Indonesia harus memiliki prioritas untuk mengembangkan ketahanan pangan nasional dan tidak bisa diserahkan pada mekanisme pasar karena kita tidak punya uang.
Hal itu dikatakan Prof. Agus Pakpahan peneliti Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Pertanian (PSEKP) Badan Litbang Pertanian Kementerian Pertanian pada Seminar Diseminasi Hasil Penelitian 37 Tahun PSEKP di Bogor.

Fenomena pangan terkini yang terjadi di dunia saat ini adalah penduduk dunia makin tinggi tapi harga pangan makin rendah. “Surplus pangan terjadi di negara-negara maju. Makanya sekarang yang akan dipaksakan mauk adalah pangan bukan lagi sekedar mobil,” tambahnya.
Agus Pakpahan berpendapat  pasar itu tidak bersahabat dengan kemiskinan. ”Orang mati karena tidak bisa beli, bukan nggak ada barang,” katanya. Kalau mau memanfaatkan pasar, kita harus lebih pintar dari yang menjual.
Dia juga berpendapat bahwa Indonesia tidak bisa bergerak ke mana-mana kalau kita terus menerus memakai  cara berpikirnya kolonial, yakni  terus menggunakan  pola balance  payment  dengan ekspor tambang, bahan baku dan TKI.
Menurutnya  harus ada prioritas pembangunan pangan nasional dan itu tak bisa diserahkan mekanisme pasar. “Karena kita tidak punya uang. Sama dengan bunuh diri,” tambahnya. Baginya menyelamatkan pangan Indonesia tidak mungkin bergantung pada lahan sawah. Pasar tidak bisa diandalkan untuk ketahanan pangan, karena kita tidak punya uang.
Nasional
 
Top