Nasehat yang baik

<div style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://www.omm.com/files/FirmService/cc194013-fda8-4c5b-89d1-248544922797/Presentation/ceServiceImage/indonesia-puppet.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="180" src="http://www.omm.com/files/FirmService/cc194013-fda8-4c5b-89d1-248544922797/Presentation/ceServiceImage/indonesia-puppet.jpg" width="320" /></a></div><span style="font-size: small;">Ada beberapa prinsip yang perlu dipahami ketika kita berada dalam posisi sebagai pemberi nasehat. <b><i>Pertama</i>, </b> hal penting yang perlu diperhatikan dalam menasehati saudara kita adalah masalah niat. Sampaikanlah nasehat semata-mata karena Allah, bukan karena tujuan keduniawian atau nafsu dan hasrat pribadi. </span><br /><a name='more'></a><span style="font-size: small;">Dengan begitu, kita tidak perlu berkecil hati bila nasehat kita tidak diterima dengan baik. Anggaplah respon negatif tersebut sebagai ujian kesabaran. Pengalaman mengajarkan, orang-orang yang kecewa –sekalipun karena nasehat yang terbuka dan korektif- pada waktunya akan menghargai dan berterimakasih dalam hati mereka. Mengapa berkecil hati, bukankah nasehat itu ibarat pohon kebaikan yang kita tanam dan kita tidak tahu kapan akan tumbuh dan berbuah (QS. Al-A’raf:164). <br /><a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=6765155964746020097" name="more"></a></span> <span style="font-size: small;"><br /></span> </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><b><i>Kedua</i>,</b> agar sebuah nasehat efektif, tunjukkanlah cinta, kasih sayang dan keikhlasan saat memberi nasehat. Hindari nada bicara yang menunjukan kebanggaan, celaan, olok-olok atau cemoohan. (QS. Al-Hujurat:11) </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><b><i>Ketiga</i></b>, masalah pemilihan waktu yang tepat, perlu juga diperhatikan. Akhlak Islam menuntut kita menyampaikan nasehat secara pribadi, bukan di depan khalayak ramai, untuk menghindari timbulnya perasaan yang tidak baik. Tujuan nasehat adalah memperbaiki kelemahan dan menyempurnakan kekurangan seseorang, bukan mengumumkan dan mensosialisasikan kesalahannya.  </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br /></span> </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><b><i>Keempat</i>,</b> bersabar dan berhati-hati dalam menggunakan perkataan dan memilih suasana emosi yang tepat. Kita tidak boleh tersinggung atau kecewa jika nasehat kita tidak berpengaruh bagi orang lain. Mungkin semua itu membutuhkan waktu. </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br /></span> </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><b><i>Kelima</i></b>, jauhi pertentangan yang sia-sia. Adakalanya, pendapat kita salah dan pendapat orang yang kita beri nasehat itu benar. Dalam situasi ini, ubahlah tindakan memberi nasehat menjadi ajang bertukar pikiran dengan penuh persaudaraan. Ingatlah, tanggung jawab kita hanyalah memberi nasehat, bukan hidayah. Sebuah nasehat tak akan bermanfaat kecuali hanya dengan izin-Nya dan bergantung pula pada kadar keimanan penerima nasehat. Allah Swt berfirman, ”dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Adz-Dzariyat: 55)</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br /></span> </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><b><i>Keenam</i>,</b> jadilah cermin yang detil dengan memberi informasi yang lebih spesifik. Misalnya nasehat tentang kebersihan masih bersifat global dan umum. Agar saudara kita menyadari masalahnya, sebutkan hal yang spesifik, misalnya nafas yang kurang sedap atau pakai yang kumal.  </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br /></span> </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Dalam manajemen nasehat diperlukan kepekaan dan kearifan yang tinggi agar mencapai hasil optimal (QS. An-Nahl:125). Presiden Lincoln, lebih dari seratus tahun yang lalu, berkata, ”Orang lebih mudah menangkap lalat dengan sirop daripada dengan cuka.” Sesungguhnya ajaran Islam telah lebih dulu menganjurkan umatnya agar ‘menangkap orang’ dengan keramah-tamahan yang manis, bukan dengan gertakan-gertakan yang kecut, sekalipun terhadap anak dan orang kesayangan yang paling dekat. Ini misteri hati yang sangat lemah dan rapuh dalam menghadapi kelembutan. </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br /></span> </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Allah Swt membekali Nabi Muhammad Saw dengan sifat kelembutan untuk berdakwah menghadapi umatnya (QS. Ali-Imran: 159). Itulah sebabnya dalam beberapa kisah, seringkali orang-orang yang diberikan nasehat oleh Nabi Saw meresponnya sambil mengungkapkan perasaan bahwa orang itu mencintai nabi. Sungguh ini bukan sekedar buah dari nasehat yang berlogika tajam dan cerdas, melainkan nasehat itu bersandar pada sifat kelemah-lembutan yang bisa langsung menyentuh dasar hati penerima nasehat.  </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Pelajaran ini, insya Allah membuka mata dan kesadaran kita akan dampak dari pemberian nasehat berbobot yang disampaikan dengan penuh kelembutan. Bila hal ini dilakukan secara berkelanjutan dan berulang-ulang, tanpa disadari, diantara pemberi dan penerima nasehat, akan tumbuh jalinan ikatan kasih sayang maupun persaudaraan yang semakin kuat. </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br /></span> </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Sejauh ini, bila interaksi nasehat menasehati terjadi diantara sesama laki-laki, maupun sesama wanita, dampak dari sikap lembut dan ramah selalu bernilai positif. Akan tetapi, fakta lapangan seringkali menunjukkan hal yang ’negatif’ bila aktifitas saling menasehati terjadi antara seorang laki-laki dan seorang wanita. Kedekatan yang berawal dari motivasi yang ikhlas perlahan-lahan terkontaminasi oleh rasa ketertarikan yang berhembus dari nafsu dan hasrat pribadi. Nasehat yang mulanya mengalir tulus tanpa mengharapkan sesuatu kecuali ingin memperbaiki kekurangan saudaranya, sedikit demi sedikit bergeser menjadi pengharapan akan penerimaan yang lebih dalam. Perhatian yang berlebihan (dalam konotasi negatif) dan rasa ingin selalu dekat selalu bercampur dengan semangat keikhlasan saat ingin memberikan nasehat. Ketergantungan seketika tercipta, seolah-olah hanya sang penasehat yang mampu menasehati dirinya. Lebih jauh lagi, pengakuan verbal sebagai satu-satunya penasehat spiritual acapkali mendorong keinginan untuk memberikan ’wewenang’ tambahan kepada sang penasehat agar mau berperan lebih yaitu sebagai penasehat pribadi dalam rumah tangga. </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br /></span> </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Kita tidak hendak membahas pro dan kontra dari akibat aktifitas saling menasehati antara lawan jenis, kecuali sekedar menunjukkan benang merah hubungan sebab akibat antara sikap lembut dalam menasehati dan hasrat ketertarikan dari dorongan nafsu manusiawi. Satu hal yang perlu dicermati adalah bahwa kita membutuhkan persiapan dan kewaspadaan ekstra di dalam hati ketika memutuskan untuk terjun dalam wilayah saling menasehati kepada seseorang (dakwah fardiyah) yang berbeda jenis dengan kita. Tanpa kematangan dan kekokohan spiritual yang mantab, sebaiknya urungkan niat anda untuk masuk terlalu dalam ke wilayah ini. Yang pasti, syetan selalu mengintai dan berupaya mencari celah-celah kelalaian dan kelengahan dalam semua aktifitas amal sholeh yang dilakukan oleh setiap hamba Allah. Semoga Allah Swt selalu melindungi kita semua dari godaan syetan yang terkutuk. Wallahu’alam bishawab. </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br /></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br /></span></div><div class="MsoNormal" style="color: white; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">SUMBER: Lentera Kehidupan</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="color: white;">http://modifikasithebloger.blogspot.com/2011/09/mawas-diri.html</span></span></div>

Nasehat yang baik

Ada beberapa prinsip yang perlu dipahami ketika kita berada dalam posisi sebagai pemberi nasehat. Pertama, hal penting yang perlu diperhatikan dalam menasehati saudara kita adalah masalah niat. Sa…

Read more »

Kesepahaman Dalam rangka Memantapkan Penyuluh Perikanan

<div style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://encrypted-tbn1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcS41GuvTj87lW729ONKEXsGwBvYLnqQyRj-5OGAJ0VpRm6mYUfgeA" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="265" src="https://encrypted-tbn1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcS41GuvTj87lW729ONKEXsGwBvYLnqQyRj-5OGAJ0VpRm6mYUfgeA" width="400" /></a></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Mengeratkan hubungan silaturahmi, perkuat koordinasi dan saling pedulu terhadap kebutuhan masing-masing. Hal inilah yang mengemuka dalam pertemuan penguatan Kelembagaan dan Ketenagaan<span id="dtx-highlighting-item"> Penyuluhan </span>Perikanan di kawasan Minapolitan dan potensi perikanan yang diadakan badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BPSDMKP) melalui Pusat<span id="dtx-highlighting-item"> Penyuluhan </span>Kelautan dan Perikanan ( Pusluh KP) pada 23-25 Mei lalu di Jakarta.</span></span></div><a name='more'></a></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Kepala Bidang Pengkajian dan Teknologi Perikanan, Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Papua Barat, Justhinus Choendrat Peday mengungkapkan, bahwa kegiatan ini sangatlah baik untuk mencerahkan dan mengarahkan kembali tafsiran yang berbeda dari setiap pihak untuk saling peduli."karena ketika suatu kebijakan keluar, setiap pihak mengartikan sesuai pemikiran masing-masing sehingga tiada suatu kesepahaman," ujarnya.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Justhinus melanjutkan,<span id="dtx-highlighting-item"> dengan </span>disatukan seperti ini, maka setiap pihak disosialisasikan sehingga segala perbedaan dapat diatasi."permasalahannya kita ini masih kurang peduli, sehingga persoalan tidak kunjung selesai," tuturnya. Dia memisalkan di daerah kerap pejabat struktural yang menangani<span id="dtx-highlighting-item"> penyuluhan </span>kurang peduli, pejabat fungsional sendiri yang melaksanakan tugas juga tidak paham dan tidak peduli.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><img align="left" alt="" height="214" src="http://www.pusluh.kkp.go.id/public/upload/sepaham_mantap2.jpg" width="326" /></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Kedulian itu harus diangkat dari setiap orang. Dan Justhinus mencontohkan sistem 'jemput bola' adalah salah satu sikap peduli yang harus terus digali," jika memang masih belum mengerti kebijakan atau peraturan, atau ada permasalahan, kita harus terus aktif bertanya mencari sumber permasalahan, konsultasi<span id="dtx-highlighting-item"> dengan </span>pihak yang lebih mengerti. Agar penafsiran pun tidak bertentangan dan menguntungkan semua orang,"tambahnya.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Senada<span id="dtx-highlighting-item"> dengan </span>Justhinus, Kordinator Penyuluh Perikanan BP4K (Badan Pelaksana<span id="dtx-highlighting-item"> Penyuluhan </span>Pertanian, Perikanan dan Kehutana) Kabupaten Subang Yahya Hidayat menganggap pertemuan ini sangat bermanfaat untuk memadukan setiap suara."<span id="dtx-highlighting-item"> sering </span>kita dengar<span id="dtx-highlighting-item"> penyuluhan </span>yang tidak sepaham<span id="dtx-highlighting-item"> dengan </span>dinas, suara<span id="dtx-highlighting-item"> penyuluhan </span>yang kerap dikesampingkan. dari sini kita bertemu, bicara dan menjalankan apa yang sudah ditetapkan dalam peraturan serta kebijakan pusat," ujar Yahya.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Masalah Ketenagaan dan Kelembagaan</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Kegiatan ini dihadiri 575 perserta dari<span id="dtx-highlighting-item"> berbagai </span>daerah. Yakni Badan Koordinasi<span id="dtx-highlighting-item"> Penyuluhan </span>(Bakorluh) dari 25 provinsi, Badan Kepegawaian Daerah (BKD) dari 150 Kabupaten/kota, Badan Pelaksana<span id="dtx-highlighting-item"> Penyuluhan </span>(Beppeluh) dan Dinas Kelautan dan Perikanan dari 160 Kabupaten/kota, koordinator penyuluh Perikanan dari 200 kabupaten/kota, serta jajaran struktural dan fungsional BPSDMKP.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Disini diangkat banyak hal yang terjadi di daerah. mulai dari masalah melaksanakan inpassing (alih Fungsi) untuk memenuhi kuota penyuluh, formasi penyuluh, batas usia pensiun hingga validasi data<span id="dtx-highlighting-item"> penyuluhan</span>l." Masih sulit untuk menambah jumlah penyuluh, karena di daerah kerapkali kuota penyuluh perikanan belum begitu diperhatikan," ujar Yahya.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Daerahpun dibangun untuk mempercepat proses inpassing, terlebih waktu yang semakin sempit." Target produksi perikanan 353% menjadi target kita bersama. jika jumlah penyuluh bertambah, pembinaan kelompok-kelompok pelaku utama/ pelaku usaha pun menjadi lebih efektif," lanjut Yahya.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Tak lepas pula persoalan yang mendera pelaksanaan program-program Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) di daerah." Sekarang ini program lebih difokuskan pada pihak yang dekat, masih kurang diperhatikan siapa yang lebih membutuhkan sehingga banyak program tidak berjalan efektif," tambah Justhinus.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Diamini oleh kepala BPSDMKP, Sjarief Widjaja, banyaknya persoalan-persoalan didaerah lebih diakibatkan kurangnya<span id="dtx-highlighting-item"> pemahaman</span>."Muaranya itu ketidakpahaman dan tidak ada maksud jelek. maka tugas kitalah memberitahu </span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">pemangku kepentingan usaha kita, mempererat tali silaturahmi agar mereka paham dan menyelesaikan persoalan yang timbul,"ujar Sjarief.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Fokus di Daerah</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span><span id="dtx-highlighting-item">Dengan </span>adanya kegiatan ini terselip harapan besar aplikasi yang akan diterapkan. Yahya berharap pembicaraan apapun kegiatan lain dapat difokuskan didaerah." Akan lebih baik jika pusat langsung mendatangi daerah, mengadakan pembicaraan langsung antara dinas, badan yang menangani<span id="dtx-highlighting-item"> penyuluhan</span>, serta penyuluh itu sendiri sehingga dapat langsung dilihat permasalahan apa yang terjadi." katanya.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Dan didaerah kerapkali fasilitas menjadi hal yang menyulitkan penyuluh. Yahya mengatakan penyuluh<span id="dtx-highlighting-item"> sering</span>kali meminjam dari penyuluh sektor lain untu7k berkerja karena tiadanya fasilitas yang dibutuhkan." Disini juga kita harapkan fasilitas yang awalnya disediakan untuk penyuluh dilapangan memang betul untuk penyuluh dan dapat kita manfaatkan untuk membina pelaku utama/pelaku usaha,"Ujarnya.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Sementara Justhinus menyebut kan pancasila harus menjadi dasar hati setiap orang indonesia." selama ini kita kurang peduli, cobalah kita kembali kepancasila dan lihat bagaimana dulu bangsa ini dibentuk dan bersatu. kita akan menyatukan pemikiran, mencari solusi tepat dan saling memperhatikan kebutuhan orang lain," ujarnya</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span><span id="dtx-highlighting-item">Dengan </span>pancasila, sebagai peraturan dapat diaplikasikan secara tepat." Cinta tanah air dan bangsa maka kita manfaatkan sumberdaya perikanan<span id="dtx-highlighting-item"> dengan </span>memperhatikan daya dukung yang ada," tambah Justhinus. Hal ini tidak lepas dari visi serta misi KKP untuk meningkatkan produksi, dan tentunya tidak bisa berjalan begitu saja, harus ada perhitungan, analisis dan perencanaan. maka Justhinus berharap Kolaborasi dan kepedulian terhadap sesama dari dasar pancasila menjadi pedoman untuk kep[entingan bersama.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Dan hasil dari kegiatan nantinya dapat memantapkan masalah ketenagaan dan kelembagaan di daerah."<span id="dtx-highlighting-item"> Dengan </span>narasumber yang berkompeten dibidang ketenagaan dan kelembagaan, kita mendapatkan informasi yang dibutuhkan,"ujar kepala Pusluh KP, Herman Suherman.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Kesepahaman dari pertemuan ini diharapkan dapat berimbas pada pencairan persoalan yang selalu timbul di tiap daerah." Karena Sektor kelautan dan Perikanan merupakan sektor yang masih muda, kita maklum masih kurang nya koordinasi. Perlahan-lahan dan segera kita selesaikan dan akhirnya dapat memantapkan kinerja penyuluh perikanan didaerah masing-masing." tutur Herman.  </span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">(Dini)</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Update: Pusat penyuluhan Perikanan, Badan Pengembangan sumberdaya  Manusia Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, jakarta</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">http://www.pusluh.kkp.go.id/index.php/arsip/c/52/Kesepahaman-Memantapkan-Penyuluh-Perikanan/?category_id=1</span></span></div>

Kesepahaman Dalam rangka Memantapkan Penyuluh Perikanan

Mengeratkan hubungan silaturahmi, perkuat koordinasi dan saling pedulu terhadap kebutuhan masing-masing. Hal inilah yang mengemuka dalam pertemuan penguatan Kelembagaan dan Ketenagaan Penyuluhan Pe…

Read more »

Selalu Ada Perubahan dan Berencana dalam sistim penyuluhan

<div style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://encrypted-tbn2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSqKokkv8PCdXaYLgUY2V4iUaO7oHn-z5ttTms0FojV8eniKB9Q" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="263" src="https://encrypted-tbn2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSqKokkv8PCdXaYLgUY2V4iUaO7oHn-z5ttTms0FojV8eniKB9Q" width="400" /></a></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Penyuluh<span id="dtx-highlighting-item">an </span>sering diidentik<span id="dtx-highlighting-item">an </span>deng<span id="dtx-highlighting-item">an </span>berbagai pemaham<span id="dtx-highlighting-item">an </span>seperti; penyebarluas<span id="dtx-highlighting-item">an </span>informasi, proses pener<span id="dtx-highlighting-item">an</span>g<span id="dtx-highlighting-item">an</span>/penjelas<span id="dtx-highlighting-item">an</span>, pendidik<span id="dtx-highlighting-item">an </span>non-formal, perubah<span id="dtx-highlighting-item">an </span>perilaku, rekayasa sosial, pemasar<span id="dtx-highlighting-item">an </span>inovasi (teknis d<span id="dtx-highlighting-item">an </span>sosial), perubah<span id="dtx-highlighting-item">an </span>sosial (perilaku individu, nilai-nilai, hubung<span id="dtx-highlighting-item">an </span><span id="dtx-highlighting-item">an</span>tar individu, kelembaga<span id="dtx-highlighting-item">an</span>), pemberdaya<span id="dtx-highlighting-item">an </span>masyarakat (community empowerment) d<span id="dtx-highlighting-item">an </span>penguat<span id="dtx-highlighting-item">an </span>komunitas (community strengthening) (Mardik<span id="dtx-highlighting-item">an</span>to, 2009).</span></span></div><a name='more'></a></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Menurut Mardik<span id="dtx-highlighting-item">an</span>to (2009), perubah<span id="dtx-highlighting-item">an </span>terenc<span id="dtx-highlighting-item">an</span>a, pada hakekatnya merupak<span id="dtx-highlighting-item">an </span>suatu proses y<span id="dtx-highlighting-item">an</span>g dinamis, y<span id="dtx-highlighting-item">an</span>g direnc<span id="dtx-highlighting-item">an</span>ak<span id="dtx-highlighting-item">an </span>oleh seseor<span id="dtx-highlighting-item">an</span>g atau y<span id="dtx-highlighting-item">an</span>g tergabung dalam suatu lembaga lembaga sosial. Perubah<span id="dtx-highlighting-item">an </span>terenc<span id="dtx-highlighting-item">an</span>a selalu menuntut ad<span id="dtx-highlighting-item">an</span>ya perenc<span id="dtx-highlighting-item">an</span>a<span id="dtx-highlighting-item">an</span>, pelaks<span id="dtx-highlighting-item">an</span>a<span id="dtx-highlighting-item">an </span>kegiat<span id="dtx-highlighting-item">an </span>y<span id="dtx-highlighting-item">an</span>g direnc<span id="dtx-highlighting-item">an</span>ak<span id="dtx-highlighting-item">an </span>d<span id="dtx-highlighting-item">an </span>evaluasi terhadap pelaks<span id="dtx-highlighting-item">an</span>a<span id="dtx-highlighting-item">an </span>d<span id="dtx-highlighting-item">an </span>hasil hasil kegiat<span id="dtx-highlighting-item">an </span>y<span id="dtx-highlighting-item">an</span>g telah dilaks<span id="dtx-highlighting-item">an</span>ak<span id="dtx-highlighting-item">an</span>. </span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><b>Tipe Perubah<span id="dtx-highlighting-item">an </span></b></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Pemb<span id="dtx-highlighting-item">an</span>gun<span id="dtx-highlighting-item">an </span>y<span id="dtx-highlighting-item">an</span>g efektif, buk<span id="dtx-highlighting-item">an </span>semata-mata karena ad<span id="dtx-highlighting-item">an</span>ya kesempat<span id="dtx-highlighting-item">an</span>, tetapi merupak<span id="dtx-highlighting-item">an </span>hasil dari penentu<span id="dtx-highlighting-item">an </span>pilih<span id="dtx-highlighting-item">an</span>-pilih<span id="dtx-highlighting-item">an </span>kegiat<span id="dtx-highlighting-item">an</span>, buk<span id="dtx-highlighting-item">an </span>hasil trial<span id="dtx-highlighting-item"> an</span>d error tetapi merupak<span id="dtx-highlighting-item">an </span>akibat dari perenc<span id="dtx-highlighting-item">an</span>a<span id="dtx-highlighting-item">an </span>y<span id="dtx-highlighting-item">an</span>g baik (Martinez dalam Mardik<span id="dtx-highlighting-item">an</span>to, 2009). Begitu pula deng<span id="dtx-highlighting-item">an </span>pemberdaya<span id="dtx-highlighting-item">an </span>masyarakat, untuk memperoleh hasil secara efektif harus melalui perenc<span id="dtx-highlighting-item">an</span>a<span id="dtx-highlighting-item">an </span>program y<span id="dtx-highlighting-item">an</span>g baik. Suatu perenc<span id="dtx-highlighting-item">an</span>a<span id="dtx-highlighting-item">an </span>program y<span id="dtx-highlighting-item">an</span>g baik diharapk<span id="dtx-highlighting-item">an </span>ak<span id="dtx-highlighting-item">an </span>memberik<span id="dtx-highlighting-item">an </span>hasil y<span id="dtx-highlighting-item">an</span>g memuask<span id="dtx-highlighting-item">an</span>. Oleh karena itu, penting untuk memahami apa sebenarnya makna dari perenc<span id="dtx-highlighting-item">an</span>a<span id="dtx-highlighting-item">an </span> agar dapat menyusun suatu perenc<span id="dtx-highlighting-item">an</span>a<span id="dtx-highlighting-item">an </span>deng<span id="dtx-highlighting-item">an </span>baik.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Tipe perubah<span id="dtx-highlighting-item">an </span>menurut Boyle (1981) terdiri atas 1) Perubah<span id="dtx-highlighting-item">an </span>Individu, 2) Perubah<span id="dtx-highlighting-item">an </span>Kelompok, 3) Perubah<span id="dtx-highlighting-item">an </span>Budaya, 4) Perubah<span id="dtx-highlighting-item">an </span>Politik, 5) Perubah<span id="dtx-highlighting-item">an </span>Teknologi, d<span id="dtx-highlighting-item">an </span>6) Perubah<span id="dtx-highlighting-item">an </span>Ekonomi. </span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><b>Tahap<span id="dtx-highlighting-item">an </span>Perubah<span id="dtx-highlighting-item">an </span>Berenc<span id="dtx-highlighting-item">an</span>a </b></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Kurt Lewin dalam pioner<span id="dtx-highlighting-item"> an</span>alisisnya mengemukak<span id="dtx-highlighting-item">an </span>bahwa dalam proses perubah<span id="dtx-highlighting-item">an </span>berenc<span id="dtx-highlighting-item">an</span>a (melaks<span id="dtx-highlighting-item">an</span>ak<span id="dtx-highlighting-item">an </span>pengubah<span id="dtx-highlighting-item">an</span>) ada 3, yaitu :</span></span><br /><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">   </span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">   1.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Tahap mencairk<span id="dtx-highlighting-item">an </span>hubung<span id="dtx-highlighting-item">an </span>(unfreezing the present level);</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">   2.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Tahap menggerakk<span id="dtx-highlighting-item">an </span>sasar<span id="dtx-highlighting-item">an </span>(moving to the new level); d<span id="dtx-highlighting-item">an</span></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">   3.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Tahap membekuk<span id="dtx-highlighting-item">an </span>hubung<span id="dtx-highlighting-item">an </span>(freezing group life on the new level).</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><b>Faktor Pendorong d<span id="dtx-highlighting-item">an </span>Penghambat Perubah<span id="dtx-highlighting-item">an </span>Berenc<span id="dtx-highlighting-item">an</span>a </b></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Perubah<span id="dtx-highlighting-item">an</span>-perubah<span id="dtx-highlighting-item">an </span>sosial y<span id="dtx-highlighting-item">an</span>g terjadi dalam suatu masyarakat disebabk<span id="dtx-highlighting-item">an </span>oleh beberapa<span id="dtx-highlighting-item"> hal</span>. Perubah<span id="dtx-highlighting-item">an </span>harus terus terjadi secara dinamis, sehingga masyarakat itu dapat memperoleh kesejahtera<span id="dtx-highlighting-item">an </span>d<span id="dtx-highlighting-item">an </span>kemaju<span id="dtx-highlighting-item">an</span>. Perubah<span id="dtx-highlighting-item">an </span>y<span id="dtx-highlighting-item">an</span>g dikehendaki masyarakatialah perubah<span id="dtx-highlighting-item">an </span>y<span id="dtx-highlighting-item">an</span>g memberik<span id="dtx-highlighting-item">an </span>dampak memb<span id="dtx-highlighting-item">an</span>gun masyarakat itu menjadi lebih baik, buk<span id="dtx-highlighting-item">an</span>nya mengh<span id="dtx-highlighting-item">an</span>curk<span id="dtx-highlighting-item">an</span>nya.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Untuk lebih mengerti penyebab perubah<span id="dtx-highlighting-item">an</span>-perubah<span id="dtx-highlighting-item">an </span>sosial y<span id="dtx-highlighting-item">an</span>g terjadi, perlu<span id="dtx-highlighting-item"> an</span>alisis tent<span id="dtx-highlighting-item">an</span>g faktor pendorong maupun penghambat dalam perubah<span id="dtx-highlighting-item">an </span>y<span id="dtx-highlighting-item">an</span>g terjadi itu Dari<span id="dtx-highlighting-item"> an</span>alisis tersebut, masyarakat mampu mempelajari  d<span id="dtx-highlighting-item">an </span>memperbaiki perubah<span id="dtx-highlighting-item">an </span>m<span id="dtx-highlighting-item">an</span>a y<span id="dtx-highlighting-item">an</span>g dikehendaki terjadi di masyarakat itu. Faktor-faktor pendorong perubah<span id="dtx-highlighting-item">an </span><span id="dtx-highlighting-item">an</span>tara lain :</span></span></div><ol style="text-align: justify;"><li><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Kontak atau komunikasi deng<span id="dtx-highlighting-item">an </span>kebudaya<span id="dtx-highlighting-item">an </span>lain dapat meningkatk<span id="dtx-highlighting-item">an </span>interaksi sosial suatu masyarakat, sehingga kemaju<span id="dtx-highlighting-item">an</span>-kemaju<span id="dtx-highlighting-item">an </span>y<span id="dtx-highlighting-item">an</span>g ada di salah <span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>satu masyarakat dapat di<span id="dtx-highlighting-item">bagi</span>k<span id="dtx-highlighting-item">an </span>deng<span id="dtx-highlighting-item">an </span>masyarakat lainnya.</span></span></li><li><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Pendidik<span id="dtx-highlighting-item">an </span>y<span id="dtx-highlighting-item">an</span>g maju ak<span id="dtx-highlighting-item">an </span>menumbuhk<span id="dtx-highlighting-item">an </span>pola pikir baru dalam setiap masyarakat untuk dapat berkemb<span id="dtx-highlighting-item">an</span>g d<span id="dtx-highlighting-item">an </span>berprestasi, sehingga kemaju<span id="dtx-highlighting-item">an </span>dalam <span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>setiap masyarakat itu ak<span id="dtx-highlighting-item">an </span>diperoleh. </span></span></li><li><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Kebutuh<span id="dtx-highlighting-item">an </span>ak<span id="dtx-highlighting-item">an </span>prestasi (need for achievements) juga ak<span id="dtx-highlighting-item">an </span>semakin memicu setiap elemen masyarakat untuk maju.</span></span></li><li><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Sikap menghargai or<span id="dtx-highlighting-item">an</span>g lain d<span id="dtx-highlighting-item">an </span>kebudaya<span id="dtx-highlighting-item">an</span>nya dapat menumbuhk<span id="dtx-highlighting-item">an </span>toler<span id="dtx-highlighting-item">an</span>si terhadap masyarakat lain dalam interaksi sosial y<span id="dtx-highlighting-item">an</span>g terjadi.</span></span></li><li><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Sosialisasi y<span id="dtx-highlighting-item">an</span>g terbuka dapat lebih menampung aspirasi-aspirasi masyarakat baik dari luar maupun dari dalam masyarakat itu.</span></span></li><li><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Penduduk y<span id="dtx-highlighting-item">an</span>g heterogen merupak<span id="dtx-highlighting-item">an </span>salah satu t<span id="dtx-highlighting-item">an</span>da dari telah majunya suatu masyarakat, karena telah mampu menerima perubah<span id="dtx-highlighting-item">an </span>y<span id="dtx-highlighting-item">an</span>g dinamis <span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>deng<span id="dtx-highlighting-item">an </span>tetap menjaga toler<span id="dtx-highlighting-item">an</span>si.</span></span></li><li><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Ketidakpuas<span id="dtx-highlighting-item">an </span>terhadap keada<span id="dtx-highlighting-item">an </span>y<span id="dtx-highlighting-item">an</span>g terjadi didalam masyarakat itu menyebabk<span id="dtx-highlighting-item">an </span>setiap elemen masyarakat dapat merubah atau merevolusi keada<span id="dtx-highlighting-item">an </span><span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>tersebut menjadi lebih baik dari sebelumnya. </span></span></li><li><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Masyarakat y<span id="dtx-highlighting-item">an</span>g berorientasi ke masa dep<span id="dtx-highlighting-item">an </span>ak<span id="dtx-highlighting-item">an </span>membawa masyarakat itu memb<span id="dtx-highlighting-item">an</span>gun struktur sosial secara bersama-sama menjadi lebih baik untuk <span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>kepenting<span id="dtx-highlighting-item">an </span>bersama.</span></span></li></ol><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"> Sementara itu, terdapat pula faktor-faktor penghambat perubah<span id="dtx-highlighting-item">an </span>y<span id="dtx-highlighting-item">an</span>g perlu di<span id="dtx-highlighting-item"> an</span>alisis melalui beberapa<span id="dtx-highlighting-item"> hal </span>berikut ini: </span></span></div><ol style="text-align: justify;"><li><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Kur<span id="dtx-highlighting-item">an</span>gnya interaksi sosial deng<span id="dtx-highlighting-item">an </span>masyarakat lain dapat menghambat perubah<span id="dtx-highlighting-item">an </span>y<span id="dtx-highlighting-item">an</span>g terjadi. Oleh karena itu, b<span id="dtx-highlighting-item">an</span>gun interaksi sosial deng<span id="dtx-highlighting-item">an </span>masyarakat <span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>luas untuk saling ber<span id="dtx-highlighting-item">bagi </span>kemaju<span id="dtx-highlighting-item">an </span>bersama. </span></span></li><li><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Perkemb<span id="dtx-highlighting-item">an</span>g<span id="dtx-highlighting-item">an </span>ilmu pengetahu<span id="dtx-highlighting-item">an </span>d<span id="dtx-highlighting-item">an </span>teknologi y<span id="dtx-highlighting-item">an</span>g terhambat  dapat memperlambat perubah<span id="dtx-highlighting-item">an </span>suatu masyarakat tersebut. Maka, sebaiknya setiap <span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>masyarakat mampu men<span id="dtx-highlighting-item">an</span>ggapi perkemb<span id="dtx-highlighting-item">an</span>g<span id="dtx-highlighting-item">an </span>y<span id="dtx-highlighting-item">an</span>g terjadi guna perubah<span id="dtx-highlighting-item">an </span>y<span id="dtx-highlighting-item">an</span>g lebih baik lagi. </span></span></li><li><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Sikap masyarakat y<span id="dtx-highlighting-item">an</span>g tradisional d<span id="dtx-highlighting-item">an </span>belum mampu menerima perubah<span id="dtx-highlighting-item">an </span>juga dapat menghambat perubah<span id="dtx-highlighting-item">an </span>sosial. Masyarakat itu perlu melihat dunia <span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>luar y<span id="dtx-highlighting-item">an</span>g telah berkemb<span id="dtx-highlighting-item">an</span>g, sehingga mereka mengerti perlunya perubah<span id="dtx-highlighting-item">an </span>y<span id="dtx-highlighting-item">an</span>g terjadi. </span></span></li><li><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Ketakut<span id="dtx-highlighting-item">an </span>ak<span id="dtx-highlighting-item">an </span>terjadi kegoyah<span id="dtx-highlighting-item">an </span>dalam sistem sosial apabila terjadi perubah<span id="dtx-highlighting-item">an</span>, sehingga masyarakat engg<span id="dtx-highlighting-item">an </span>menerima perubah<span id="dtx-highlighting-item">an </span>itu. Mem<span id="dtx-highlighting-item">an</span>g perlu <span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span><span id="dtx-highlighting-item">an</span>alisis y<span id="dtx-highlighting-item">an</span>g mendalam, bagaim<span id="dtx-highlighting-item">an</span>a pengaruh perubah<span id="dtx-highlighting-item">an </span>itu mampu memiliki dampak y<span id="dtx-highlighting-item">an</span>g positif<span id="dtx-highlighting-item"> bagi </span>perkemb<span id="dtx-highlighting-item">an</span>g<span id="dtx-highlighting-item">an </span>masyarakat agar tidak terjadi <span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>kekacau<span id="dtx-highlighting-item">an </span>dalam sistem sosial. </span></span></li><li><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Pras<span id="dtx-highlighting-item">an</span>gka terhadap<span id="dtx-highlighting-item"> hal </span>baru y<span id="dtx-highlighting-item">an</span>g muncul, sehingga belum mampu menerima ad<span id="dtx-highlighting-item">an</span>ya perubah<span id="dtx-highlighting-item">an </span>y<span id="dtx-highlighting-item">an</span>g terjadi. Perubah<span id="dtx-highlighting-item">an </span>sosial y<span id="dtx-highlighting-item">an</span>g dibutuhk<span id="dtx-highlighting-item">an </span><span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>masyarakat, lambat laun ak<span id="dtx-highlighting-item">an </span>dapat diterima oleh masyarakat tersebut t<span id="dtx-highlighting-item">an</span>pa disadarinya. </span></span></li><li><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Hambat<span id="dtx-highlighting-item">an </span>adat d<span id="dtx-highlighting-item">an </span>tradisi y<span id="dtx-highlighting-item">an</span>g masih melekat cenderung pada menolak perubah<span id="dtx-highlighting-item">an </span>dari luar y<span id="dtx-highlighting-item">an</span>g hendak merubah buday<span id="dtx-highlighting-item">an</span>ya endiri. Seiring waktu, <span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Kebudaya<span id="dtx-highlighting-item">an </span>itu ak<span id="dtx-highlighting-item">an </span>semakin berkemb<span id="dtx-highlighting-item">an</span>g diikuti deng<span id="dtx-highlighting-item">an </span>kesadar<span id="dtx-highlighting-item">an </span>masyarakatnya. </span></span></li></ol><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Update: Pusat penyuluhan Perikanan, Badan Pengembangan sumberdaya Manusia Kelautan dan Perikanan</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Kementerian Kelautan dan Perikanan</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #f3f3f3; font-size: x-small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">http://www.pusluh.kkp.go.id/index.php/arsip/c/28/PERUBA</span></span>HAN-BERENCANA-DALAM-PENYULUHAN/?category_id=2</span></div>

Selalu Ada Perubahan dan Berencana dalam sistim penyuluhan

Penyuluhan sering diidentikan dengan berbagai pemahaman seperti; penyebarluasan informasi, proses penerangan/penjelasan, pendidikan non-formal, perubahan perilaku, rekayasa sosial, pemasaran inovasi (…

Read more »

Tindakan Pencegahan dan Pengobatan terhadap Penyakit Pada Budidaya Perikanan

<div style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://encrypted-tbn2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTSN2jnDGHZieBeKTxFcXpXoBkzt0O0NeVO1G3s-bu1oBvPLqgNrg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://encrypted-tbn2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTSN2jnDGHZieBeKTxFcXpXoBkzt0O0NeVO1G3s-bu1oBvPLqgNrg" width="400" /></a></div>Penyakit pada budidaya ikan merupakan hal yang menakutkan bagi petani, betapa tidak,<span id="dtx-highlighting-item"> hasil </span>kerja keras mulai dari persiapan lahan, penebaran benih, sampai dengan pemeliharaan yang penuh dengan kehati-hatian akan sirna atau berganti dengan kerugian apabila apabila ikan terkena penyakit.<br /><a name='more'></a></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">kenapa ikan sakit? dalam kondisi normal yaitu lingkungan optimal dan daya tahan tubuh yang baik, ikan sebenarnya jarang terkena penyakit. Namun, apabila kondisi lingkungan tidak cocok, ikan stres dan daya tahan tubuh menurun. Bila sudah begitu, maka penyakit akan dengan sangat mudah muncul.</div><div style="text-align: justify;">Beberapa hal yang dapat menyebabkan kondisi tubuh ikan melemah, diantaranya kualitas air yang yang buruk, nutrisi yang tidak terpenuhi, serta kepadatan yang terlalu tinggi. Akibatnya terjadi komposisi tidak sehat antara oksigen , makanan, buangan metabolit beracun serta mikro organism yang lain. Sumber penyakit terdiri dari virus, bakteri, parasit, dan sumber lain yaitu kekurangan nutrisi dan rusaknya kualitas air.</div><br /><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"> Bagaimana mendeteksi ikan yang terkena penyakit? Ikan sakit ditandai dengan tingkah laku yang tidak seperti biasanya dan ditemukan kelainan pada organ tubuh.</div><div style="text-align: justify;">Tanda-tanda tingkah laku ikan sakit diantaranya:</div><div style="text-align: justify;">* Berenang tidak terkendali, bahkan menabrak pematang.</div><div style="text-align: justify;">* Membuka dan menutup insang lebih lebar dan cepat (mengap-mengap).</div><div style="text-align: justify;">* Menggosok-gosokkan badan pada benda-benda yang ada di kolam.</div><div style="text-align: justify;">* Nafsu makan menurun, bahkan terkadang ikan tidak mau makan.</div><div style="text-align: justify;">* Berkumpul di inlet (tempat air masuk).</div><div style="text-align: justify;">* Berenang dipermukaan</div>* Gerakan lemas dan kurang agresif<br /><br /><img align="left" alt="" height="346" src="http://www.pusluh.kkp.go.id/public/upload/pengobatan_ikan2.jpg" width="259" /><br />Tanda-tanda pada bagian tubuh diantaranya:<br /><div style="text-align: justify;">* Warna insang pucat agak pudar bahkan mengalami kerusakan.</div><div style="text-align: justify;">* Produksi lendir lebih banyak dari biasanya.</div><div style="text-align: justify;">* Proporsi tubuh tidak seimbang (cenderung kurus).</div><div style="text-align: justify;">* Adanya luka dan pendarahan.</div><div style="text-align: justify;">* Warna kulit lebih pucat atau gelap (tidak cerah).</div><div style="text-align: justify;">* Kelainan pada tulang belakang.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"> Apabila tanda-tanda tersebut ditemui maka segera lakukan perbaikan kualitas air dengan cara mengganti sebagian atau seluruh air media budidaya, penambahan vitamin pada pakan, dan melakukakan pengobatan dengan segera.</div><br /> <b>Pencegahan Penyakit</b><br />Mencegah lebih baik daripada mengobati, selain lebih ekonomis karena terhindar dari kerugian yang besar akibat kemauan massal ikan. paling tidak ada tiga hal yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit.<br /><br /><img align="right" alt="" height="241" src="http://www.pusluh.kkp.go.id/public/upload/pengobatan_ikan5.jpg" width="260" /><br /><div style="text-align: justify;">1. Melakukan persiapan lahan yang benar, yaitu pengeringan dan pemupukan. Pengeringan bertujuan untuk memutus siklus hidup penyakit. Dilakukan kira-kira selama tiga minggu sampai dasar kolam retak-retak. Pengapuran digunakan untuk menstabilkan pH tanah dan air serta dapat membunuh bakteri dan parasit. Pemupukan digunakan untuk menyuburkan kolam dan menumbuhkan fitoplankton sebagai pakan alami.</div><div style="text-align: justify;">2. Menjaga kualitas air pada saat pemeliharaan. untuk itu dapat dilakukan treatment probiotik secara ter</div><div style="text-align: justify;">atur 0,3 ppm setiap hari. Probiotik akan mendegradasikan bahan organik, menguraikan gas beracun dan menekan pertumbuhan bakteri merugikan penyebab timbulnya bakteri.</div><div style="text-align: justify;">3. Meningkatkan ketahanan tubuh ikan melalui kekekbalan non spesifik dengan aplikasi imunostimulant secara teratur seperti vitamin,  glukan, dan pemberian probiotik.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: center;"><img align="left" alt="" height="267" src="http://www.pusluh.kkp.go.id/public/upload/pengobatan_ikan3.jpg" width="259" /></div><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><b>Pengobatan penyakit</b><br /><div style="text-align: justify;">Apabila ikan terlanjur terserang penyakit segera dilakukan pengobatan sesuai penyebab penyakit. Antibiotik diberikan untuk penyakit yang disebabkan oleh bakteri, anti parasit diberikan untuk penyakit-penyakit yang disebabkan oleh parasit. untuk penyakit-penyakit virus, treatment yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan system ketahanan tubuh ikan melalui pemberian vitamin terutama vitamin C. (Riza)</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><img alt="" height="152" src="http://www.pusluh.kkp.go.id/public/upload/pengobatan_ikan6.jpg" width="251" /> </div><h1 style="text-align: justify;"> </h1><h1><span style="font-size: small; font-weight: normal;">sumber Informasi: </span></h1><h1><span style="font-size: small; font-weight: normal;">Pusat penyuluhan perikanan, Badan Pengembangan sumberdaya manusia Kelautan dan Perikanan, </span></h1><h1><span style="font-size: small; font-weight: normal;">Kemennterian Kelautan dan Perikanan </span></h1><h1><span style="color: white; font-size: x-small;">http://www.pusluh.kkp.go.id/index.php/arsip/c/35/PENCEGAHAN-DAN-PENGOBATAN-PENYAKIT-PADA-BUDIDAYA-IKAN/?category_id=2</span></h1>

Tindakan Pencegahan dan Pengobatan terhadap Penyakit Pada Budidaya Perikanan

Penyakit pada budidaya ikan merupakan hal yang menakutkan bagi petani, betapa tidak, hasil kerja keras mulai dari persiapan lahan, penebaran benih, sampai dengan pemeliharaan yang penuh dengan kehat…

Read more »

Penataan Sistim Penyuluhan di Era Otonomi Daerah

<div class="MsoTitle" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://encrypted-tbn2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcT0IISXuJs5n3h8TbC1VoDM2FI7Qi9ZIBPyViTGYuGnLZo5wxlCNw" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="415" src="https://encrypted-tbn2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcT0IISXuJs5n3h8TbC1VoDM2FI7Qi9ZIBPyViTGYuGnLZo5wxlCNw" width="640" /></a></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span lang="AF">Petani dan Penyuluh di Masa Lampau</span></span></div></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoBodyTextIndent" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br /></span> </div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoBodyTextIndent" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span lang="AF">Sejarah telah membuktikan bahwa masyarakat petani adalah lembaga yang mantap dan tangguh sebagai produsen utama segala komoditas pertanian di negeri ini.   Ketika pemerintahan terpuruk, jatuh dan bangun; industri dan perdagangan terancam bangkrut dan hancur; tetapi masyarakat tani tetap exist dan terus berproduksi.  </span></span><br /><a name='more'></a><span style="font-size: small;"><span lang="AF">Masyarakat tani akan terus berproduksi dengan atau tanpa intervensi fihak luar.  Ini membuktikan bahwa masyarakat petani sebenarnya memiliki kemandirian, juga tentang apa yang harus dan akan mereka lakukan.  Faktor dominan yang mempengaruhi pengambilan keputusan mereka adalah kehidupan keluarganya, sedangkan faktor lain yang tidak secara langsung mempengaruhi kehidupan keluarganya tidak akan mempengaruhi keputusan yang diambil, misalnya kebutuhan pangan nasional, masalah devisa nasional, pasaran global dan lain-lain.   </span></span></div><div class="MsoBodyTextIndent" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal; text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoBodyTextIndent" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span lang="AF">Oleh karena itu, di masa lalu petani banyak menghadapi tekanan dari luar yang mengancam kelangsungan hidup keluarganya, sehingga mempengaruhi keputusan yang diambil.   Intervensi dari luar yang dibarengi dengan pemberian bantuan (jasa dan fasilitas) memang diperlukan, tetapi bila salah langkah bisa menjadi beban berat bagi yang membantu, dalam bentuk sikap ketergantungan pada yang membantu, petani kehilangan sebagian dari kemandiriannya, dan kehilangan rasa tanggungjawab sosial (tidak mau membayar kredit, dll).  Oleh karena itu perlu dibangun strategi yang tepat agar intervensi itu tidak justru menjadi beban bagi yang membantu.</span></span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoBodyTextIndent" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span lang="AF">Masalah revitalisasi lembaga penyuluhan perlu memperhatikan masalah pokok yang dihadapi masyarakat pertanian di dalam pengembangan produksi pertanian.  Masalah pokok yang dihadapi dalam peningkatan produksi pertanian pada saat ini setidaknya menyangkut tujuh hal utama, yakni :</span></span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoBodyTextIndent" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: small;"><br /></span> </div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoBodyTextIndent" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: small;"><span lang="AF"> (1) Agro input dan fluktuasi harga produk pertanian, (2)  Agro-ekologi, (3) Ketersediaan sarana dan prasarana pertanian, (4) SDM dan kelembagaan petani, (5) Penyuluhan pertanian dan kelembagaannya, (6) Status petani yang tidak hanya sebagai produsen, tetapi juga sebagai pelaku agrobisnis, (7) Situasi agrobisnis setempat.   Ketujuhnya menumbuhkan kebutuhan sebagai berikut :</span></span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoBodyTextIndent" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br /></span> </div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal; margin-left: 17.3pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span lang="AF">(1)<span style="font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;">  </span></span><u><span lang="AF">Kebutuhan pengendalian masalah agro input dan fluktuasi harga produk usahatani</span></u><span lang="AF">,</span><span lang="AF"> menyangkut : keterbatasan petani menjangkau sarana produksi karena harga yang tinggi dan fluktuatif;  stagnasi inovasi teknologi (misal dosis pupuk yang tepat dan pengendalian hama yang efektif); kelangkaan benih berkualitas; dan kelangkaan tenagakerja pertanian; serta fluktuasi harga yang merugikan petani. Penyuluhan perlu memberdayakan petani agar dapat mengatasi masalah-masalah tersebut.</span></span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoBodyTextIndent" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: small;"><br /></span> </div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br clear="ALL" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /></span> </div><div class="MsoBodyTextIndent" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: small;"><span lang="AF"> *  Guru Besar dalam Ilmu Penyuluhan Pembangunan di Institut Pertanian Bogor.</span></span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal; margin-left: -0.7pt; text-align: justify; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: small;"><br /></span> </div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal; margin-left: 17.3pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span lang="AF">(2)<span style="font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><b><u><span lang="AF">Kebutuhan teknologi untuk mengatasi masalah agro-ekologi</span></u></b><u><span lang="AF">,</span></u><span lang="AF"> yang menyangkut : keragaman kesuburan dan agroklimat setempat; kejenuhan lahan terhadap suatu komoditi tertentu (seperti padi yang dikelola secara terus menerus tanpa melalui proses pengeringan lahan dengan tanaman yang tidak memerlukan perendaman tanah seperti palawija); pengaturan irigasi berkaitan dengan kepentingan sektor lain, dan kelangkaan teknologi pemulihan kesuburan yang efektif. Perubahan siklus iklim, pemilihan komoditas untuk diusahakan yang tidak mengganggu sustainabilitas pertanian di setiap daerah, dll.</span></span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal; margin-left: 17.3pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span lang="AF">(3)<span style="font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><b><u><span lang="AF">Ketersediaan sarana dan prasarana pertanian</span></u></b><b><span lang="AF">.</span></b><span lang="AF">  Bagaimana memberdayakan petani agar dapat mengurangi ketegantungannya pada fihak lain dalam menyediakan sarana dan prasarana pertanian. </span></span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal; margin-left: 17.3pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span lang="AF">(4)<span style="font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><b><u><span lang="AF">Kebutuhan mengatasi masalah sumberdaya manusia (SDM) dan kelembaga-annya</span></u></b><span lang="AF">.   Petani pada saat ini berada pada pihak yang terjepit dan lemah.  Petani (misalnya di Jawa) telah cukup responsif terhadap inovasi yang menurutnya berpeluang lebih menjanjikan peningkatkan produktivitas dan pendapatannya, namun inovasi untuk itu dirasakannya langka.   Ketergantungan pada dukungan inovasi pada peran aparat dan lembaga penyuluhan sebagai sumber inovasi cukup besar atau tingkat kemandirian belajar petani (keaktifannya mencari inovasi sendiri) menjadi lemah.  Sumber inovasi kurang tersedia secara lokal.   Kelembagaan petani  saat ini masih kurang menempatkan petani sebagai pengambil keputusan dalam usahataninya, karena dominasi pengaruh intervensi pihak luar petani terhadap kelompok tani. Petani dihadapkan pada berbagai kelompok binaan yang dibentuk dari atas dan untuk kepentingan atas, sehingga posisi petani lemah dalam pengambilan keputusan kelompok.  Akibatnya kelompok seperti itu menempatkan petani sebagai obyek, serta menyebabkan kelompok seperti itu tidak mengakar atau melembaga pada petani. Petani juga lemah dalam posisi tawar-menawar pada kelembagaan pasar hasil usahatani yang ada, karena kegiatan penyuluhan masih terkonsentrasi pada aspek produksi..</span></span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal; margin-left: -0.7pt; text-align: justify; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: small;"><br /></span> </div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><b><u><span lang="AF">(5) Kebutuhan mengatasi masalah penyuluhan pertanian</span></u></b><b><span lang="AF">.   </span></b><span lang="AF">Penyuluhan pertanian mengalami degradasi baik dalam peran maupun fungsinya, dimulai sejak diterapkannya penyuluhan dengan pendekatan monovalen (sejak tahun 1986) dan puncaknya ketika pembinaan kelembagaan penyuluhan diserahkan ke Daerah, namun tidak diikuti dengan penyerahan anggarannya (sejak tahun 1991).   Penyuluh menjadi terkotak-kotak secara sektoral, pendekatan penyuluhan seperti itu bahkan sampai saat ini dinilai masih belum sesuai dengan kebutuhan petani.  Keserasian antar penyuluh dalam satu kesatuan lembaga penyuluhan terganggu, sehingga kelompok penyuluh dalam BPP menjadi kurang dinamis dan koordiniasi penyuluhan secara substansial menjadi sangat melemah.  Pembinaan terhadap penyuluh pun (melalui Latihan dan Kunjungan) telah berbeda dengan konsepnya, sehingga lemahnya  pembinaan itu juga telah melemahkan kesinambungan dalam pengembangan inovasi bagi petani . Kemampuan penyuluh melemah selain disebabkan oleh faktor pengkotakan dalam kelembagaan penyuluhan, juga disebabkan oleh kurangnya fasilitas penyuluh untuk menjangkau petani.  Pada saat ini petani merasa kurang berperan dalam pengambilan keputusan rencana definitif kebutuhan kelompok (RDKK dan RDK), sehingga penerapan program-program pertanian  tidak atau kurang menggambarkan aspirasi petani dan lebih diwarnai oleh kepentingan-kepentingan pihak tertentu di luar petani. Pada awal masa otonomi daerah kelembagaan penyuluhan pertanian mengalami perubahan struktur yang beraneka ragam diberbagai daerah, namun mutu kinerjanya belum kelihatan.</span></span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal; text-align: justify; text-indent: -13.5pt;"><span style="font-size: small;"><br /></span> </div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal; margin-left: 0cm; text-align: justify; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: small;"><b><span lang="AF">(6) <u>Kebutuhan Petani sebagai Produsen dan  Pelaku Agrobisnis.</u></span></b></span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 18pt;"><span style="font-size: small;"><span lang="AF">Petani khususnya di daerah komoditi padi dan palawija  sudah semakin kritis dalam merasakan dan menilai bahwa dirinya menjadi obyek dari proyek-proyek pembangunan pertanian, yang menurut mereka lebih mementingkan pencapaian target produksi nasional atau daerah, dan target administratif penggunaan anggaran.   Petani merasa ingin lebih berperan dalam pembangunan pertanian dan menghimbau agar pemberdayaan penyuluhan lebih serius sehingga kondusif bagi pengembangan kemandirian petani (pemberdayaan kelembagaan di tingkat petani).  Kenyataan menunjukkan bahwa petani umumnya bukanlah sekedar produsen komoditas pertanian, tetapi sekaligus juga sebagai pelaku agrobisnis. Statusnya sebagai pelaku agrobisnis ini dimasa mendatang harus lebih diberdayakan. Kalau ini dilakukan dengan tepat dan baik, maka ini benar-benar akan menjadikan petani kita meningkat kemandiriannya dan sekaligus dapat menjamin ketahanan pangan nasional.</span></span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal; margin-left: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: small;"><br /></span> </div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal; margin-left: 0cm; text-align: justify; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: small;"><b><span lang="AF">(7) <u>Kebutuhan akan informasi guna mengatasi masalah agrobisnis setempat</u>.  </span></b><span lang="AF">Potensi masing-masing daerah untuk mengembangkan agrobisnis sangatlah berbeda-beda. Oleh karena itu untuk mengembangkan penyuluhan yang menunjang berkembangnya agrobisnis, perlu mengkaji dengan teliti lebih dahulu potensi masing-masing daerah. Sehingga keragaman materi penyuluhan harus dimungkinkan. </span></span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal; margin-left: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: small;"><br /></span> </div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal; margin-left: 0cm; text-align: justify; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: small;"><b><span lang="AF">Menuju Penyuluhan Pertanian Masa Depan</span></b></span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal; margin-left: 0cm; text-align: justify; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: small;"><br /></span> </div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal; margin-left: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: small;"><u><span lang="AF">Visi dan misi penyuluhan pertanian</span></u><span lang="AF"> perlu direformulasi dengan lebih jelas, yang <u>menempatkan Petani dan Usahatani sebagai sentral</u>; <u>pendekatan yang lebih humanistik</u> yaitu melihat petani sebagai manusia yang berpotensi, yang dihargai <u>untuk dikembangkan kemampuannya menuju kemandiriannya</u>.  Dinilai perlu reorientasi visi dan misi dalam kelembagaan penyuluhan untuk kembali ke kitah penyuluhan itu sendiri, yaitu <u>pengembangan pemberdayaan petani</u>, sehingga petani lebih <u>mampu meningkatkan kesejahteraan diri, keluarga dan masyarakatnya</u> secara mandiri dan <u>tidak tersubordinasi oleh kepentingan-kepentingan pihak lain</u> dalam mengembangkan usataninya.  Penyelenggaraan <u>penyuluhan pertanian perlu lebih profesional</u>, yang antara lain memerlukan reorientasi :</span></span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal; margin-left: 59.25pt; text-align: justify; text-indent: -20.25pt;"><span style="font-size: small;"><span lang="AF">(1)<span style="font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;">   </span></span><span lang="AF">Dari pendekatan instansi ke pengembangan kualitas kinerja individu penyuluh; </span></span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal; margin-left: 59.25pt; text-align: justify; text-indent: -20.25pt;"><span style="font-size: small;"><span lang="AF">(2)<span style="font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;">  </span></span><span lang="AF">Dari pendekatan <i>top down</i> ke <i>bottom up;</i> </span></span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal; margin-left: 59.25pt; text-align: justify; text-indent: -20.25pt;"><span style="font-size: small;"><span lang="AF">(3)<span style="font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;">  </span></span><span lang="AF">Dari hierarkhi kerja vertikal ke horizontal; </span></span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal; margin-left: 59.25pt; text-align: justify; text-indent: -20.25pt;"><span style="font-size: small;"><span lang="AF">(4)<span style="font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;">  </span></span><span lang="AF">Dari pendekatan instruktif ke partisipatif dan dialogis; </span></span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal; margin-left: 59.25pt; text-align: justify; text-indent: -20.25pt;"><span style="font-size: small;"><span lang="AF">(5)<span style="font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;">  </span></span><span lang="AF">Dari sistem kerja linier ke sistem kerja jaringan.   </span></span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal; margin-left: 0cm; text-align: justify; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: small;"><span lang="AF">          </span></span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal; margin-left: 0cm; text-align: justify; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: small;"><span lang="AF">          <u>Peningkatan wawasan/ keahlian penyuluh</u> perlu dikembangkan sedemikian rupa sehingga kondusif bagi pengembangan potensi diri secara <i>self development</i>, yaitu menumbuhkan sikap kemandirian penyuluh dalam mengembangkan dirinya sebagai penyuluh yang semakin profesional.  </span></span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal; margin-left: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: small;"><span lang="AF">Hal itu menuntut <u>keberpihakan pembangunan pertanian kepada petani</u> perlu menjadi komitmen semua pihak, terutama dalam penyelenggaraan penyuluhan.   Penyuluhan pertanian tidak hanya sebatas <i>transfer of technology</i> tetapi sudah saatnya beralih pada <i>farmer participation</i> dan porsi terbesar setiap kebijaksanaan pertanian adalah membangun kemampuan petani (peningkatan kemampuan <i>leadership</i>, kualitas hidup dan pemberdayaan petani).</span></span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal; margin-left: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: small;"><u><span lang="AF">Otonomi Daerah</span></u><span lang="AF">  membawa <u>dampak desentralisasi</u> dalam banyak hal, termasuk dalam penyuluhan pertanian. Adanya potensi-potensi di daerah yang bisa menjalankan fungsi penyuluhan pertanian harus diperhitungkan dan dimanfaatkan, seperti perguruan tinggi, LSM, organisasi bisnis, industri, media massa dan lain-lain. Mereka perlu diberi peran dan tanggung jawab dalam membangun pertanian di daerahnya masing-masing termasuk dalam penyelenggaraan penyuluhan pertanian.</span></span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal; margin-left: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: small;"><span lang="AF">Dengan memperhitungkan Otonomi Daerah dalam mengembangkan sistem penyuluhan pertanian, “Badan Ketahanan Pangan” dan jajarannya nantinya hanya merupakan Forum Koordinasi dan bukan badan pelaksana, sedangkan pelaksananya adalah Dinas-Dinas dan Instansi-Instansi di Tingkat Daerah yang terkait. Yang ada sekarang memberi kesan mengadakan duplikasi fungsi yang tidak perlu, yang justru melemahkan potensi kerja yang ada. Pola pikir pembangunan pertanian sejak sekarang harus sudah disesuaikan dengan adanya otonomi daerah ini.  Dalam hal ini <u>kepentingan daerah</u> harus lebih dikedepankan, agar pendanaan dari Pemda dapat diharapkan.  Oleh karena itu, perlu dipertimbangkan kemungkinan adanya struktur organisasi dan sistem penyuluhan pertanian yang <u>pola dasarnya sama secara nasional</u>, tetapi dibuka peluang untuk menyesuaikan dengan kebutuhan dan keadaan daerah.  Hal ini sangat penting terutama kalau masalah anggaran dan ketenagaan penyuluhan pertanian merupakan bagian dari otonomi daerah. Dengan demikian struktur dan pola penyuluhan pertanian tidak perlu seragam, melainkan lebih disesuaikan dengan keadaan, kebutuhan dan kemampuan daerah.   </span></span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal; margin-left: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: small;"><span lang="AF">Sejalan dengan otonomi daerah, secara kelembagaan perlu pengelompokan yang jelas antara BIPP dan BPP di satu fihak dan dinas-dinas subsektor pertanian di lain fihak.  Job diskripsi dan kewenangan masing-masing juga harus jelas, tetapi <u>hubungan koordinatif</u> antara keduanya perlu dirumuskan secara jelas pula.  Untuk mengurangi tarik-tarikan kepentingan antar berbagai subsektor, dimasa depan perlu dipertimbangkan hanya satu dinas pertanian dengan sub-sub-dinas tanaman pangan, perkebunan, peternakan, dan perikanan di dalamnya. Masalah-masalah administratif dilebur menjadi satu (kepegawaian, keuangan, perlengkapan, dsb).  Masing-masing Sub-Dinas lebih bertanggung jawab pada masalah pengaturan teknis pembangunan pertanian, termasuk perencanaan peningkatan produksi, proteksi, sarana produksi dan lain-lain, serta pengawasan teknis (keselamatan masyarakat), tetapi tidak mempunyai fungsi penyuluhan dan jalur instruksi kepada petani.</span></span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal; margin-left: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: small;"><u><span lang="AF">Garis koordinasi</span></u><span lang="AF"> antara Dinas Pertanian dan BIPP-BPP harus jelas, dan <u>tumpang tindih tugas harus dihindarkan</u>.  Dinas Pertanian bisa mempunyai program peningkatan produksi yang perlu didukung oleh BIPP dan BPP dengan program penyuluhannya, tetapi disamping itu BIPP dan BPP bisa mempunyai program penyuluhan yang lain, yang tidak terkait dengan program produksi (Pemerintah) tadi, melainkan melayani kebutuhan masyarakat tani yang sering kali secara lokal dan individual cukup potensial dan penting.   Hal ini juga untuk maksud agar motivasi produksi para petani secara konsisten dapat ditingkatkan melalui program pemberdayaan petani. Upaya pemberdayaan petani memang bukan monopoli penyuluhan, fungsi dan instansi lainpun bisa bahkan harus bekerjasama memberdayakan petani. BIPP dan BPP bertanggung jawab dalam penyelenggaraan penyuluhan, penyediaan informasi, penyebaran teknologi baru dan unggul yang kompetitif, sedangkan Dinas Pertanian (dengan sub-sub sektor pertanian di dalamnya) bertanggung jawab dalam membuat  kebijaksanaan harga yang adil, penyediaan prasarana dan sarana produksi, pemasaran dan lain-lain).</span></span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal; margin-left: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: small;"><u><span lang="AF">Fungsi penyuluhan pertanian </span></u><span lang="AF">yang diemban Deptan di masa depan juga akan berubah karena otonomi daerah itu.  Mulai sekarang harus sudah dipolakan, sehingga menjadi jelas apa saja yang harus disiapkan dan dikembangkan di dan oleh masing-masing daerah.  Sebaliknya juga akan jelas apa yang harus dilakukan dan dipertahankan oleh Pusat (Deptan). Fungsi Pusat Penyuluhan Pertanian di Departemen Pertanian di masa depan perlu dirumuskan kembali, mengingat bahwa di era otonomi daerah dan penyuluhan pertanian di daerah menjadi tanggung jawab daerah, hubungan Pusat Penyuluhan Pertanian dan BIPP dan BPP tidak lagi seperti sekarang. Kekuatan penyuluhan pertanian harus berada di daerah, sedangkan di pusat hanya bersifat mendukung. </span></span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal; margin-left: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: small;"><br /></span> </div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal; margin-left: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: small;"><b><span lang="AF">Trifungsi Departemen Pertanian.</span></b></span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal; margin-left: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: small;"><u><span lang="AF">Fungsionalisasi</span></u><span lang="AF"> dan <u>profesionalisasi</u> penyuluhan pertanian perlu ditempuh, antara lain dengan cara memisahkan secara jelas trifungsi Departemen Pertanian : </span></span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal; margin-left: 70.9pt; text-align: justify; text-indent: -34.9pt;"><span style="font-size: small;"><span lang="AF">(1)<span style="font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;">  </span></span><u><span lang="AF">fungsi pelayanan</span></u><span lang="AF"> : penyediaan sarana dan prasarana, jasa profesional (non-penyuluhan) dan lain-lain; </span></span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal; margin-left: 70.9pt; text-align: justify; text-indent: -34.9pt;"><span style="font-size: small;"><span lang="AF">(2)<span style="font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;">  </span></span><u><span lang="AF">fungsi pengaturan dan pengawasan</span></u><span lang="AF"><u> </u>: perencanaan produksi nasional, keselamatan masyarakat, pemalsuan, ekspor –impor dan lain-lain;  </span></span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal; margin-left: 90pt; text-align: justify; text-indent: -54pt;"><span style="font-size: small;"><span lang="AF">(3)<span style="font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;">    </span></span><u><span lang="AF">fungsi penyuluhan</span></u><span lang="AF">: pendidikan nonformal, informasi, motivasi, perberdayaan</span></span></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal; margin-left: 90pt; text-align: justify; text-indent: -54pt;"><span style="font-size: small;"><span lang="AF">SDM Pertanian, dan lain-lain.</span></span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: small;"><span lang="AF">   </span></span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal; margin-left: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: small;"><span lang="AF">Dengan memisahkan ketiga fungsi itu secara tegas, kemudian dirumuskan secara jelas batasan tugas masing-masing, lalu <u>direncanakan pendidikan profesi yang profesional</u> akan lebih menjamin senantiasa terbinanya tenaga penyuluh untuk menjaga keprofesionalannya.   Perlu ditentukan lembaga pendidikan yang diberi wewenang oleh pemerintah dan masyarakat untuk menyelenggarakan pendidikan profesional itu.  Dalam hal ini perlu dirumuskan secara jelas <u>kriteria keprofesionalannya</u> dan dibuat <u>jenjang status penyuluh</u> berdasarkan kinerjanya.  Tenaga penyuluh yang profesional harus melalui pendidikan khusus dari lembaga pendidikan yang berwenang; tidak bisa setiap orang dapat dinyatakan dirinya sebagai penyuluh tanpa legitimasi atau sertifikasi dari lembaga yang kredibel.</span></span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal; margin-left: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: small;"><br /></span> </div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal; margin-left: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: small;"><b><span lang="AF">Keterkaitan yang erat dengan lembaga penelitian.</span></b></span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal; margin-left: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: small;"><span lang="AF">Penyuluh pertanian yang progresif dan efektif harus didukung dan bekerjasama secara erat dengan Lembaga Penelitian Pertanian (termasuk penelitian sosial-ekonomi-penyuluhan pertanian) yang sekaligus melakukan monitoring dan evaluasi penyuluhan pertanian secara terus menerus.  Penyuluhan pertanian tidak hanya menyangkut proses produksi, tetapi yang diperlukan oleh pertanian modern adalah penyuluhan yang mencakup  semua aspek agribisnis (produksi, pasca panen, pengolahan, pemasaran, harga dan lain-lain).   Keberadaan Lembaga Pengkajian Teknologi Pertanian (LPTP) yang telah nyata eksistensinya pada saat ini perlu dipelajari kaitan fungsionalnya dengan sistem penyuluhan pertanian yang akan ditata. Perlu disadari bahwa pembangunan pertanian yang berkelanjutan sangat memerlukan dukungan hasil-hasil penelitian teknologi dan sosial-ekonomi pertanian yang kuat. Tanpa itu pembangunan pertanian akan mengalami stagnasi.</span></span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal; margin-left: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: small;"><span lang="AF">Pengembangan pertanian daerah mengarah pada basis <u>pengembangan sistem agribisnis dan berwawasan keserasian lingkungan. </u> Untuk menghindari terjadinya stagnasi inovasi di tingkat petani, perlu dikembangkan keterkaitan erat dan dinamis antar lembaga pendukung sistem agrisbisnis, terutama di tingkat BIPP dan BPP.   Kelembagaan yang dimaksud adalah lembaga penyuluhan (pendidikan dan pengembangan, LSM),  lembaga pengembangan IPTEK (Lembaga penelitian dan perguruan tinggi), lembaga pelayanan,  lembaga pengaturan/ pengawasan (dinas subsektoral dan instansi terkait), lembaga bisnis (swasta dan koperasi), lembaga keuangan (perbankan) dan lembaga usahatani.   Keterkaitan antar lembaga tersebut bertumpu dan komitmen terhadap kepentingan petani dan pengembangan usahatani.   Asumsinya, berkembangnya usahatani secara optimal dan berkesinambungan, akan lebih dapat menjamin berkembangnya sistem agribisnis dan terwujudnya ketahanan pangan di tingkat rumahtangga serta hal ini akan lebih menjamin terwujudnya ketahanan pangan nasional.</span></span></div><div style="text-align: justify;"></div><h2 style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span lang="AF"> </span></span></h2><div style="text-align: justify;"></div><h2 style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span lang="AF">Kesimpulan </span></span></h2><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br /></span> </div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: small;"><span lang="AF">Perlu dibangun strategi yang tepat agar intervensi dalam pembangunan pertanian tidak justru menjadi beban bagi yang membantu, maka intervensi perlu bersifat menumbuhkan kemandirian petani.  Oleh karena itu penyelenggaraan penyuluhan perlu kembali ke khitah filosofi penyuluhan yaitu “menolong orang-orang agar dapat menolong dirinya sendiri (termasuk keluarga dan masyarakatnya)  melalui suatu upaya pendidikan” yang demokratis dan berwawasan pengembangan kemandirian petani (humanistik).  Tujuan penyuluhan perlu dirumuskan dari sudut pandang petani agar dapat lebih menumbuhkan motivasi petani.</span></span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: small;"><span lang="AF">Meskipun antara Penyuluhan Pertanian dan Program Peningkatan Produksi Pangan ada kaitan yang erat, namun seyogyanya keduanya tidak semestinya dicampur-aduk.  Ada atau tidaknya Program/ Proyek Peningkatan Produksi, penyuluhan pertanian harus tetap berjalan terus secara melembaga, sistematis dan berkelanjutan di tengah-tengah masyarakat.   </span></span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: small;"><span lang="AF">Pembenahan sistem penyuluhan pertanian perlu secepatnya dituntaskan.  Penerapan SKB 1996 perlu dievaluasi per propinsi/ kabupaten : apa mereka sudah siap ? Dikaitkan dengan otonomi daerah.  Apakah perlu seragam ?  Kedudukan BIPP di tingkat kabupaten perlu lebih lebih bersifat administratif dan fasilitatif, dan BPP yang berkedudukan di tingkat kecamatan lebih bersifat teknis dan programatis.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: small;"><span lang="AF">************** </span></span></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"></div><h1 style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><u><span lang="AF">Lampiran</span></u></span></h1><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"></div><h1 style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span lang="AF">Implikasi Kebijaksanaan Penyuluhan Pertanian di Indonesia</span></span></h1><div style="text-align: justify;"></div><h1 style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Periode sebelum tahun 1986</span></h1><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br /></span> </div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;"><span style="font-size: small;"><span lang="AF">Penyuluh Pertanian Lapang terkoordinir oleh seorang kepala BPP dengan pendekatan Latihan dan Kunjungan (Laku) sebagai penggerak inovasi.   PPL yang jumlahnya relatif memadai dan berada pada rata-rata usia yang masih memungkinkan energik, telah menjadi pendorong terwujudnya swasembada beras.   Pola penyuluh menangani multi komoditi (polivalen) nampaknya pada masa itu dinilai masih sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat pada saat itu, yang memang belum terbiasa dengan spesifikasi dalam profesi.</span></span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;"><span style="font-size: small;"><br /></span> </div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;"><span style="font-size: small;"><span lang="AF">Dibanding dengan periode tahun sesudah 1986, periode ini dapat dinilai merupakan periode yang paling efektif bagi kegiatan penyuluhan dengan pola pendekatan pembangunan pertanian yang sentralistis (<i>top down</i>), yang dalam realisasinya lebih mengutamakan kepentingan pencapaian tujuan Pusat, yaitu tercapainya swasembada pangan nasional.    Periode ini ditandai dengan publikasi tercapainya swasembada beras pada tahun 1984.   Namun swasembada beras nasional tersebut tidak bertahan lama.   Hal ini dapat menjadi salah satu indikator nyata sebagai kelemahan pendekatan yang sentralistis, yang tidak mengutamakan pendekatan petani dengan pengelolaan usahataninya sebagai sentral dalam pembangunan pertanian.   Petani hanya ditempatkan sebagai sarana untuk mencapai swasempada pangan nasional.   Terbukti ketika swasembada tersebut telah tercapai, ketahanan pangan rumahtangga petani dan masyarakat pedesaan masih dibayangi ancaman rawan pangan, karena tidak terkendalinya baik harga sarana input dan harga produk pertanian, serta melemahnya keswadayaan petani.</span></span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;"><span style="font-size: small;"><br /></span> </div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;"><span style="font-size: small;"><span lang="AF">Pengorganisasian penyuluhan pertanian pada masa ini, dibanding dengan masa sesudahnya dapat dinilai telah menempatkan penyuluhan menjadi kondusif sebagai faktor pelancar pembangunan pertanian.   Telah terjadi perubahan yang nyata pada perilaku petani, dari tidak menerapkan teknologi maju pertanian seperti pupuk dan obat-obatan menjadi terbiasa menerapkan, bahkan sampai pada tingkat bila tidak menerapkan teknologi tersebut ada rasa bersalah dalam dirinya. Namun, pendekatan penyuluhan pada masa itu masih kurang kondusif bagi terwujudnya kemandirian petani, karena inovasi yang diterapkan oleh petani cenderung dianjurkan oleh penyuluh, sehingga menghasilkan petani yang  tergantung pada aparat dalam pengelolaan usahataninya.    Dalam kondisi seperti ini, kinerja penyuluh dan komponen-komponen penyuluhan lainnya (terutama kesinambungan inovasi) menjadi sangat menentukan kinerja pertanian.</span></span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;"><span style="font-size: small;"><br /></span> </div><div style="text-align: justify;"></div><h3 style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span lang="AF"> </span></span></h3><div style="text-align: justify;"></div><h3 style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span lang="AF">Periode Tahun 1986-1991</span></span></h3><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br /></span> </div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;"><span style="font-size: small;"><span lang="AF">Pada masa ini, pengorganisasian penyuluhan dirubah, peran penyuluh tidak  polivalen lagi.   Penyuluh yang semula berada di Dinas Pertanian Pangan, dibagi lagi tugasnya dan sesuai dengan bidang tugas monovalen penyuluh selanjutnya menjadi bagian dari dinas-dinas subsektoral, yakni Dinas Pertanian, Dinas Peternakan, Dinas Perikanan dan Dinas Perkebunan.</span></span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;"><span style="font-size: small;"><br /></span> </div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;"><span style="font-size: small;"><span lang="AF">Selanjutnya jumlah penyuluh yang menangani bidang pertanian makin berkurang, tetapi dihadapkan pada luas wilayah yang makin luas.  Penyuluh yang semula mempunyai wilayah kerja penyuluhan pertanian (WKPP) sekitar satu sampai dua desa, bertambah menjadi tiga sampai empat desa per PPL.   Sedangkan penyuluh yang bekerja pada dinas subsektoral, mempunyai wilayah kerja yang sangat luas, yang semula satu-dua desa, pada masa ini menjadi satu kecamatan.</span></span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;"><span style="font-size: small;"><br /></span> </div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;"><span style="font-size: small;"><span lang="AF">Pada saat itulah terjadi hal-hal yang kurang menguntungkan bagi penyelenggaraan penyuluhan yang efektif.   Beberapa kelemahan yang muncul kemudian :</span></span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;"><span style="font-size: small;"><br /></span> </div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span lang="AF">1.<span style="font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;">     </span></span><span lang="AF">Kelompok binaan penyuluh menjadi semakin terbatas, yang semula sekitar 16 wilkel karena jangkauan geografis dan sosiologisnya makin luas menjadi menurun sekitar tinggal 5 - 8 kelompok saja yang dapat "dibina" secara relatif intensif oleh PPL.</span></span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span lang="AF">2.<span style="font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;">    </span></span><span lang="AF">Kesinambungan inovasi melalui Laku juga menjadi kurang intensif, karena keragaman komoditi tersebut sebenarnya membutuhkan intensitas dan keragam materi penyuluhan (inovasi) yang makin tinggi pula.</span></span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span lang="AF">3.<span style="font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;">    </span></span><span lang="AF">Petani belum siap menghadapi spesifikasi dalam keprofesian penyuluh seperti itu, yang dipahami petani selama ini adalah PPL itu melayani penyuluhan secara polivalen.</span></span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span lang="AF">4.<span style="font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;">    </span></span><span lang="AF">Kegiatan penyuluh lebih banyak terbebani kegiatan-kegiatan proyek yang bersifat fisik dan target penyelesaian suatu proyek.   Yang kenyataannya hal ini sulit untuk disejalankan dengan konsep-konsep penyuluhan yang benar-benar menerapkan falsafah dasar penyuluhan.</span></span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br /></span> </div><div style="text-align: justify;"></div><h3 style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span lang="AF">Periode Tahun 1991-1996</span></span></h3><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoBodyTextIndent" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span lang="AF"> Era ini ditandai dengan penyerahan urusan penyuluhan pertanian melalui SKB Mendagri dan Mentan Nomor 539/Kpts/LP.120/7/1991 dan nomor 65 Tahun 1991 tentang Pedoman Penyelenggaraan Penyuluhan Pertanian di Daerah.<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=6765155964746020097" name="more"></a></span></span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoBodyTextIndent" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br /></span> </div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: small;"><span lang="AF">Banyak pengamat dan penyuluh pertanian berpendapat, dimasa ini terjadi stagnasi atau kemunduran penyelenggaraan penyuluhan pertannian, bahkan sebagian mengatakan sebagai kehancuran penyuluhan pertanian (ekstensia, volume 3 1996).   Masa ini ditandai dengan dinamika penyuluhan pertanian menurun drastis, lesu darah dan kurang gairah.   Para penyuluh mengeluh, kehilangan kemapanan yang sebelumnya dimiliki dengan penuh kebanggaan atas prestasi dan keberhasilan mencapai swasembada beras.  Mereka merasa tercampak karena terpecah-pecah dan terkotak-kotak secara subsektoral.  Berubahnya fungsi BPP, berubahnya sistem kerja para penyuluh dirasakan oleh penyuluh telah merenggut eksistensi diri, status dan pijakan sosial para penyuluh di masyarakat.</span></span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: small;"><br /></span> </div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: small;"><span lang="AF">Adanya perbedaan kemampuan dan pemilikan sumberdaya pada masing-masing dinas yang bersifat otonom, telah menyebabkan terjadinya bias yang melemahkan kesatuan kelembagaan penyuluhan pertanian di daerah.  Administrasi kepegawaian dikelola secara terpisah oleh masing-masing subsektor, yang menyebabkan perbedaan perlakuan sesama penyuluh dalam karirnya.  Penerapan desentralisasi ini masih belum diikuti dengan adanya klarifikasi rincian jenis pembinaan teknis yang jelas.  Pada hal dalam pelaksanaan desentralisasi ini tugas Deptan sebenarnya adalah memantau dan membina secara teknis kepada Daerah.  Berbagai penelitian (Karsa, 1994; Hasta, 1994 dalam Ekstensia, 1996) menunjukkan bahwa telah terjadi perbedaan antara konsep LAKU dengan penerapannya di lapang karena faktor ketersediaan dana; terjadi penurunan kinerja penyuluh pertanian baik secara kualitas maupun kuantitas; terjadi kerancuan operasional kerja penyuluhan pertanian sehingga ketidak serasian hubungan penyuluh antar sub-sektor, yang menyebabkan degradasi penyuluhan pertanian menjadi seolah lumpuh, tidak efektif dan tidak fleksibel.</span></span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br /></span> </div><div style="text-align: justify;"></div><h3 style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span lang="AF">Periode Setelah Tahun 1996</span></span></h3><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br /></span> </div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoBodyTextIndent" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span lang="AF">Diterbitkannya SKB Mendagri dan Mentan nomor 54 tahun 1996 dan nomor 301/Kpts/LP.120 /4/1996 tentang Pedoman Penyelenggaraan penyuluhan Pertanian dirasakan oleh para penyuluh sebagai angin segar, yang memberikan harapan bagi penyuluh untuk kembagi berjaya, leluasa berkiprah dalam penyuluhan yang teritegrasi antar subsektor.  Keberadaan BIPP menumbuhkan harapan penyuluh untuk menempatkan penyuluh pada jati dirinya kembali.  Namun, sampai kini penerapan SKB tersebut masih banyak menghadapi kendala, terutama masih tersisanya kepentingan-kepentingan subsektoral sejalan dengan belum jelasnya pedoman hubungan kerja antar lembaga pendukung pembangunan pertanian di tingkat daerah.</span></span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoBodyTextIndent" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br /></span> </div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: small;"><span lang="AF">Seperti dikatakan Husein (ekstensia, 1996) pada saat ini, meskipun telah memasuki era desentralisasi, namun “budaya menunggu petunjuk dari atas” masih kuat melekat pada aparatur pemerintah.  Masih banyak aparat yang belum memahami makna desentralisasi sebagai suatu kondisi yang memerlukan sikap pro-aktif, yaitu kurang memahami bahwa asas desentralisasi pada dasarnya memberikan kewenangan untuk mengambil tindakan, berfikir dan berbuat sepanjang tidak bertentangan dengan hakekat hukum yang diterima oleh masyarakat.</span></span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: small;"><br /></span> </div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: small;"><span lang="AF">Kendala lainnya adalah terjadinya tarik-tarikan kedudukan penyuluh antara dinas subsektoral pertanian dengan BIPP.  Dinas subsektoral yang telah merasakan manfaat keberadaan penyuluh dalam mendukung secara langsung dan penuh atas proyek-proyek, serta telah dijadikan andalan di lapang ternyata merasakan sangat kehilangan dan masih ingin mempertahankan keberadaan penyuluh dalam lingkungan dinas tersebut.   Pengenalan masalah dan evaluasi kegiatan dinas-dinas di lapangan menjadi sangat melemah karena kelangkaan tenaga yang mampu menggantikan peran tenaga penyuluh di dinas tersebut.  Keberadaan BIPP sebagai tali pengikat dan wadah para penyuluh masih terkendala oleh status kepegawaian yang mendua, terutama dalam penggajian dan status kepegawaiannya yang masih berada di instansi dinas subsekror tersebut.</span></span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: small;"><br /></span> </div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: small;"><span lang="AF">Keberadaan seksi penyuluhan di masing-masing dinas subsektoral paling merasakan dampaknya, apakah keberadaan seksi ini masih perlu dipertahankan ataukah dihapuskan saja ?, menjadi pertanyaan yang belum terjawab di lapang.   Kalau pada periode sebelumnya terjadi ketidak serasian antar penyuluh itu penyuluh karena terkotak-kotak secara subsektoral, kini yang terjadi belum terciptanya keserasian antara kegiatan dinas dengan kegiatan penyuluhan dibawah koordinasi BIPP.</span></span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: small;"><br /></span> </div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: small;"><span lang="AF">Sebenarnya hal diatas terjadi karena belum jelasnya mekanisme kerja antara penyuluh dengan dinas.  Hal ini menyangkut masalah kelembagaan penyuluhan di daerah, yang memerlukan kejelasan norma hubungan kerja dan ketegasan tentang rentang kendali koordinasi yang sinergis antara BIPP, Sekdal Bimas Tingkat II dan Dinas-dinas Subsektoral di Daerah Tingkat II.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: small;"><br /></span> </div><div style="text-align: justify;"><b><span style="font-size: small;"><i><span lang="AF">Margono Slamet* </span></i><span lang="AF"> </span><i><span lang="AF">   </span></i></span></b></div>

Penataan Sistim Penyuluhan di Era Otonomi Daerah

Petani dan Penyuluh di Masa Lampau Sejarah telah membuktikan bahwa masyarakat petani adalah lembaga yang mantap dan tangguh sebagai produsen utama segala komoditas pertanian di negeri ini.   Ketika…

Read more »