpinnya kepada iman dan taqwa.

Kita tentu paham bahwa nafsu dalam diri kitalah yang menyebabkan kita susah taat kepadaNya. Nafsu ini pulalah yang akan menjadi ibu dari sifat-sifat mazmumah seperti rasa ego, sombong, iri dengki, tamak, bakhil, pemarah, dsb. Suatu masyarakat hanya akan menjadi baik jika nafsu-nafsu dalam diri-diri mereka telah terdidik. Itulah tugas pemimpin. Oleh karena itu pemimpin harus benar-benar mengenal dirinya sendiri, baik peringkat akalnya, peringkat imannya dan peringkat nafsunya. Jika pemimpin tidak kenal dirinya, bagaimana akan mendidik dirinya dan menundukkan nafsunya. Lebih-lebih lagi, bagaimana akan memimpin orang lain untuk mendidik diri dan menundukkan nafsu mereka. Pemimpin yang zalim tidak akan mampu menjadikan rakyatnya berlaku adil. Pemimpin yang bengis, kasar, keras, pemarah, penipu dan sombong pasti tidak akan mampu membawa kasih sayang, kejujuran, dan perpaduan manusia yang dipimpinnya.

Dalam hal apapun, pemimpin harus melebihi orang lain dalam berbuat. Ketika itu barulah kejayaan akan terjadi pada orang lain. Bahkan pemimpin di dunia kejahatan sekalipun, dirinyalah yang sepatutnya memiliki akhlaq atau perangai yang paling jahat. Jika tidak demikian, dia tidak layak memimpin dalam kejahatan. Sekiranya yang layak menjadi pemimpin kejahatan adalah orang yang paling jahat, sudah barang tentu jika kita menginginkan masyarakat bangsa ini menjadi bangsa yang bertaqwa maka yang layak memimpin adalah orang yang paling bertaqwa. Yaitu orang yang sangat patuh dan taat kepada ALLAH dan Rasul baik secara lahir maupun batin. Dia adalah orang yang sangat takut dengan dosa dan sangat menegakkan hukum-hukum ALLAH dalam diri, keluarga serta masyarakatnya. Orang seperti itulah yang sangat dekat dengan ALLAH. Dia redha dengan ALLAH dan ALLAH pun redha padanya. Pemimpin seperti inilah yang akan senantiasa mendapat panduan dari ALLAH. Dalam hadis Qudsi, ALLAH berfirman: ”Takutlah olehmu firasat orang mukmin karena dia memandang dengan cahaya ALLAH”.

Pemimpin Islam hanya akan berjaya dalam kepemimpinannya kalau dia memiliki sifat taqwa. Tanpa sifat taqwa, ALLAH akan biarkan dia dengan seribu satu macam masalah yang rumit. Bila pemimpin melupakan ALLAH maka ALLAH pun akan melupakan dia. Seorang pemimpin yang bertaqwa, setiap kerja yang dilakukannya akan dibantu, dimudahkan dan diberkati oleh ALLAH. ALLAH telah menyatakan janjiNya dalam firmanNya: ”Barangsiapa yang bertaqwa kepada ALLAH, ALLAH akan lepaskan dia dari masalah hidup dan memberi rezeki dari arah yang tidak diduga” (At Talaq: 2-3) dan “ALLAH menjadi pembela (pembantu) bagi orang yang bertaqwa” (Al Jatsiyah: 19)

Jika saat ini semua masalah kita menjadi semakin rumit dari hari ke hari artinya Tuhan tidak membantu kita, tentu karena kita belum bertaqwa dan belum ada di tengah-tengah kita pemimpin yang bertaqwa. Sedangkan janji Tuhan itu pasti. Oleh karena itu marilah kita berdoa agar Tuhan segera mendatangkan pemimpin yang bertaqwa yang akan memimpin dan mendidik kita menjadi orang yang bertaqwa. Bila manusia bangsa ini sudah menjadi manusia yang bertaqwa, Tuhan pasti akan menunaikan janjinya untuk menyelesaikan segala masalah serta menurunkan rahmat dan berkatnya kepada negeri ini.


Sumber: teman sejati
 
Top