Setiap  tahun sebagian umat Islam di Indonesia mengadakan peringatan Isra  Mi’raj Nabi Muhammad SAW yang diselenggarakan di desa-desa, kota, media  Televisi bahkan kadang di Istana Negara. Peringatan ini tentu  dimaksudkan untuk mengingatkan kembali peristiwa bersejarah yang pernah  dilakukan Nabi dan diabadikan dalam Al qur’an. Tentu saja di masa Nabi  peringatan seperti ini tidak ada, namun dengan peringatan (mengingat  kembali) ini, bisa dijadikan sebagai salah satu sarana instrospeksi terhadap pelaksanaan perintah yang diterima Nabi dalam peristiwa ini, yakni SHOLAT.
  Insya Allah apabila peringatan ini salah satu tradisi baik, tentu akan  bernilai baik dihadapan Allah, karena Nabi bersabda : Barang siapa  melakukan tradisi (sunnah) baik yang dilakukan(amalkan) orang  sesudahnya, baginya pahalanya dan pahala seperti yang diberikan kepada  mereka (yang menjalankan tradisi tersebut) tanpa berkurang sedikitpun  pahala bagi mereka yang menjalankannya ( HR. Ibnu Majah, Ahmad).      HR  Ahmad meneruskan dengan Barang siapa melakukan tradisi buruk, maka  dosanya atasnya serta dosa orang-orang yang mengamalkan tradisi itu  sesudahnya tanpa berkurang sedikitpun dosa orang yang melakukan tradisi  (sunnah) buruk tersebut. (Asbabul wurud 3, hadist no. 1548)
A.  Makna suatu Peristiwa
Peristiwa  atau kejadian bisa dialami oleh siapapun, bahkan tidak mungkin manusia  tanpa mengalami peristiwa apapun dalam hidupnya. Kejadian bisa dialami  secara personal, kelompok, masyarakat, bangsa atau Negara bahkan alam  dan lingkungan sekitar kita.
Kejadian  dalam hidup yang dialami seseorang memiliki arti, terlebih yang  mengalaminya adalah pemimpin. Demikian pula kejadian yang di alami oleh  keluarga (kelompok), organisasi/lembaga, alam semesta, bangsa dan Negara  mengandung makna yang bisa dijadikan pelajaran hidup. Cobalah  ingat-ingat, peristiwa apa saja yang pernah terjadi pada diri, keluarga  atau masyarakat, lalu apa makna, pelajaran atau hikmah yang bisa dipetik  dari peristiwa tersebut?
Nabi  sebagai Rasulallah dalam membawa risalah kerasulannya, tidak sepi dari  peristiwa yang memberi pelajaran pada diri Rasul dan ummatnya. Peristiwa  besar yang pernah di alami Nabi Muhammad SAW, diantaranya Hijrah,  perang, ejekan-ejekan kaum yang tidak suka atas kerasulannya, dan Isra  mikraj (saat dengan mengalami duka karena kematian paman dan istri (  khadijah) beliau).
B.  Perjalanan  ISRO MIKRAJ
Peristiwa  ini sangat menghebohkan, karena peristiwa yang dialami Nabi kali ini  dinilai tidak logis (tidak masuk akal) saat itu. Mengapa ?, karena  perjalan dari masjidil Haram ke masjidil Aqsha dan naik ke Sidratul  Munthaha dalam waktu semalam. 
Oleh karena itu dalam Firman Allah mengawali informasi isra mi’raj ini  dengan redaksi Maha suci Allah. 
“Maha  Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari  Al-Masjidil Haram ke Al-Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi  sekeliling-nya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda  kebesaran Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha  Melihat”. (QS.(17). Al Isra :1)
Setiap orang dapat mengambil pelajaran dari peristiwa isra mi’raj dalam berbagai bentuknya,  sesuai sudut pandang masing-masing. Berikut yang terlihat dari salah satu sudut pandang.
1)  Perjalanan menelusuri bumi (Horisontal)
Perjalanan dari Masjidil haram ke Masjidil Aqsha  menggambarkan perlunya perjalanan secara  fisik  dari satu tempat ke tempat lain. Setiap orang kadang terserang rasa  kejenuhan yang apabila berlarut-larut akan menimbulkan stress dan  berakibat fatal. Pada saat inilah manusia bisa melakukan perjalanan  fisik (rekreasi) agar fikiran dan kejenuhan hati bisa lenyap dan segar  kembali. Perjalanan untuk menempuh suatu tempat juga sangat dianjurkan  Allah, agar kita memperhatikan tanda-tanda kebesaran Allah berupa  tempat-tempat yang subur, tandus, indah aneka ragam tanaman, bunga,  binatang  dengan aneka  perilakunya termasuk  manusia. Bisa juga untuk keperluan silaturrahmi, bisnis,  observasi/penelitian. Kerja atau lainnya. Apabila dalam perjalanan  memperhatikan semua yang ia lewati, maka  akan meningkatkan  keimanan, rasa syukur dirinya kepada Allah. Dengan pengalaman yang kita  temui juga dapat menguatkan dan menghaluskan rasa hati untuk sabar,  peduli dan menguatkan fisik (sehat/bugar) karena melakukan aktivitas  yang bergerak akan menyehatkan.
Nabi  juga bersabda: apabila kita ingin mengetahui karakter seseorang, maka  ajaklah ia menginap (mabit), berbisnis (kerjasa sama) dan  melakukan perjalana dengannya.  
Perjalan yang dilakukan dari tempat yang baik ( masjid) menuju tempat yang baik pula.  Hal  ini memberi pesan bahwa perjalanan yang kita lakukan jangan sampai  melalaikan kewajiban terhadap tempat, lingkungan yang dilalui dan hati  dengan tetap menjaga kebersihan, niat, hati, sikap, perilaku atau  perbuatan serta ibadah selama perjalanan.
2) Perjalanan Vertikal ke sidratul Munthaha
Perjalanan Nabi naik dalam rangka menghadap Allah SWT sebagai Hamba dan rasul-Nya.  Dalam  kehidupan dijumpai, apabila sebuah besi ingin dibuat bersifat magnet  maka harus didekatkan dengan magnet. Makin dekat tentu kemagnetan yang  diperoleh dari efek benda magnet makin besar dan sebaliknya. Allah Maha  Kaya, Maha Kuasa, Maha Bersih,Maha Halus, Maha Pemurah dan lainnya.  Apabila seseorang menginginkan kekayaan, kekuasaan, kebersihan,  kehalusan hati, menjadi orang yang dermawan dan lainnya maka harus  mendekatlah kepada Allah yang menjadi sumber semua keinginannya. Apabila  ingin semua itu tetap dimilikinya, maka tetaplah dekat dengan-Nya.  Seseorang yang jauh atau mulai jauh dengan Allah, maka hilang atau makin  berkurang pulalah apa saja yang ia miliki selama ini. 
Nabi  menghadap Allah untuk memenuhi panggilan-Nya. Oleh karena itu semua  yang mengaku ummat Muhammad tentunya akan selalu memperhatikan  penggilannya. Panngilan Allah kadang banyak diabaikan oleh manusia.  Panngilan Allah diantara : menegakkan sholat 5 waktu melalui panggilan  adzn, panggilan menunaikan ibadah haji ( bagi yang mampu), membayar  zakat, amar makruf nahi munkar, dan panggilan-panggilan lainnya. 
3) Bekal melakukan Perjalanan
Perjalanan  akan menyengsarakan apabila orang itu tanpa melakukan persiapan berupa  fisik, bekal dan niat. Perjalanan bisa dilakukan apabila fisik dalam  keadaan sehat dan bugar, perbekalan berupa makanan, pakaian atau lainnya  yang cukup. Persiapan hati berupa NIAT akan menumbuhkan semangat dan  perjalanan dengan niat bersih/baik akan mendapat ridho dan lindungan  Allah dan Insya Allah perjalanan sesuai dengan harapan dan selamat.  Demikian juga bekal iman yang kuat agar mampu mempertahankan kebersihan  hati dan perbuatan apabila menemui godaan-godaan syetan yang terkutuk  baik dalam wujud  jin atau manusia.
4)  Perjalanan malam
Ada  perbedaan yang berarti antara siang dan malam. Ketika kita bekerja  siang hari 8 jam berturut-turut pada malam hari, akan terasa lebih berat  menjalankannya dibandingkan siang hari. Walaupun siang hari sudah tidur  cukup, namun tetap saja mengantuk ketika tugas malam. Kekurangan tidur  malam ternyata bisa tergantikan dengan tidur siang hampir 2 kali lipat.  Namun demikian malam memiliki kekuatan, ketika seorang belajar (di  sepertiga malam) akan lebih mudah, terbuka fikiran dan berbobot idea  atau hasilnya.
Perjalan  ini menunjukan betapa berat melakukan kegiatan fisik di malam hari dan  begitu efektif mendekatkan diri kepada Allah SWT. Perhatikanlah Biro  perjalanan lebih banyak beroperasi  siang daripada malam hari. Allah menganjurkan Sholat malam kalau ingin lebih dekat dengan-Nya.
إِنَّ نَاشِئَةَ اللَّيْلِ هِيَ أَشَدُّ وَطْئًا وَأَقْوَمُ قِيلًا(6)
Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk ) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan. (QS. 73:6)
C.  Pelajaran Tanda-tanda yang Allah perlihatkan kepada Hamba-Nya
Dalam  perjalanan menuju sidrathul Munthaha, Allah perlihatkan Tanda-tanda  kebesaran Nya kepada Nabi. Tanda-tanda yang diperlihatkan secara  gamblang terhadap akibat perbuatan baik dan buruk, diantaranya :
- Penglihatan Rasul di Alam Barzah
Balasan yang akan dialami oleh manusia nanti bila berbuat kebaikan atau keburukan, diperlihatkan kepada Nabi berupa :
§ Orang-orang menanam langsung mengetam. Mereka adalah Orang- orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah.
§ Orang memukuli kepalanya sampai retak, lalu kembali utuh dan dipukuli lagi demikian seterusnya. Mereka adalah Orang-orang yang tidak sholat.
§ Orang-orang makan rumput berduri dan bara api. Mereka adalah Orang-orang yang ketika di dunia menolak zakat.
§ Orang-orang menggunting lidah dan bibirnya, tumbuh lagi dan digunting lagi ? Mereka adalah para penyebar fitnah.
§ Orang-orang makan daging busuk, sedangkan di sampingnya ada daging segar tidak disentuh. Mereka adalah pelaku zina.
§ Orang berenang dalam kolam darah dan dilempari batu. Mereka adalah tukang/pemakan riba dan penindas kaum dhuafa (lemah). 
- Diperlihatkan Jibril dalam bentuk aslinya, pemandangan Sidratil Munthaha dengan perjalanan yang sangat cepat.
Hatinya  tidak mendustakan apa yang telah dilihatnya. Maka apakah kamu  (musyrikin Mekah) hendak membantahnya tentang apa yang telah dilihatnya?  Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang  asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratil Muntaha. Di dekatnya ada  surga tempat tinggal, (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha  diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (Muhammad) tidak  berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. ( QS. An-Najm 16-17 )
D. Perintah Sholat
Allah  memandang begitu penting sholat bagi Hamba-Nya, oleh karena itu Allah  memanggil langsung Rasul untuk menerima amanah untuk Nabi dan ummatnya.  Firman Allah  :
إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي(14)
Sesungguhnya  Aku ini adalah Allah, tidak ada Ilah (yang hak) selain Aku, maka  sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku. (QS. 20:14)
وَأَوْحَيْنَا  إِلَى مُوسَى وَأَخِيهِ أَنْ تَبَوَّآ لِقَوْمِكُمَا بِمِصْرَ بُيُوتًا  وَاجْعَلُوا بُيُوتَكُمْ قِبْلَةً وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَبَشِّرِ  الْمُؤْمِنِينَ(87) 
Dan  Kami wahyukan kepada Musa dan saudaranya:"Ambillah olehmu berdua  beberapa buah rumah di Mesir untuk tempat tinggal bagi kaummu dan  jadikanlah olehmu rumah-rumahmu itu tempat shalat dan dirikanlah olehmu  shalat serta gembirakanlah orang-orang yang beriman". (QS. 10:87)
Sholat  yang diperintahkan untuk umat Muhammad SAW adalah yang sempurna atau  terbaik, baik dalam jumlah, pengaturan waktu, tata caranya dan aspek  lainnya.
Perintah  yang sangat penting, sehingga Nabi menghadap langsung ke hadirat Allah  untuk menerimanya. Oleh karena itu jangan sekali-kali melupakan sholat 5  waktu. Cobalah direnungkan sholat kita, kemudian evaluasi dan jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini dengan obyektif.
1.  Saya sebagai muslim belum mendirikan sholat lima waktu, saya belum mau memulai  sekarang juga ? Jika saya belum bisa mendirikan sholat mengapa saya  tidak berusaha mempelajari dan memahami makna, hikmah, maksud dan tujuan  sholat ? Mengapa saya tidak mencari tahu, bertanya dan berusaha  mencobanya ?
2. Saya  telah mendirikan sholat wajib lima waktu, tetapi apakah suami,istri,  anak-anak serta semua orang yang tinggal di rumah saya, semua mendirikan  sholat ? Apakah saya memberikan perhatian terhadap sholat mereka ?  Kalau belum, mengapa engkau biarkan anak/istri/suami biarkan untuk  menuju Naraka?
3. Saya  telah mendirikan sholat wajib lima waktu, tetapi apakah setiap hari  paling tidak satu diantara sholat wajib, melakukannya dengan berjamaah  bersama anggota keluarga? Kalau belum, mengapa tidak memilih yang  berbobot 27 kali?
4. Saya telah mendirikan sholat wajib lima waktu. Seberapa sering saya berjamaah di Masjid ?
5. Saya  telah mendirikan sholat wajib lima waktu, tetapi apakah saya telah  melengkapinya dengan sholat sunah rawatib, Tahajjud dan dhuha ?
6. Saya telah mendirikan sholat wajib lima waktu, tetapi apakah sholat  saya berpengaruh terhadap akhlak saya, sehinga dapat mencegah perbuatan  keji dan mungkar serta mendorong saya untuk lebih bergairah dan  bersemangat dalam beramal sholeh dan selalu berusaha untuk  meningkatkannya ? Apakah sholat saya telah menumbuhkan kepedulian saya  terhadap kesulitan tetangga, rekan atau saudara, keluarga dan kaum  muslimin pada umumnya?
Apabila kita dapat mengambil hikmah dari peristiwa yang telah diutarakan di atas dan dapat menerapkan dalam kehidupan serta menjaga butir 6 dengan baik atau jawabannya : ya, Insya Allah kita termasuk orang-orang yang beruntung. Pertanyaan butir ke 6  merupakan perwujudan dari kekhusyu’an sholat kita. Firman Allah :
قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ(1)الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ(2)
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (QS. 23:1) (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam shalatnya, (QS. 23:2)
sumber.hidup bermanfaat utk semua 
