Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO, Arief Rachman mengatakan, pendidikan kewirausahaan hendaknya tidak hanya diajarkan mulai dari jenjang SD hingga Perguruan Tinggi. Menurutnya, akan lebih baik jika kewirausahaan juga diajarkan sejak anak-anak memasuki bangku taman kanak-kanak (TK). Hal itu dikatakannya pada pembukaan Konferensi Internasional UNESCO-APEID ke-15, Selasa (6/12/2011), di Hotel Sultan, Jakarta. Konferensi ini mengambil tema "Pendidikan yang Inspiratif: Kreativitas dan Kewirausahaan".. 


"Jadi nantinya tidak hanya jenjang SD sampai perguruan tinggi. Tetapi jika perlu sejak Taman Kanak-kanak (TK) sudah ditanamkan pendidikan kewirausahaan," kata Arief.

Jadi nantinya tidak hanya jenjang SD sampai perguruan tinggi. Tetapi jika perlu sejak Taman Kanak-kanak sudah ditanamkan pendidikan kewirausahaan
Ia mengungkapkkan, selain bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan tentang kewirausahaan, konferensi internasional ini juga merupakan langkah inisiatif pendidikan kewirausahaan, tentang praktik kewirausahaan, dan sebagai upaya untuk mendongkrak pendidikan kewirausahaan di semua level pendidikan. 

Konferensi yang berlangsung 6-8 Desember 2011 ini dihadiri oleh para akademisi, pendidik, dan pengusaha terkemuka di kawasan Asia Pasifik. Sejumlah hal akan dibahas, di antaranya akan dilakukan kajian mengenai cara-cara untuk mengoptimalkan kreativitas dan kewirausahaan di bidang pendidikan.

Sebanyak lebih dari 400 peserta yang berasal dari sekitar 20 negara yang berpartisipasi akan melihat contoh-contoh bidang usaha dan kisah-kisah keberhasilan dari sektor publik mau pun swasta serta mengeksplorasi daya kreativitas dan kewirausahaan. Ke depannya, contoh-contoh ini diharapkan mampu menginspirasi generasi mendatang yang terdiri dari orang-orang inovatif untuk berpikir secara lateral (kreatif) dan berani mengambil risiko yang telah diperhitungkan.

Salah satu pembicara utama, Larry O’Farrel, seorang guru besar dan Ketua Bidang Seni dan Pembelajaran UNESCO dari Fakultas Pendidikan, Universitas Queen’s Kanada mengatakan, dunia membutuhkan orang-orang kreatif. Individu dengan karakter seperti ini diharapkan mampu menyelesaikan masalah di semua sektor perekonomian untuk meningkatkan produktivitas dan kewirausahaan serta mengatasi tantangan sosial dan budaya yang besar. 

Oleh karena itu, kebutuhan yang lebih mendesak adalah sistem pendidikan yang dapat meningkatkan kapasitas kreatif generasi mahasiswa saat ini dan akan datang. Namun, kata dia, mengutip para kritikus pendidikan, konfigurasi pendidikan saat ini kurang dilengkapi perangkat untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
"Di banyak bagian dunia, penghafalan masih menjadi satu-satunya metode pengajaran yang digunakan. Di negara-negara yang lebih maju, penguasaan pengetahuan lebih diprioritaskan daripada eksperimen kreatif akibat adanya efek penghambat dari ujian yang distandarisasi," kata O’Farrel.

Selain O’Farrel, para pembicara lainnya yang akan hadir di konferensi ini adalah Wang Libing (Guru Besar Bidang Pendidikan, Universitas Zhejiang, RRC), Ciputra (pendiri Grup Ciputra dan Ciputra Entrepreneur Center), serta Sofjan Wanandi (Ketua Asosiaso Pengusaha Indonesia (Apindo)), dan Mira Lesmana (penulis sekaligus produser film Indonesia).
JAKARTA, kompas-edu
 
Top