Kondisi ekonomi Indonesia yang semakin sulit, menyebabkan terjadinya stres keuangan atau financial distress.
Penyebab stres keuangan adalah ketidakmengertian dan kelalaian, cara hidup yang tidak bijak dan terseret pola hidup yang semakin konsumtif. Jawaban yang pasti untuk mengalami pembebasan dari cengkeraman pola hidup duniawi adalah memiliki kesehatan rohani dan kecerdasan finansial.
Secara sederhana ada 3 penyebab utama terjadinya financial distress:
1. Under-income
Penghasilan yang diperoleh relatif kecil untuk menutup biaya hidup yang selayaknya. Hal ini sebenarnya tidak mungkin terjadi pada anak Tuhan, kecuali karena rencana Tuhan. Secara umum penyebab sesungguhnya dari under-income ini karena orang-orang tersebut tidak memi¬liki keahlian yang cukup. Mereka tidak memersiapkan diri dengan benar.
2. Over-expensed
Kondisi yang membuat berapapun penghasilan sepertinya tidak cukup untuk menutup banyaknya kebutuhan dan ‘kebutuhan’. Kebutuhan yang disebut pertama mungkin bersifat mutlak. Akan tetapi untuk yang kedua yaitu ‘kebutuhan’ meskipun banyak alasan untuk dipenuhi tapi sebenarnya harus dikendalikan secara ketat untuk diminimalkan.
3. Sudden unavodables
Pengeluaran yang bersifat mendadak/urgen dan tak mungkin dihindari. Kehidupan dewasa ini semakin banyak hal-hal tak terduga yang harus kita lakukan untuk alasan kebaikan maupun yang bersifat musibah. Misalnya, orang-orang lain terutama keluarga/kerabat yang tiba-tiba membutuhkan pertolongan kita. Atau musibah, misalnya, penyakit, kecelakaan sampai bencana. Semua itu menyebabkan kita harus mengeluarkan uang dalam jumlah besar dan enderung tidak terduga sebelumnya.
Hal-hal di atas merupakan beberapa penyebab utama dari financial distress. Tidak seorang pun, tanpa terkecuali anak Tuhan, pasti tidak mau mengalaminya. Akan tetapi, ancaman terjadinya financial distress ini semakin nyata dan dapat menyerang tiba-tiba.
Berikut tiga langkah mengantisipasi problem financial distress.
1. Be contented
Memiliki rasa cukup atas apa yang ada, sehingga dapat bersyukur dalam segala keadaan. Memang kita semua harus punya ambisi untuk terus maju dan bekerja keras sebagai usaha pertumbuh dengan menggunakan benchmark (acuan kinerja) keberhasilan orang lain. Akan tetapi, hal itu tidak menjadi alasan kita untuk tidak mau menerima atau frustrasi karena tidak dapat seperti mereka. Rasul Paulus memberi teladan yang patut kita ikuti dalam Filipi 4:11-12. Di sana disebutkan tentang belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan, baik dalam kekurangan maupun kelimpahan.
2. Simple life-style
Memiliki gaya hidup sederhana, tidak neko-neko. Sebenarnya banyak orang pada masa kini beranggapan bahwa gaya hidup sederhana itu berarti gaya hidup yang tidak trendy, tidak mengikuti perkembangan zaman. Kita dapat hidup mengikuti tren yang mutakhir, tanpa harus memilih yang kelewat mewah. Paulus mengajar pentingnya hidup sederhana (1 Tim. 6: 7-8; Rm. 14:17).
3. Prudent budgeted consumption
Selalu mengupayakan untuk mencatat dan menghitung semua kebutuhan dalam anggaran yang disesuaikan dengan penghasilan yang wajar (Luk. 14: 28).
Tantangan terbesar untuk mendapatkan terobosan keuangan dan melepaskan diri dari financial distress adalah terletak pada kedisiplinan untuk tidak memberikan toleransi terhadap keinginan-keinginan emosional yang ’berbaju’ kebutuhan. Marilah kita percaya bahwa Tuhan selalu menyertai kita. anganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: “Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau” (Ibr.13: 5).
*) Penulis adalah Ketua Program Magister Akuntansi, Universitas Surabaya
Drs. Wiyono Pontjoharyo, M.M., Ak