Produksi perikanan tahun 2010 mencapai 10,83 juta ton, meningkat sebesar 10,29% dibandingkan tahun 2009 yang besarnya 9,82 juta ton. Target produksi perikanan untuk tahun 2014 sebesar 22,39 juta ton, sedangkan perikanan budidaya 16,89 juta ton. Demikian disampaikan Menteri Kelautan dan Perikanan, Fadel Muhammad dalam "Diskusi Majalah Trobos: Outlook Perikanan Tahun 2011", di Hotel Borobudur, Jakarta (7/2).

Lebih lanjut Menteri mengatakan, ditargetkan pada tahun 2011 kegiatan perikanan budidaya difokuskan dengan indikator: Pertama, volume produksi perikanan budidaya sebesar 6.847.500 ton, Kedua, jumlah benih dengan mutu terjamin sebesar 42,2 milyar ekor benih ikan dan 350.420 ton bibit rumput laut, Ketiga, jumlah kawasan perikanan budidaya yang memiliki prasarana dan sarana yang sesuai kebutuhan sebanyak 116 kab/kota (70 kawasan payau, 116 kawasan tawar, dan 81 kawasan laut), Keempat, jumlah kawasan perikanan budidaya (sama dengan point ketiga) yang memiliki usaha yang bankable 116 kab/kota (70 kawasan payau, 116 kawasan tawar, dan 81 kawasan laut), Kelima, jumlah kawasan perikanan budidaya yang memiliki lingkungan yang sehat sebanyak 116 kab/kota (70 kawasan payau, 116 kawasan tawar, dan 81 kawasan laut), dan Keenam, persentase perencanaan, pengendalian dan pelaporan terintegrasi, akuntabel dan tepat waktu di lingkungan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya.

Tahun ini Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menargetkan sasaran produksi ikan sebesar 12,26 juta ton. Angka ini meningkat 13 % dari produksi tahun lalu sebesar 10,85 juta ton. Peningkatan produksi tersebut diharapkan diikuti dengan kenaikan tingkat konsumsi ikan. Hingga akhir 2010, tingkat konsumsi ikan mencapai 30,47 kg/ kapita/tahun, meningkat dibandingkan konsumsi tahun 2009 sebesar 29,08 kg/ kapita. Dukungan konsumsi dalam negeri sangat diperlukan untuk membangun alur pemasaran produk yang kuat, yang bisa membangun kepercayaan diri pelaku usaha sektor perikanan dari hulu sampai ke hilir. Peningkatan tingkat konsumsi ikan diyakini dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya pelaku usaha perikanan.

Selain masalah ketersediaan, ikan memiliki banyak keunggulan dibanding protein hewani lainnya. Ikan memiliki kandungan nutrisi yang relatif aman untuk balita hingga manula. Kandungan omega 3, 6, dan 9 pada ikan memberikan beberapa manfaat seperti: tumbuh kembang bayi lebih cepat, balita lebih aktif dan cerdas, serta membuat daya tahan tubuh lebih kuat. Memasak ikan pun tidak membutuhkan energi yang banyak. Keragaman jenis ikan memberikan pilihan bagi konsumen dari berbagai lapisan masyarakat. Ada banyak jenis ikan yang memiliki harga lebih murah dibanding sumber protein hewani yang lain.

alam upaya menciptakan pangan sebagai ideologi, perikanan budidaya melakukan kegiatan berupa perbaikan keamanan pangan (food safety) dari hulu - hilir, dan pengawasan mutu produk impor dan ekspor perikanan. Para pembudidaya harus menerapkan Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB), yaitu pembudidaya akan diberikan sertifikasi hasil penilaian secara obyektif dan transparan sehingga dapat meningkatkan kepercayaan baik produsen maupun konsumen, dan pada gilirannya akan meningkatkan daya saing produk perikanan budidaya. Sampai dengan tahun 2010, dari sebanyak 650 unit usaha disertifikasi, sebanyak 341 unit usaha yang bersertifikat yang tersebar di 22 provinsi dalam kategori: Pokdakan (79 unit), Perorangan (130 unit), dan Badan Usaha (132 unit).


Dalam mendukung penerapan sistem jaminan mutu, diperlukan standar mengenai sistem operasional budidaya perikanan yang supaya hasil yang diperoleh memenuhi kriteria mutu sesuai permintaan pasar dan keamanan pangan. Selain itu, dalam upaya peningkatan mutu produk, diperlukan standar di Indonesia berupa SNI (Standarisasi Nasional Indonesia) yang diakui secara internasional. Standar disusun dan dirumuskan melalui tahapan yang telah diatur oleh BSN dengan prinsip perumusan yaitu: standar dilaksanakan secara terbuka, transparan, tidak memihak, efektif, koheren, dan konsensus. Jumlah SNI Perikanan Budidaya pada tahun 2010 yang telah ditetapkan penomorannya sebanyak 11 SNI yang terdiri dari 2 SNI pengemasan udang vaname, 3 SNI produksi rumput laut cottoni, 1 SNI produksi rumput laut gracilaria, 5 SNI metode uji.

Untuk keterangan lebih lanjut, silakan menghubungi Dr. Ir. Yulistyo Mudho M.Sc, Kepala Pusat Data, Statistik dan Informasi, Kementerian Kelautan dan Perikanan (HP. 0811836967)
 
Top