VI.  LELE DUMBO

Apakah lele dumbo itu ?
Lele dumbo adalah satu jenis/hibrida ikan lele yang bar diintroduksikan ke Indonesia dari manca negara  yalta Taiwan. Ketika masukkan ke wilayah Indonesia melalui bandara Soekarno hatta ikan ele ini tercatat bernama ibniah Clarias fuscus dengan nama populer (Inggris) King Cat Fish yang berarti raja ikan lele.
Dari namanya  dapat dibayangkan bahwa ikanjele yang satu in mempunyai sifat-sifat unggul. Ternyata kemudian San lele ini memang mempunyai sifat-sifat yang baik ialah cepat pertumbuhannya dan dapat mencapai ukuran bear dahm waktu relatif pendek. Karena sifat cepat tumbuh dan besar/gemuk badannya itulah, maka diberi nama  LELE DUMBO Tidak jelas benar siapa sebenarnya yang niemberi nama itu, sebab tanpa disadari masyarakat lalu mengenal nama ini dengan cepat. Tentu ini jasa dari surat kabar yang memberitakannya secara cepat dan luas ke seluruh penjuru tanah air kita. Ada yang mengatakan bahwa nama "dumbo" itu berasal dari kata dalam bahasa Jawa Dhomba yang maksudnya
"kambing domba' yang cepat besar dan gemuk/berlemak banyak. Istilah yang Jawa itu  barangkali kurang enak diucapkan oleh orang Indonesia ada umumnya sehingga lebih dapat diterima ucapan "dumbo" yang bisa diterapkan pada Jumbo Jet yaitu pesawat terbang yang badannya ekstra besar. Jadilah ikan lele yang berbadan besar dan tumbuh cepat itu disebut secara populer "lele dumbo". Memang enak didengar, mudah diucapkan, enak pula dimakan (rasanya).
Ketika datang di Bandara Soekarno-Hatta ikan lele itu tercatat bernama Glorias fuscus, tetapi beberapa bulan kemudian ada pemberitaan yang menyatakan bahwa namanya yang betui adalah Glorias gariepinus. Menurut keterangan peneliti pada Balai Penelitian Perikanan Air Tawar (BPPAT) Bogor, sebenarnya lele imp or yang satu itu adalah hibrida atau hasil kawin silang antara jenis ikan lele asli Taiwan dan jenis lele dari Afrika. Hal itu dibenarkan juga oleh importirnya yaitu P.T. CIPTA MINA SENTOSA dengan ahlinya yang orang Taiwan. Tetapi tidak jelas, apakah lele yang didatangkan itu mempakan hasil silang F-1, F-2, ataukah F-3! ?

A.  Jenis-jenis Ikan Lele
Dalam kaitan dengan masalah hibridisasi atau perkawinan silang antarikan lele ini, marilah kita adakan tinjauan buku-buku tentang ikan lele yang ada di dunia ini. Sangatlah menarik  studi  yang  dilakukan  oleh  majalah pertanian TRUBUS (Oktober 1986).
BPPAT, Bogor telah meneliti mengenai penanaman species lele dumbo secara ilmiah, yaitu menurut keadaan morfologi, warna tubuh,  ukuran  perbandingan panjang batok kepala dibanding panjang badan dan sifat-sifat lainnya, disimpulkan bahwa lele dumbo itu tidak mirip dengan Clarias fuscus, melainkan lebih mirip dengan C. mossambicus dari Afrika, di mana panjang batok kepalanya 1/5 bagian dari panjang badannya.
Menurut keterangan importirnya, lele yang diimpor tersebut adalah hasil kawin silang antara induk betina asli jenis Taiwan (C. fuscus ?) dengan induk lele jantan asal Kenya, Afrika.
Di benua Afrika yang sangat luas itu telah ditemukan banyak sekali jenis ikan lele." Menurut Guy Teugels dalam bukunya A Systematic Outline of the African Species of the Genus Glorias (1982), di Afrika paling kurang ditemukan 122 species walaupun kemudian ternyata nama-nama yang diberikan oleh penemunya setelah diteliti kembali banyak yang sinonim alias sama, jadi diberi nama dobel.
Menurut W.J.A.R. Viveen dan kawan-kawan dalam bukunya Practical Manual for the Culture of the African Catfish (1907) dinyatakan bahwa di Afrika banyak sekali jenis lele, tetapi yang menonjol (dominan) ada 4 species, yaitu C  lazera, C. mossambicus,  C. senegalensis, dan C. ariepinus. Oleh Burchell (1822)  keempat species itu dinyatakan dilebur menjadi satu species, yaitu C gariepinus. Peleburan nama itu katanya, dengan mengingat bahwa ciri- ciri fisik keempat species itu sangat mirip, hanya berbeda tempat penyebaran (tempat ditemukannya). Demikian hasil telaah majalah pertanian TRUBUS berdasarkan beberapa buku. Sifat-sifat dari keempat species yang lebur menjadi C. gariepinus itu disajikan pada tabel.
Kiranya menjadi jelas sekarang, lele dumbo itu walaupun bapaknya C mossambicus yang berasal dari Kenya dan  induknya C. fuscus asli Taiwan, diberi nama C. gariepinus (C.  mossambicus  sinonim  C.  gariepinus),  sedangkan lele dumbo itu banyak mewarisi sifat-sifat bapaknya ! Sekarang diputuskanlah nama ilmiah lele dumbo adalah : Clarias gariepinus (hibrida), dari Kelas : Pisces, Ordo : Ostariophysi, Famili: Clariidae, Genus : Clarias.
 Menurut TP. Chen dalam bukunya Aquaculture Practices in Taiwan (1979), Clarias fuscus yang diambil betinanya dalam kawin silang dengan lele asal Afrika itu, selain di Taiwan juga terdapat di Amerika. Tetapi di Amerika ikan  lele ini tidak disukai dan dianggap merugikan karena suka memangsa ikan lain. Di Taiwan, C. fuscus ini maksimal hanya dapat mencapai berat badan 500 gram, dan sangat digemari oleh orang Taiwan dan Hongkong. Konon orang Cina percaya bahwa sup ikan lele mengandung tonik, tetapikurang jelas apa khasiatnya yang pasti. Oleh karena itu sup ikan lele banyak dicari orang dan dijual di restoran. hun hanya dapat mencapai berat badan 150 gram. Lele asli Indonesia ialah C. batrachus juga terdapat di Taiwan.
B  Sifat-sifat Lele Dumbo
Berdasarkan penelitian BPPAT Bogor, sifat-sifat lele dumbo dan lele lokal dapatlah disajikan pada daftar berikut. (TRUBUS, 1986).

Sifat - sifat
Lele dumbo
(c. geriepinus)
Lele local
(c. batrachus)
-         Kalau terkejut atau menderita stress warna dan berubah menjadi loren- loren
-         Gerakan lebih agresif
-         Patil tidak beracun
-         Tidak merusak pematang
-         Warna gelap

-         Gerakan biasa
-         Patil beracun
-         Merusak pematang dengan membuat lubang


pertumbuhan
Umur
Lele dumbo (gram)
Lele local (gram)
2 hari ( larva)
5 minggu
24 minggu
( 5 – 6 bulan )
1,2 – 3
10 – 15
180 – 200

0,2 – 2
1 – 1,5
40 - 50

Data pertumbuhan tersebut diperoleh dari uji coba pada kolam 1.000 m2  berkedalaman  1  meter, benih 5 - 8 cm padat penebaran 30 - 50 ekor/m2 selama 24 minggu (5 - 6 bulan) menghasilkan lele dumbo berat 200 - 300 gram/ekor, 'dengan mortalitas 30 %. Pakannya terdiri atas campuran  dedak dan ikan rucah dengan perbandingan masing-masing 3 bagian dengan 1 bagian, dengan perhitungan konversi pakan : 66 kg pakan menjadi 1 kg ikan).
Pada perbandingan tersebut di atas, pertumbuhan lele lokal agaknya terlalu lambat apabila dalam 5 - 6 bulan, (24 minggu) dari benih 5 - 8 cm hanya menjadi 40 - 50 gram/ekor. Pada data yang penulis peroleh terdahulu (lihat BAB IV : Pemeliharaan Lele dalam Pecomberan, halaman 38) di mana setelah dipelihara oleh Pak Mulyono di Ungaran, benih lele lokal ukuran 5 - 8 cm setelah dipelihara 5 - 6 bulan juga dapat menjadi lele konsumsi dengan berat 4 - 5  ekor/kg atau 200 - 250 gram/ekor.
Data lain lagi yang dikemukakan oleh majalah pertanian TRUBUS (Oktober  1986) benih lele dumbo ukuran  8 cm yang dipelihara oleh petani bernama Achmad setelah 3 bulan ada yang mencapai berat 500 gram (1/2 kg). Tetapi derajat mortalitasnya sangat tinggi, dari 30.000 ekor benih yang hidup hanya separohnya. Penulis mendapat laporan lagi dari Bekasi bahwa benih lele dumbo yang dipelihara petani di sana ternyata pertumbuhannya sangat tidak merata, ada yang tetap katai dan ada yang bongsor ! Soal variasi pertumbuhan sebenarnya banyak faktor sebabnya antara  lain bila pakan kurang, yang lebih kuat lebih banyak kebagian pakan, mendesak yang kurang gesit, dengan akibat yang gesit makin lama makinjauh lebih cepat besar daripada yang sejak awal sudah kurang gesit. Dapat juga variasi tumbuh yang mencolok itu disebabkan benihnya dihasilkan dari perkawinan induk antar F-1 Ilmu genetika (ilmu tentang keturunan) mengajarkan kepada kita bahwa perkawinan antar F-1 akan menghasilkan anak-anak yang bervariasi, ada yang mirip ibunya, ada yang mirip bapaknya, ada yang sifatnya tengah-tengah atau seperti F-1 lagi. Kalau benih lele dumbo  yang diperoleh kebetulan mirip bapaknya (C. gariepinus) akan bongsor/cepat besar sekali. Kalau mirip ibunya (C. fuscus) tentu jadi kecil-kecil. Idealnya, benih lele dumbo harus hasil perkawinan  dari jenis  induk yang asli  saja,  supaya benih benar-benar F-1 yang bersifat jumbo. Ya, lele dumbo itu adalah turunan F-1 atau hibrida namanya. Masalah angka kematian (mortalitas) yang tinggi pada benih lele dumbo yang dipelihara Pak Achmad penulis sependapat dengan kepala BPPAT bahwa kematian itu mungkin sekali disebabkan oleh penanganan dan transportasi yang kurang baik. Jika ini sebabnya, masalah itu dapat diatasi dengan meningkatkan keterampilan para pelaksananya, agar benih tidak banyak luka-luka dan sekecil mungkin menderita stres. Karena luka-luka akan mudah diinfeksi oleh jamur, bakteria, dan sebagainya.

Hasil penelitian sementara ini dari BPPAT, Bogor, juga menyatakan bahwa lele dumbo tidak ditemukan membawa penyakit jenis baru dari tempat asalnya. Tetapi ternyata lele dumbo sama pekanya dengan lele lokal terhadap serangan bakteria (Aeromonas, Pseudomonas, Vibrio, dan sebagainya) yang biasa menyerang ikan-ikan budidaya di Indonesia dan di negara lainnya.



Lanjut:



1.     

 
Top