Budi Daya Belut di Pekarangan Rumah


BUDI daya belut (Synbranchus) sempat mengalami booming beberapa tahun lalu. Ketika itu bermunculan ratusan pembudidaya belut di seluruh Indonesia, terutama pascakrisis moneter tahun 1997-1998. Banyak orang, khususnya yang terkena PHK, menggunakan uang pesangon untuk membuat kolam belut dalam skala sedang.


Sayangnya, booming yang tak diimbangi dengan bekal memadai membuat para pembudidaya pemula kelimpungan. Satu demi satu gulung tikar, karena harga merosot akibat banyaknya pasokan belut.


Belajar dari pengalaman itu, disarankan bagi calon pembudidaya untuk memelihara belut dalam skala kecil dulu. Memelihara belut di pekarangan rumah bisa dijadikan pertimbangan.

Sambil mendulang pengalaman di lapangan, mereka pun bisa memelajari pemasaran belut dari lingkup terkecil dulu. Dengan metode seperti ini, para pembudidaya pelan-pelan bisa meningkatkan statusnya menjadi pembudidaya tangguh dan tahan banting.
Masih Cerah Sebenarnya prospek usaha belut masih cerah. Permintaan belut, baik dalam bentuk segar maupun olahan, masih menjanjikan. Hal itu dikarenakan rasanya yang lezat, dan mengandung protein tinggi.


Hingga kini, masyarakat Jepang, Hongkong, China, Taiwan, dan Korea Selatan masih menjadi konsumen terbesar belut di Asia. Di Eropa, belut mulai menjadi menu favorit bagi penduduk Italia, Prancis, Spanyol, Belanda, Denmark dan Inggris. Bahkan belakangan, masyarakat Australia dan Selandia Baru juga mulai menyukai masakan belut.


Di mancanegara, menu belut justru disajikan di resto-resto terkenal dan hotel-hotel berbintang. Itulah yang ikut menyebabkan booming belut, ketika tawaran ekspor cukup deras. Sedangkan di Indonesia, menu belut lebih sering dijumpai di warung-warung makan, atau dijual dalam bentuk olahan (terutama keripik belut).


Jenis belut yang dibudidayakan di Indonesia pada umumnya belut sawah (Monopterus albus) dan belut rawa (Simbrankus bengalesis mc. Cell). Sebagian kecil memelihara belut sungai atau laut.


Sebenarnya, budi daya belut relatif mudah untuk dilakukan. Modalnya pun juga tidak terlalu besar. Bahkan kita bisa membudidayakan belut di pekarangan rumah, yang penting adalah media, pakan, dan pengaturan air.

Masalah Kolam Kolam belut di pekarangan rumah bisa dibuat dari bahan bambu, terpal, hingga tembok. Sistem yang dipakai bisa permanen, bisa juga knock down alias mudah dibongkar-pasang ke tempat lain. Bahkan menggunakan drum bekas pun tak masalah.

Suhu udara optimal untuk pertumbuhan belut sekitar 25-31 derajat Celcius. Kondisi air untuk benih (ukuran 1-2 cm) diusahakan bersih dan kaya osigen. Sedangkan belut dewasa bisa dipelihara dalam air keruh sekalipun, asalkan tanah tempat kolam tidak beracun.

Jika lokasi cukup luas, sebaiknya Anda membangun tiga kolam sekaligus. Yaitu kolam induk / kolam pemijahan, kolam deder (untuk benih rukuran 1-2 cm), kolam belut remaja (ukuran 3-5 cm), dan kolam pembesaran (ukuran 5-40 cm).

Apabila luas lahan terbatas, sebaiknya Anda tidak mengarah ke budi daya, melainkan ke pembesaran dari benih benih berukuran 5-8 cm sampai dipanen (berukuran 35-40 cm). Jadi, menghemat lahan bukan?


Kapasitas kolam induk 6 ekor/m2, kolam pendederan 500 ekor/m2, dan kolam belut remaja 250 ekor/m2. Untuk kolam pembesaran, pada tahap awal (ukuran 5-8 cm) daya tampungnya 100 ekor/m2, tahap kedua (15-20cm) berkapasitas 50 ekor/m2, dan menjelang panen (40 cm) sekitar 3-5 ekor/m2.


Media dasar kolam terdiri atas bahan-bahan organik seperti pupuk kandang, sekam padi, dan jerami padi. Kolam yang masih kosong diberi sekam setebal 10 cm, diatasnya ditimbun pupuk kandang (10 cm), lalu diatasnya lagi ditimbun dengan ikatan merang/jerami kering (10 cm).

Setelah itu, alirkan air ke dalam kolam sampai setinggi 50 cm. Biarkan beberapa hari sampai dasar kolam menjadi lumpur sawah. Masukkan belut-belut ke dalam kolam.
Makanan Sebagai hewan karnivora, belut membutuhkan pakan berprotein tinggi, sekitar 65-70 persen. Pakan berupa pelet, baik yang dibuat sendiri maupun beli di toko ikan, bisa menjadi solusi yang bagus.


Namun, pemberian pelet harus diselingi dengan pemberian pakan hidup, seperti ikan dan bekicot. Ini bisa meningkatkan produktivitas belut secara maksimal, karena diversifikasi pakan berpengaruh positif terhadap kuantitas pakan yang dikonsumsinya.

Karena itu, di dalam kolam atau drum di pekarangan rumah perlu ditambahkan beberapa pakan hidup seperti kecebong, cacing, larva ikan, dan belatung.
Untuk mengukur keberhasilan budi daya, Anda bisa menggunakan patokan yang disebut rasio konversi pakan (FCR). FCR dihitung berdasarkan hasil bagi antara jumlah pakan dan pertambahan bobot badan dalam interval waktu tertentu.


Makin kecil FCR, makin bagus usaha budi daya Anda. Sebaliknya, jika FCR terlalu besar, berarti pakan terlalu boros dan/atau belut tidak tumbuh maksimal. Idealnya, angka FCR sekitar 2. Jika Anda hanya membesarkan, belut bisa dipanen setelah empat bulan
pemeliharaan. Selamat mencoba.
 
Top