PAKAN
7. HAMA DAN PENYAKIT
  1. Hama dan Penyakit Pakan Alami
    1. Chlorella
      1. Untuk mencegah berkembangnya hama dan pengganggu, medium dibubuhi dengan larutan tembaga sulfat atau trusi (CuSO4) sebanyak 1,5 mg/l. Selain itu air baru yang akan ditambahkan harus disaring dengan kain saringan 15 mikron.
      2. Hama yang sering mengganggu adalah Brachionus, Copepoda, dll. Untuk memberantas hama tersebut dalam wadah 60 liter atau 1 ton dapat dilepas ikan mujair 4-5 ekor.
    2. Kutu Air
      1. Moina yang bergerombol di permukaan menunjukkan mutu medium menurun.
      2. Cendawan yang meningkat pada hari ke-3. Bila cendawan sudah banyak, budidaya dihentikan dan bak dikeringkan.
      3. Bila muncul Brachionus dan Ciliata, budidaya dihentikan dan kolam dicuci dengan larutan klorin 100 ml/m 3 dan dikeringkan.
    3. Jentik-jentik nyamuk tari (Chironomus) dicegah dengan menutup bak dengan kasa nyamuk.
    4. Ulat Hongkong
      Hama yang mengganggu, antara lain : semut, cecak, dan tikus. Pencegahan dilakukan dengan mengolesi wadah dengan minyak mesin (Oli).
  2. Gangguan pada pakan buatan
    1. Bahan kimia yang sering mengotori bahan baku adalah obat-obatan pemberantas hama pertanian, terutama pestisida organoklorin.
    2. Kotoran-kotoran, seperti : limbah industri, kotoran dari mesin-mesin pengolahan.
    3. Bahan kimia beracun yang secara alami terdapat dalam bahan baku.
8. PANEN (Panen Pakan Alami)
  1. Chlorella
    Chlorella dipanen dari perairan masal 60 l/ 1 ton dan dapat langsung diumpankan pada ikan.
  2. Tetraselmis
    Cara pemanenan langsung diumpankan dan diambil dari budidaya masal 1 ton.
  3. Dunaliella
    Cara pemanenan langsung diumpankan dan diambil dari budidaya masal 1 ton.
  4. Diatomae
    1. Pemanenan menggunakan alat penyaring pasir yang terbuat dari ember plastik 60 l, yang bagian bawahnya dipasang pipa PVC (d = 5 cm) yang berlubang-lubang kecil sebagai saluran pembuangan air.
    2. Ember diisi kerikil yang berukuran 2-5 mm dan pasir (d = 0,2 mm, koefisien keseragaman 1,80). Tinggi lapisan pasir ± 4/5 bagian dari jumlah seluruh isi pasir dan kerikil, dan ± 8 cm diatas permukaan pasir dibuat lubang perluapan.
    3. Diatomae dari bak pemeliharaan dimasukkan ke dalam bak penyaring pasir dengan pompa air dan akan tersaring oleh lapisan pasir.
    4. Dari lubang pengurasan dipompakan air yang akan menembus lapisan kerikil dan pasir dan meluapkan air beserta Diatomae melalui lubang peluapan kemudian ditampung dalam sebuah wadah.
  5. Brachionus
    1. Panen Brachionus dilakukan pada waktu kepadatannya mencapai 100 ekor/ml dalam jangka waktu 5-7 hari atau 2 minggu kemudian dengan kepadatan 500-700 ekor / ml.
    2. Panen sebagian dapat dilakukan selama 45 hari, dimana 1-2 jam sebelum penangkapan, air diaduk , kemudian didiamkan. Brachionus yang berkumpul di permukaan diseser dengan kain nilon no 200 / kain plankton 60 mikron.
    3. Panen total dilakukan dengan menyedot air dengan selang plastik dan disisakan 1/3 bagian kemudian disaring dengan kain nilon 200 atau kain plankton 60 mikron.
    4. Hasil tangkapan dicuci bersih dan sudah dapat dimanfaatkan.
  6. Artemia
    1. Usaha Pembesaran
      • Panen dilakukan pada umur 2 minggu dan ukuran Artemia mencapai 8 mm. Sebelum penangkapan, aerasi dihentikan selama 30 menit, lalu Artemia yang naik ke permukaan diserok dengan seser kain halus.
      • Artemia dapat langsung dimanfaatkan atau disimpan dalam freezer.
    2. Produksi Nauplius
      Penangkapan dilakukan dengan memanfaatkan kotak keping penyaring yang dilengkapi saringan 200 mikron pada ujung pipa peluapannya. Nauplius diambil setelah yang terkumpul dalam jumlah banyak.
    3. Produksi Telur
      • Cara penangkapan sama dengan produksi nauplius
      • Telur dicuci bersih dan direndam 1 jam dalam larutan garam 115 permil, dikeringkan selama 24 jam, 35-40 ° C.
      • Penyimpanan dilakukan di kantong plastik yang diisi gas N2/kaleng hampa udara.
  7. Infusoria
    Infusoria dipanen dalam waktu 1 minggu, ditandai dengan perubahan warna medium menjadi keputih-putihan.
  8. Kutu Air
    Pemanenan dilakukan dengan menghentikan aerasi, penyedotan dan penyaringan medium dengan saringan ukuran 200-250 mikron dan 800-1500 mikron untuk memisahkan dari jentik-jentik nyamuk.
  9. Cacing Tubifex
    1. Panen dilakukan setelah 10 hari dengan cara memungutnya dengan tangan beserta lumpurnya, kemudian dicuci.
    2. Panen total dilakukan apabila kondisi tanah dan medium tidak dapat menyediakan makanan lagi.
  10. Ulat Hongkong
    Pemanenan dilakukan jika larva ulat berumur 2 bulan dan berukuran 1,5-2 cm. Caranya dengan menggunakan alat penyaring/ayakan dengan agak besar.


9. PASCAPANEN (Pakan Alami)
  1. Hasil panen phytoplankton dapat langsung dimanfaatkan atau disimpan dalam bentuk basah/kering, setelah dikonsentratkan dengan plankton net, plate separate, atau centrifuge.
  2. Penyimpanan stok murni phytoplankton dilakukan dalam media cair/agar dan disimpan dalam lemari pendingin dengan masa simpan 1 bulan.

10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA
  1. Analisis Usaha Budidaya
    Adanya kecenderungan peningkatan permintaan produksi perikanan mendorong berkembangnya usaha-usaha perikanan budidaya di Indonesia. Hal ini berarti kebutuhan benih semakin meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan benih tersebut, telah diterapkan teknologi manipulasi pembenihan. Kebutuhan pakannya pun dipenuhi dari luar dengan maksud agar jumlah dan kualitas benih yang dihasilkannya bisa maksimal. Selama ini jenis pakan yang banyak digunakan untuk tujuan tersebut adalah pakan buatan. Akan tetapi, sebagai pakan benih ikan, jenis pakan buatan mempunyai banyak kekurangan dibandingkan pakan alami. Komponen penyusun pakan alami lebih lengkap, sehingga para pembenih ikan cenderung lebih menyukai pakan alami. Kebutuhan ini sulit terpenuhi, karena belum ada pengusaha yang menanamkan modalnya secara khusus dalam produksi pakan ikan alami.
  2. Gambaran Peluang Agribisnis
    Pakan ikan alami yang digunakan sebagai makanan benih ikan/udang, sebagian besar dibuat sendiri dalam satu unit pembenihan. Hal ini dirasa kurang praktis dan tidak ekonomis, sehingga masih terbuka kesempatan yang sangat luas untuk membuka usaha produksi ikan alami. Untuk sementara waktu, sasaran utama produksi pakan ikan alami adalah para mahasiswa, peneliti, atau perusahaan pembenihan udang. Tetapi dalam jangka panjang usaha ini memiliki prospek ekonomi yang baik.

11. DAFTAR PUSTAKA
  1. Anonimuos. 1993 Skeletonema Bebas Parasit. Dalam Techner. Volume 07. Tahun II.
  2. Anonimous. 1994. Ulat Hongkong untuk Ikan Hias. Techner. Volume 15. Tahun III.
  3. Djariah, A.B. 1995. Pakan Ikan Alami. Penerbit Kanisius. Jakarta.
  4. Isnansetya, A. dan Kurniastuty. 1995. Teknik Kultur Phytoplankton dan Zooplankton. Pakan Alami untuk Pembenihan Organisme Laut. Penerbit Kanisius.
  5. Mujiman, A. 1999. Makanan Ikan. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta.

12. KONTAK HUBUNGAN
Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan – BAPPENAS;
Jl.Sunda Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829
 
Top