sambungan dari Penyiapan Peralatan

6.4. Pemeliharaan Pakan Alami
  1. Chlorella
    1. Dalam wadah 1 galon :
      • Bibit ditebar dalam medium yang telah diberi pupuk, sampai airnya berwarna agak kehijau-hijauan. Bibit yang masuk disaring dengan saringan 15 mikron.
      • Wadah disimpan di dalam ruang laboratorium di bawah penyinaran lampu neon, dan air diudarai terus-menerus.
      • Setelah ± 5 hari, Chlorella sudah tumbuh dengan kepadatan sekitar 10 juta sel/ml. Airnya berwarna hijau segar.
      • Hasil penumbuhan ini digunakan sebagai bibit pada penumbuhan dalam wadah yang lebih besar.
    2. Dalam wadah 60 liter atau 1 ton :
      • Untuk wadah 60 liter membutuhkan 1 galon bibit dan untuk wadah 1 ton membutuhkan 5 galon bibit.
      • Selain dipupuk, dapat dilepaskan ikan mujair besar 4-5 ekor/m2 yang diberi makan pelet secukupnya, bertujuan sebagai penghasil pupuk organik dari kotorannya.
      • Wadah disimpan dalam ruangan yang kena sinar matahari langsung.
      • Setelah 5 hari pertumbuhan terjadi dan pada puncaknya dapat mencapai kepadatan 5 juta sel/ml.
      • Secara berkala medium perlu dipupuk susulan, penambahan air baru, dan pemberian obat pemberantas hama.
  2. Tetraselmis
    1. Dalam wadah 1liter :
      • Bibit ditebar dalam medium yang telah diberi pupuk sebanyak 100.000 sel/ml. Airnya diudarai terus-menerus dan wadah diletakkan dalam ruang ber-AC, dan di bawah sinar lampu neon.
      • Setelah 4-5 hari telah berkembang dengan kepadatan 4-5 juta sel/ml. Hasilnya digunakan sebagai bibit pada penumbuhan berikutnya.
    2. Dalam wadah 1 galon (3 liter) :
      • Bibit dari penumbuhan dalam wadah 1 liter, ditebar dalam medium yang telah diberi pupuk, untuk setiap galon membutuhkan bibit 100 ml, hingga kepadatan mencapai 100.000 sel/ml.
      • Wadah ditaruh di dalam ruangan ber-AC, di bawah lampu neon, dan airnya diudarai terus-menerus.
      • Setelah 4-5 hari telah berkembang dengan kepadatan 4-5 juta sel/ml. Hasilnya digunakan sebagai bibit pada penumbuhan berikutnya.
    3. Dalam wadah 200 liter dan 1 ton
      • Wadah 200 liter membutuhkan 3 galon bibit, sedangkan wadah 1 ton 100 liter.
      • Dalam waktu 4-5 hari mencapai puncak perkembangan dengan kepadatan 2-4 juta sel/ml.
      • Hasil penumbuhan di wadah 200 ton digunakan sebagai bibit untuk penumbuhan di wadah 1 ton, sedangkan dari wadah 1 ton dapat digunakan sebagai pakan.
  1. Dunaliella
    1. Dalam pemeliharaan harus diperhatikan penempatan wadah agar cukup mendapat cahaya, sehingga fotosintesa dapat berjalan lancar.
    2. Setelah pupuk tercampur merata, bibit dimasukkan sebanyak 1/3 bagian. Wadah ditutup kapas atau stirofoam yang telah diberi slang untuk mencegah kontaminasi.
    3. Empat hari setelah masa pemeliharaan, dapat dipanen dan dikultur pada wadah yang lebih besar.
  1. Diatomae
    1. Dalam wadah 1liter :
      • Bibit ditebar dalam medium yang telah diberi pupuk sebanyak 70.000 sel/ml. Airnya diudarai terus-menerus dan wadah diletakkan dalam ruang ber-AC, dan di bawah sinar lampu neon.
      • Setelah 3-4 hari telah berkembang dengan kepadatan 6-7 juta sel/ml. Hasilnya digunakan sebagai bibit pada penumbuhan berikutnya.
    2. Dalam wadah 1 galon (3 liter) :
      • Bibit ditebar sebanyak 100 ml. Wadah ditaruh di dalam ruangan ber-AC, di bawah lampu neon, dan airnya diudarai terus-menerus.
      • Setelah 2 hari telah berkembang dengan kepadatan 4-6 juta sel/ml. Hasilnya digunakan sebagai bibit pada penumbuhan berikutnya.
    3. Dalam wadah 200 liter dan 1 ton
      • Wadah 200 liter membutuhkan 3 galon bibit, sedangkan wadah 1 ton 100 liter.
      • Dalam wadah 200 ml, waktu 2 hari mencapai puncak perkembangan dengan kepadatan 2-4 juta sel/ml, sedangkan wadah 1 liter, dalam 3 hari mencapai 2-3 juta sel/ml.
      • Hasil penumbuhan di wadah 200 ton digunakan sebagai bibit untuk penumbuhan di wadah 1 ton, sedangkan dari wadah 1 ton dapat digunakan sebagai pakan.
  1. Spirulina
    1. Dalam pemeliharaan harus diperhatikan penempatan wadah agar cukup mendapat cahaya, sehingga fotosintesa dapat berjalan lancar.
    2. Setelah tercampur merata, bibit dimasukkan sebanyak 1/5-1/10 bagian. Empat hari setelah masa pemeliharaan, dapat dipanen dan dikultur pada wadah yang lebih besar.
  1. Brachionus
Dengan Pemupukan: Bibit Brachionus ditebar 4-5 hari setelah pemupukan, sebanyak 10 ekor/ml. 5-7 hari kemudian, Brachionus berkembang dengan kepadatan sekitar 100 ekor/l dan dapat digunakan sebagai pakan ikan.
Dengan Pemberian Pakan:
    1. Bibit Brachionus ditebar 4-5 hari setelah pemupukan, sebanyak 10 ekor/ml. Wadah setiap hari pagi diaduk sebagai ganti pengudaraan.
    2. Pemberian makanan berupa algae dapat diganti dengan ragi roti sebanyak 1-2 gram berat basah per 1 juta ekor per hari pada suhu 25
      ° C atau 2-3 gram pada suhu lebih dari 25 ° C. Takaran untuk ragi kering adalah 1/3-1/2 takaran berat basah
    3. Apabila campuran algae tidak bisa diberikan terus-menerus, maka 1-2 jam sebelum panen harus diberi makanan algae secukupnya.
      • Ragi laut (Rhodotorula) dapat juga diberikan sebagai makanan Brachionus. Ragi laut dapat diperoleh dari saluran pembuangan
        pembenihan ikan dan udang laut.
      • Ragi laut dapat ditumbuhkan dengan memupuknya dengan 10 g gula, 1 g (NH4)2SO4, dan 0,1 g KH2PO4 atau K2HPO4 untuk setiap 1 liter air laut, dan ditambah HCl untuk mencapai pH 4. Dalam wadah 500-1000 liter, kepadatannya 100 juta sel/ml.
      • Brachionus yang diberi makan ragi laut mencapai kepadatan 80-120 ekor/ml dalam masa pemeliharaan 25 hari.
  1. Artemia
    1. Makanan utama Artemia adalah katul padi (dedak halus) yang berukuran < 50 mikron. Makanan lainnya : tepung terigu, tepung beras, ragi roti, ragi bir, ragi laut, dedak gamdum, tepung kedele, dan tepung ganggang.
    2. Dedak dilarutkan sebanyak 50-150 gram/l air garam (150 gram dalam 1 liter air), kemudian diblender dan disaring dengan kain saring halus 50 mikron. Larutan dedak diwadahi kantong plastik berdasar kerucut dan diberi slang plastik yang dilengkapi kran untuk pemberian pakan.
    3. Jumlah pemberian pakan ditentukan berdasarkan kekeruhan medium, Artemia dewasa (>2 minggu) kekeruhannya 20-25 cm, dan Artemia berumur < 2 minggu kekeruhannya 15-20 cm.
      • Usaha Pembesaran
        1. Benih berupa burayak tingkat nauplius instar I yang masih belum perlu makan dengan padat penebaran 1000-3000 ekor/l yang dilakukan pada senja hari.
        2. Pemberian makan untuk umur 1-5 hari, ditandai dengan kekeruhan 15-20 cm dan untuk umur > 6 hari 20-25 cm.
        3. Alat penyaring air mulai dipasang dengan mata saringan yang berangsur-angsur diperbesar sesuai umur Artemia, yaitu 200, 250, 350, dan 450 mikron.
        4. Kadar O2, pH, dan suhu air diamati secara rutin. Aerasi ditambah bila O2 < 2 mg/l dan pH < 7,5. Air medium ditambah 2 g/l NaHCO3 bila pH turun. Bak pemeliharaan ditutup plastik pada malam hari untuk mencegah fluktuasi suhu. Suhu yang baik adalah 25-30 ° C. Kotoran yang mengendap pada dasar bak harus selalu disedot.
      • Produksi Nauplius
        1. Cara pemeliharaannya sama dengan usaha pembesaran.
        2. Kondisi lingkungan diusahakan agar Artemia dapat berkembang biak secara ovovivipar (melahirkan nauplius), yaitu kadar garam 40-50 permil, suhu 25-30 ° C, kadar O2 4 mg/l, dan pH 7,5-8,5.
        3. Umur 3 minggu Artemia mulai kawin dan setiap 4-5 hari sekali akan beranak dengan jumlah 100-300 ekor. Umur induk dapat mencapai 6 bulan.
      • Produksi Telur
        • Cara pemeliharaannya sama dengan usaha pembesaran.
        • Kondisi lingkungan diusahakan agar Artemia dapat berkembang biak secara ovipar (bertelur), yaitu peningkatan kadar garam dan penurunan kadar O2 .
        • Setelah Artemia dewasa kadar garam dinaikkan sampai 90 permil dengan cara menambah larutan garam pekat secara berangsur-angsur tiap hari.
        • Setelah berumur 4 minggu, ditambah EDTA sampai kadarnya 25 mg/l dalam waktu 1 minggu.
        • Minggu ke-5, kadar O2 diturunkan dengan cara memutuskan aerasi tiap 1 jam selama 10 menit. 1-2 minggu kemudian induk Artemia mulai mengandung telur.
  1. Infusoria
    1. Penebaran bibit Ciliata dilakukan setelah makanan tumbuh, yaitu ±1 minggu setelah persiapan wadah.
    2. Ciliata dapat berkembang biak dalam waktu seminggu, ditandai dengan warna air medium yang berubah jadi keputih-putihan.
    3. Apabila medium budidaya berbau busuk, dilakukan pergantian air secara bertahap dengan menggunakan slang air.
  1. Kutu Air
    1. Pemasukan biibt dilakukan 18-24 jam sesudah pemupukan awal dengan padat penebaran 30 ekor/l.
    2. Perkembangannya akan mencapai puncak dalam waktu 7-10 hari dengan kepadatan 3000-5000 ekor/l.
    3. Makanan kutu air terdiri dari tumbuhan renik dan detritus.
  1. Jentik-jentik nyamuk
    1. Makanan diberikan secara berkala yang terdiri dari ragi, kotoran kelinci dan susu bubuk, atau detritus kering yang berasal dari alam.
    2. Dinding wadah yang ditumbuhi bakteri/lendir harus dibersihkan.
  1. Cacing Tubifex
    Penebaran bibit dilakukan dalam lubang-lubang kecil di atas bedengan (petakan /blok) yang berjarak 10-15 cm dengan jumlah 10 ekor /lubang. Masa pemeliharaan cacing sekitar 10 hari.
  2. Ulat Hongkong
    1. Pemberian pakan tambahan berupa buah-buahan dan sayuran yang masih segar.
    2. Pembersihan tempat dilakukan bila media hidup berubah warna jadi agak hitam. Caranya dengan menyaring/mengayak sel media dan ulatnya dengan ukuran saringan tergantung ukuran ulat. Untuk membersihkan kotoran yang agak besar dilakukan dengan menampi.
    3. Dalam waktu 2 minggu, ulat berubah bentuk menjadi kepompong, kemudian kumbang dan membutuhkan makanan lebih banyak.
    4. Kumbang berwarna agak keputihan, kemudian berubah kehitam-hitaman. Setelah 3 minggu kumbang bertelur sebanyak 1000 butir/ekor dan akan menetas 5-6 hari kemudian. Umur induk hanya 1 bulan setelah bertelur.
    5. Ulat yang menetas baru terlihat setelah 2 minggu. Pakan tambahan yang diberikan, terutama sawi putih/sayuran lain yang banyak kandungan airnya. 

Lanjut ke

 
Top