Krisis kepemimpinan di Negara tercinta Indonesia disebabkan oleh ketidak-berhasilan pemimpin-pemimpin kita sebelumnya untuk mencetak kader menjadi pemimpin berikutnya mulai dari founding father Negara Indonesia hingga kini.

Sebab lain adalah ketidak-mampuan system pendidikan Indonesia (baik lembaga maupun kurikulumnya), untuk mengarahkan manusia Indonesia menjadi pemimpin yang andal dan mumpuni baik ditingkat nasional, regional maupun internasional, sejak diawalinya kebangkitan nasional 1908 hingga kini.

Pendidikan di Indonesia masih mengacu seperti apa yang menjadi tujuan pendidikan jaman penjajahan Belanda melaui politik etisnya, yaitu untuk mencetak pegawai dari pribumi untuk mengisi kekosongan tenga administrasi di lingkungan pemerintahan Hindia Belanda.


Oleh sebab itu orientasi berpikir bangsa Indonesia harus segera diubah, yaitu bagaimana mendidik setiap warga negara Indonesia ini menjadi pengelola atas semua potensi sumber daya alamnya. Setiap jenjang pendidikan di Indonesia harus diisi dengan kurikulum yang memuat ide besar diatas, misalnya saja kepemimpinan dan entreupeuner. Pengulangan kurikulum tersebut dalam setiap jenjang pendidikan akan menjadi modal dalam kehidupan nyata selepas sekolah dan mampu mengaplikasikannya dalam mengelola potensi sumberdaya alam serta mampu mencipatkan lapangan kerja.

Dengan masuknya kepemimpinan dan entreupeuner dalam kurikulum diharapkan mampu melahirkan calon pemimpin yang ideal yang selalu berdidiplin, kerja keras, terbiasa mengatasi persoalan yang ada dimasyarakat, selalu berfikir dan berusaha agar rakyat sejahtera, memperlihakan karya nyatanya, menjadi suri tauladan, jujur, amanah, anti korupsi dan hal-hal yang baik lainnya. Dengan demikian krisi kepemimpinan dimasa yang akan datang akan teratasi.

Pesan : Seorang pemimpin ideal tidak hanya fasih meneriakan berbagai slogan untuk memotivasi bangsanya tapi harus memperlihatkan karya nyatanya dalam membangun Negara.



 
Top