Sosok binatang lintah binatang endemik khas Tasmania - Australia : Philaemon grandis ternyata dapat berjasa besar dalam mengungkap sebuah kejahatan kriminal yang semula seakan menjadi kasus gelap yang nyaris tak terungkap pihak Kepolisian setelah sekian lama yakni hampir 10 tahun lamanya.

Suatu kejahatan perampokan yang tercatat dalam data kejadianakhir bulan Spetember 2001 yang silam di suatu lokasi cukup terpencil p.Tasmania sebelah Utara di luar ibu kota Hobart terjadi atas seorang wanita berusia 71 tahun yang tinggal sendirian. Sepasang pelaku kejahatan perampokan dengan kekerasan kemudian meninggalkan wanita korban dengan kondisi tertelikung dan ia sama sekali tidak berkesempatan untuk mengenali sang kriminal. Pihak polisi yang menyelidiki kemudian hanya memperoleh sedikit saja jejak sisa kejahatan, diantaranya mengenali jejak pelarian sang penjahat kabur menerobos melalui semak belukar kawasan berawa-rawa yang terdapat di pinggiran lokasi kejadian. Namun beruntung unit forensik kepolisian yang ikut bertugas meneliti kemudian tergerak untuk mendapatkan seekor binatang lintah Philaemon grandis yang tercampak di alur lintasan pelarian untuk kemudian dibawa ke lab forensik FSST : Forensic Science Services Tasmania untuk selanjutnya diteliti, yakni sampel sejumlah darah segar manusia yang masih tersimpan dalam tubuh lintah. Lintah Philaemon grandis adalah binatang khas endemik Tasmania yang lazim mengisap darah segar manusia hingga membuat tubuh sang lintah terlihat gemuk berhubung biasa mengisap darah hingga 6x volume tubuh aslinya sediakala.

Hasilnya pihak kepolisian berhasil memperoleh utuh suatu profil DNA manusia yang terdapat dari sampel lintah tersebut, hanya sayangnya ketika pada saat itu dicocokkan dengan pangkalan data profil kriminal milik Kepolisian Tasmania tak satu pun yang cocok.


Namun adalah suatu kejadian pada akhir tahun 2009 sesosok pria bernama Peter Cannon yang warga Tasmania berusia 54 tahun yang terjerat kasus obat bius hingga kemudian pihak Kepolisian mengambil darahnya untuk kepentingan pembuatan data profil DNA. Dan pihak polisi memperoleh suatu kejutan luar biasa ketika ternyata profil DNA Mr. Cannon ini identik dengan profil pelaku kejahatan yang terjadi diatas. Setelah dikonfrontasi dan diteliti kembali memang kemudian Cannon jelas merupakan terdakwa kejahatan yang nyaris terlupakan setelah sekian lama. Michael Johnston yang kini menjabat selaku Comissioner Northern District Kepolisian Tasmania dan 8 tahun yl saat kejadian kebetulan turut bertugas di tempat kejadian perkara, masih mampu mengingat jelas betapa dirinya ataupun sang korban perampokkan memang keduanya kebetulan tak digigit binatang lintah di lokasi kejadian, hingga lintah yang menjadi sampel darah DNA waktu itu memang murni darah sosok sang pelaku kejahatan.

Kejutan yang menyenangkan bagi Kepolisian Tasmania ini menurut Johnston adalah amat langka di dunia !

Dan akan hal kelangkaan kasus yang dimuat terbitan terkini majalah The Scientist ini diiyakan Mark Siddall ilmuwan yang memangku jabatan sebagai direktur Museum Natural History di NYC yang mengimbuhkan memungkinkannya penelitian sampel darah DNA manusia melewati media mahluk lain serupa kasus binatang lintah, selama sampel darah tidaklah telah terlebih dahulu mengalami proses de-komposisi terurai dalam pencernaan tubuh lintah.



Sumber: Journal TheScientist. / Rizal AK
 
Top