Pemeliharaan pembesaran lele dumbo menjadi ikan konsumsi dimulai dari benih ukuran 5 - 8 cm.
Kolam untuk memeliharanya dapat dipergunakan kolam yang dasar dan tanggulnya tanah, yaitu kolam yang lazim untuk memelihara ikan. Konstruksi yang khusus pun tidak dipersyaratkan. Kedalaman air ± 1 meter. Airnya tidak perlu terlalu jernih, air dari saluran irigasi sawah dianggap memadai. Pencemaran dari pestisida sawah maupun dari limbah industri harus dihindarkan.
Aliran air tidak perlu deras. Bahkan pergantian air secara sebagian seminggu sekali saja sudah cukup baik. Ikan lele memang secara alamiah dan naluriah biasa hidup di air yang tergenang, serta banyak bahan organiknya. Airnya harus tawar.
Aliran air tidak perlu deras. Bahkan pergantian air secara sebagian seminggu sekali saja sudah cukup baik. Ikan lele memang secara alamiah dan naluriah biasa hidup di air yang tergenang, serta banyak bahan organiknya. Airnya harus tawar.
Kolam pekarangan paling umum dipakai untuk pembesaran lele dumbo itu. Konstruksi pintu air seperti untuk lele lokal pada Gambar 8 dapat dipakai. Dapat juga dipasang air yang berupa pipa goyang yang dilukiskan pada Gambar 21 Sederhana cara membuatnya karena hanya dibuat dari potongan pipa paralon yang dapat dibeli di toko bahan bangunan. Hanya perlu dibuat konstruksi sambungan pipa sedemikian rupa, sehingga memudahkan pipa digoyang arah nya miring atau tegak untuk mengatur ketinggian air di dalam kolam atau dikebawahkan sekali untuk mengalirkan air keluar secara total (pengeringan). Besarnya pipa paralon itu bergaris tengah 2 inci sampai 4 inci sesuai dengan luas kolam (Gambar 21)
Kolam berdinding dan dasar semenan juga dapat dipakai, tetapi itu tidak dianjurkan. Kolam berdasar tanah lebih baik, sebab dapat dipupuk secara efektif untuk menumbuhkan pakan alami bagi lele yang dipelihara itu.
Mempersiapkan kolam pembesaran itu juga seperti lazimnya dilakukan pada kolam untuk pemeliharaan ikan yang lain.
Padat penebaran di dalam kolam pembesaran dapat diatur dari hanya 10 ekor/m2 sampai 50 ekor/m2. Jika kepadatan tinggi, pakan yang diberikan harus banyak dan harus disertai dengan penggantian air yang lebih sering karena lele yang banyak di dalam suatu kolam mengeluarkan kotoran yang banyak pula ke dalam air, belum lagi sisa-sisa pakannya yang tertinggal dan tentu mengotori airnya. Kotoran lele itu sendiri akan membentuk bahan-bahan (urium, ammonia, dan sebagainya) di dalam air yang sifatnya dapat menghambat pertumbuhan lele itu sendiri, maka harus dibersihkan, diganti dengan air yang segar.
Makin tinggi padat penebaran, tentu pakan alami makin tidak mencukupi, karena itu harus diberi pakan buatan. Telah dikemukakan bahwa lele dumbo adalah binatang karnivora (pemakan daging), jadi pakan buatan harus mengandung protein hewani yang tinggi juga. Pellet untuk ikan mas dengan kadar protein 35 % juga dapat diberikan kepada lele dumbo dengan pertumbuhan yang cukup baik. Sayang belum ada hasil penelitian secara ilmiah yang mengemukakan berapa kadar protein dan kadar bahan lain yang paling baik bagi lele dumbo. Sehingga orang hanya mencoba-coba saja. Memang lele dumbo dapat memakan dengan lahap bungkil kacang, cacahan ikan, cacahan bekicot, dan sisa-sisa bangkai, rayap, cacing, dan sebagainya. Jadi sepertijuga halnya dengan lele lokal. Meriurut pengalaman, biasanya ikan karnivora sehari dapat menghabiskan ransum sebanyak 5 – 10 % dari berat badannya. Sedangkan konversi pakannya tinggi, diperkirakan lebih dari 5 (5 kg pakan menjadi 1 kg ikan lele).
Kenyataannya orang memelihara ikan lele dumbo itu menyenangkan dan menguntungkan, sebab cepat besar, dan harga ikan ukuran konsumsi cukup mahal! Tak kurang dari Rp 3.000,00/kg. Sehingga walaupun harga pakannya mahal, masih untung juga.
Lama pemeliharaan dalam kolam pembesaran itu berkisar antara 4 - 5 bulan, bergantung pada ukuran besarnya ikan yang dikehendaki konsumen. Untuk hidangan di restoran, ukuran 200 - 250 gram banyak disukai. Apabila lebih besar daging lele dumbo lebih banyak lemaknya.
Pengelolaan kolam pembesaran lele dumbo tidak berbeda dengan pengelolaan kolam lele lokal maupun ikan lainnya. Petani perlu teliti terhadap hama, terutama ular. Penggantian air sebagian 30 % - 50 % bila dipandang perlu dilakukan seminggu sekali atau dua kali sudah cukup.
Apabila pakan yang diberikan berupa cacahan daging ikan/bekicot atau bungkil dan tepung basah, sebaiknya pakan diberikan secara ditaruh di dalam sebuah atau dua buah kalo/ayakan dari bambu yang diikat pada sebilah bambu lalu diturunkan ke dasar kolam (Gambar 22). Teknik pemberian pakan secara ini dimaksudkan agar pakan tidak terbenam di lumpur dan tidak tersebar ke mana-mana. Beberapa buah tempat pakan perlu dipergunakan bila koamnya cukup luas dan lele yang dipelihara juga banyak, sehingga lele tidak saling berebutan. Jika berebutan, lele yang besar akan menang, dan lele yang kecil dan yang lemah akan makin tertinggal dalam pertumbuhannya, karena pakan yang diperoleh kurang.
Lanjut: