Telepon seluler  saat ini menjadi perantara kuat komunikasi instan bagi penduduk dunia -  bahkan hingga masyarakat yang tidak punya telepon kabel. Jangkauan luas  SMS sudah sepatutnya jadi terobosan alat bantu dalam konservasi laut.
SMS sudah menjadi  salah satu cara terpopuler untuk komunikasi telepon, terutama di Asia.  Cepat, langsung, dan umumnya lebih murah dibanding bicara. SMS juga  bekerja dengan baik di kawasan terpencil, walaupun sinyal kadang  terbatas untuk transmisi pembicaraan.
| Nelayan Filipina berkoordinasi dengan SMS. Foto: Stella Chiu-Freund / WWF Phillipines  | 
Dengan SMS, kita 
yang mau andil dalam konservasi bisa memobilisasi tindakan, mendapatkan informasi, hingga menggalang dukungan. Bayangkan, contohnya, jika saja negara memiliki hotline jaringan SMS untuk jembatani tanggap darurat terkait permasalahan lingkungan pesisir dan laut yang terjadi seketika - seperti tumpahan minyak, perusakan terumbu karang, pembabatan mangrove hingga pencemaran air dari industri -; maka masyarakat tidak perlu menunggu kabar di koran keesokan hari yang sudah telat untuk ditindak lanjuti.
yang mau andil dalam konservasi bisa memobilisasi tindakan, mendapatkan informasi, hingga menggalang dukungan. Bayangkan, contohnya, jika saja negara memiliki hotline jaringan SMS untuk jembatani tanggap darurat terkait permasalahan lingkungan pesisir dan laut yang terjadi seketika - seperti tumpahan minyak, perusakan terumbu karang, pembabatan mangrove hingga pencemaran air dari industri -; maka masyarakat tidak perlu menunggu kabar di koran keesokan hari yang sudah telat untuk ditindak lanjuti.
Masyarakat dan  stakeholder yang menyaksikan kejadian semacam itu bisa SMS-kan laporan  seketika pada hotline untuk dapatkan tanggapan resmi dari pihak terkait  atau informal dari masyarakat sendiri. Bahkan dikombinasikan dengan  social network melalui internet seluler, tidak menutup kemungkinan  masyarakat membagi informasi foto, koordinat lokasi yang bisa perkuat  berita tulisan mereka dengan bukti kuat terjadinya ancaman lingkungan.
Bahkan tanpa  hotline resmi, kekuatan informal masyarakat bisa bawa perubahan besar.Di  Filipina bagian tengah saat ini terbentuk aliansi 900 keluarga nelayan  yang saling kirim SMS untuk koordinasikan usaha-usaha konservasi lokal  untuk lindungi 150 kilometer busur terumbu atol.
Memanfaatkan  telepon seluler yang didonasikan oleh masyarakat Filipina pendukung  konservasi dari luar kawasan tersebut, nelayan-nelayan bisa dengan  seketika mengingatkan kantor pengelola konservasi di tingkat provinsi  hingga kepolisian lokal saat mereka jumpai aktifitas ilegal seperti  pengeboman ikan, dan pengangkapan ikan yang dilarang seperti dengan  pukat - hampir semua yang saat ini dorong ekosistem pesisir mereka ke  penghabisan.
Dengan cara ini  pula para pemimpin aliansi nelayan telah laporkan banyak pelanggaran  konservasi di kawasan perlindungan hingga masalah terkait kelumpuhan  birokrasi dari aparat konservasi pemerintah sendiri. Laporan mereka juga  terbuka untuk umum, hingga media massa bisa menyentuh untuk  sebarluaskan secara nasional kejadian di skala lokal. Luar biasa.
Di Indonesia,  inisiatif serupa sudah dijalankan di Taman Nasional Karimunjawa, Jawa  Tengah. Kerjasama antara aparat Balai Taman Nasional Karimunjawa dengan  masyarakat dan kelompok nelayan Karimunjawa telah bentuk mekanisme  kontak SMS untuk jaga kawasan perairan kepulauan yang dilindungi negara.
Menipisnya  cadangan ikan di perairan Karimunjawa, terancamnya kelulushidupan  ikan-ikan muda di kepulauan Karimunjawa, serta penyelamatan satwa  terancam punah seperti penyu; membutuhkan penurunan intensitas  penangkapan ikan, terutama dari cara tangkap yang tidak efisien dan  merusak yang datang dari nelayan luar perairan. 
Dalam prakteknya,  nelayan berkolaborasi dengan aparat Balai Taman Nasional untuk memantau  aktifitas perairan di zona konservasi disela rutinitas melaut Nelayan  dan melaporkan ke balai melalui SMS jika insiden pelanggaran terjadi.  Teknologi seluler menjembatani terobosan pengelolaan kawasan  perlindungan laut secara kolaboratif di Indonesia.
Jauh di Afrika,  SMS juga andil kuat dalam konservasi. Nelayan di pulau atau perairan  pelosok sebelum menangkap spesies ikan lebih lanjut, mereka terlebih  dahulu meng-SMS rekan mereka di pasar apakah jenis tersebut harganya  sedang baik atau turun. Di Afrika Selatan, peminat ikan segar dan pehobi  hidangan laut bisa SMS ke hotline resmi untuk cek apakah ikan tersebut  tergolong 'lestari' atau tidak.
Terkait  perlindungan spesies dan ekosistem secara tidak langsung, SMS dan  teknologi seluler lainnya juga sudah sudah menjembatani kordinasi antara  praktisi konservasi dengan donor konservasi - dengan mudah saat ini  masyarakat bisa lakukan donasi dengan aplikasi selfon keluaran lembaga  konservasi lingkungan internasional. SMS  dan jejaring sosial seluler tidak luput juga menjembatani penyebaran  berita konservasi, memudahkan pencernaan temuan ilmiah pad amasyarakat  seperti contohnya: @laut_kita dan beberapa akun twitter yang  di-follow-nya.
Ayo, tunggu apa  lagi? Jangan berhenti gunakan dua ibu jari untuk sebar ajakan untuk  andil selamatkan lingkungan pesisir dan laut kita.
2/3 Indonesia adalah lautan, pastikan hati dan tindakan kita 2/3 untuk konservasi lautan.
sumber referensi: Laut dan kita
http://lautkita.blogspot.com/search/label/Perikanan%20Lestari
