Jala termasuk alat penangkap yang umum dikenal karena hampir setiap nelayan dapat membuatnya sendiri. Alat tangkap ini di samping dapat digunakan sebagai usaha sampingan dapat juga merupakan usaha kecil-kecilan. Pada prinsipnya penangkapan dengan jala ialah mengurung ikan, udang dengan jalan menebarkan alat tersebut demikian rupa sehingga menelungkup atau penutup sasaran yang dikehendaki.
Jala besar ini ada yang menyebutnya sebagai jala eder, jala tembang, jala jui, jala gapyuk, jala agung dan jala juang (Sulsel). Oleh karena ukurannya yang begitu besar maka dalam pengoperasiannya tidak mungkin ditebarkan dengan tangan, tetapi diperlukan alat bantu untuk mengembangkan (menebarkan) jala tersebut. Disebut jala eder karena pada waktu penangkapan harus diederkan (dikembangkan) dulu sebelum dijatuhkan pada sasaran yang diinginkan.
Disebut jala tembang karena sasaran utamanya adalah ikan tembang/jui (Clupea fimbriata). Disebut jala gapyuk karena pada penangkapannya digapyukan (ditelungkupkan) pada sasaran tertentu. Disebut jala agung karena jala ini memang berukuran sangat besar dibandingkan dengan jala tebar
Konstruksi
Jala besar mempunyai ukuran yang relatif besar, yaitu kelilingnya berkisar 35-50 m, tinggi antara 7.5-11 m, besar mata (#) antara 2-3 cm. Bentuk jala hampir semuanya sama yang berbeda hanya ukuran-ukurannya saja. Yang penting diketahui untuk jala besar ini ialah sering menggunakan rumpon pada waktu penangkapan. Rumpon yang digunakan umumnya dari alang-alang (Imperata cylindrica).
Metode penangkapan
Penangkapan dengan jala besar ini umumnya menggunakan perahu jukung, compreng atau perahu komenting berukuran kecil (panjang 8 m, lebar 0.8 - 1.5 m dan dalam 0 - 0.6 m). Sedangkan tenaga yang diperlukan waktu penangkapan adalah 3-4 orang. Pada bagian depan dan belakang perahu tadi diberi tambahan berupa tonjolan dari 2 bambu panjang yang masing-masing ujungnya dilengkapi dengan cincin tempat di mana nantinya tali tank pinggir (tali eretan) dilalukan. Urutan proses penangkapan adalah:
1.Menjelang penangkapan kedudukan jala diatur demikian rupa sehingga sebagian jaring berada (dimasukkan) di dalam air dalam keadaan tergantung (berkembang) dan sebagian lagi berada di atas dek perahu.
2.Dua utas tali panjang (tali tank pinggir) yang masing-masing ujungnya telah diikatkan pada tengah-tengah mulut jaring (jala) kemudian dilakukan pada cincin yang selanjutnya dipegang oleh dua orang yang berada di bagian depan dan belakang perahu.
3.Sementara itu seseorang lagi memegang tali jala (tali tarik tengah) yang kadang-kadang dilakukan dulu pada katrol yang terdapat pada bagian ujung dan pada tiang perahu.
4.Sedangkan seorang lagi mengatur kedudukan perahu agar selalu berada di depan rumpon dan memegang rumpon tersebut melalui pelampungnya. Orang ini selalu menggerak-gerakkan rumpon agar ikan-ikan yang berkerumun di sekitar rumpon mendekati mulut jala.
5.Dalam keadaan bila segala sesuatunya telah siap kemudian dilakükan penurunan jaring.
6.Kedua orang yang berada di bagian depan dan belakang perahu melepaskan tali eretan (tali tank) sementara bagian jaring yang berada di atas perahu diturunkan ke dalam air.
7.Demikian juga orang yang berada di tengah sambil memegang tali jala mengikuti jalannya pelepasan tali eretan dan melemparkan jaring yang ada di bagian tengah-tengah.
8.Pekerjaan menurunkan jaring dilakukan secara serempak dan seirama.
9.Karena adanya arus air jaring tadi dengan sendirinya akan terbuka dengan baik.
10.Penurunan jaring dapat juga dilakukan dengan menggunakan galah bambu yang ujungnya bercagak, yaitu dengan mendorong bagian tengah-tengah jaring yang terendam di dalam air. Dengan melakukan hal yang demikian rupa bagian-bagian jaring lainnya yang masih berada di atas peraliu akan jatuh, meluncur dengan sendirinya karena adanya beban berupa rantai pemberat.
11.Pengangkatan jaring dilakukan dengan menarik tali tank tengah hingga semua bagian-bagian jaring terangkat ke atas perahu. Penarikan jaring tersebut kadang dilakukan melalui katrol yang berada di ujung tiang perahu.
Daerah penangkapan
Penangkapan dapat dilakukan di tempat-tempat yang tidak terlalu dalam atau dekat dengan pantai. Hasil tangkapan terutama tembang (Clupea fimbriata), lemuru (Sardinella longiceps), japuh (Dussumieria spp.), ted (Stolephoms spp), selanget (Dorosama spp), kembung (Rastreuiger spp.) dan lain-lainnya.
Musim penangkapan
Musim penangkapan dari jala ini sepanjang tahun.
Pemeliharaan alat
Pemeliharaan alat tangkap sebaiknya setelah alat dipakai dicuci dengan air tawar, bagian yang rusak diperbaiki, dikeringkan di tempat yang tidak kena sinar matahari secara langsung dan disimpan ditempat yang bersih.
Pengadaan alat dan bahan jaring
Alat dan bahan jaring bisa diperoleh di semua toko perlengkapan nelayan di lokasi terdekat atau bisa dipesan dari pabrik jaring “PT. Arida” di Cirebon atau “PT Indoneptun” di Ranca Ekek Bandung.
Alat tangkap ini banyak terdapat di daerah:
Jala gapyuk: Jakarta, Jateng (Kendal, Jomblangan, Pemalang, Wonokerto, Tawang, Weleni, Jepara), Jatim (Tuban, Madura dan Banyuwangi).
Jala gapyuk/eder Pemalang: terdapat terutama di Pemalang, Jomblangan, Kendal, Weleri, Jepara, Tuban dan Madura. Jala ini bentuknya sepeti kerucut terpancung. Berukuran keliling sekitar 40-50 m, tinggi 12 m, # 2- 3 cm.
Tenaga dalam pengoperasiannya 3-4 orang.
Jala juang (Jala Jawa): Terdapat di daerah Makassar dan sekitarnya, Kepulauan Spermonde, Kepulauan Masalima, Galengsong. Disebut Jala Jawa mungkin asalnya dan daerah Jawa. Jala dimaksud mempunyai ukuran keliling 35-40 m, tinggi 17 m, # 2-3 cm. Tali tank pinggir biasanya berukuran 20 m, sedang tali tank tengah 10 m. Cara penangkapannya juga menggunakan rumpon sebagal alat bantu.
Kisaran harga satuan peralatan
Kisaran harga 1 unit alat tangkap Rp. 1,000,000-Rp. 5,000,000.-. Kisaran harga kapal termasuk mesin Rp. 10,000,000-15,000,000.-.
Sumber : Dit PMP, DKP
Kontak : kementerian Kelautan dan Perikanan
Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Jl. Medan Merdeka Timur No. 16 Lantai 9 Tel. (021)3519070 (Hunting) Fax. (021) 3522560 Jakarta