III.  TEKNIK PEMBENIHAN

Secara alamiah ikan lele berkembangbiak dengan meletakkan telurnya di dalam sarang. Sarang lele berupa lubang yang dibuat pada dinding pematang sawah, tepian sungai dan rawa-rawa. Kerapkali sarang lele ditemukan di bawah umpun tumbuh-tumbuhan air yang tenang dan terlindung.
Cara alamiah ini ditiru oleh petani, dengan menciptakan kondisi lingkungan yang cocok untuk tempat ikan lele memijah Untuk tempat bersarang, di dalam kolam pemehharaan induk lele disediakan kotak-kotak kayu atau pipa-pipa bambu atau pipa (bis) dari semen yang ditenggelamkan di dasar kolam, agar induk lele mau memijah di dalam rongga-rongga pipa atau tabung-tabung itu.
Dengan akal lebih lanjut, petani mengatur bentuk dan letak kotak-kotak tempat bersarang ikan lele sedemikian rupa agar pemijahan mudah dikontrol terhadap gangguan- gangguan din pemungutan hasil benih lebih mudah.
Seorang petani yang kreatif dengan daya ciptanya dapat menemukan cara tersendiri sehingga hasil budidaya dapat ditingkatkan. Seorang petani di Blitar, bernama. Machfud Effendi telah dikenal di kalangan para peternak ikan lele, karena ia telah membuat suatu model kolam pembenihan ikan lele yang bentuk dan susunannya khas, di kolam pe- karangannya. Bentuk kolam kreasi petani ini dikenal sebagai sistem Blitar".

A.  Pemijahan Leie Sistem Blitar
1.  Kolam tempat pemeliharaan induk dan tempat pemijahan
Pada pembibitan ikan lele, kolam tempat pemeliharaan induk sekaligus juga berfungsi sebagai kolam pemijahan. Bentuk kolam ini disajikan pada Gambar 5. Di sekeliling tepi kolam  pemeliharaan  induk  itu  dibuat kamar-kamar atau kotak pemijahan
Bentuk dan luas kolam pemeliharaan induk dan pemijahan ini pada umumnya bergantung pada tanah pekarangan. Kolam seperti ini sebaiknya dibuat di pekarangan saja, agar mudah diawasi untuk pengamanannya. Tentang ukuran kolam ini, sebagai contoh dapat berukuran :
-         Panjang            : 10 sampai 15 meter,
-       Lebar                :  8 sampai I0 meter,
-         Dalam               :  1 sampai 1,5 meter.
Dinding kolam dibuat dari pasangan bata atau batu kali yang disemen, atau dari beton yang permukaannya licin. Dasar kolam boleh dari tanah, tetapi sebaiknya di semen. Maksudnya agar tidak mudah timbul lubang-lubang bocoran yang makin lama makin lebar sehingga memungkinkan ikan lele itu lolos.
Apabila dasar kolam disemen, sebaiknya diberi lapisan pasir bercampur tanah liat setebal 10 cm saja supaya tercipta suasana yang alamiah bagi ikan lele.
Supaya ikan lele tidak mudah merayap keluar, terutama di waktu turun hujan, di bibir kolam dipasang dinding dari plastik gelombang yang licin, berdiri tegak lurus, setinggi 50 cm.
Pipa pemasukan air ke dalam kolam dapat dibuat dari pralon (pvc) atau bambu, dipasang sedemikian rupa sehingga air masuk ke dalam kolam sedikit "terjun", supaya pelarutan udara ke dalam air cukup baik dan memberi kesegaran kepada ikan-ikannya (Gambar 8).

Untuk pengeluaran air dari kolam, dibuat pintu bentuk MONNIK (Gambar 7 dan 8). Dinding pintu air itu berlapis tiga. Dinding yang menghadap kolam lubangnya di dasar, sehingga air yang terbuang keluar adalah dari bagian (lapisan) dasar yang banyak kotorannya. Sekat di tengah terdiri atas papan-papan yang disusun dan dapat untuk mengatur ketinggian air di dalam kolam. Selanjutnya air mengalir keluar dari lubang di bagian bawah, seperti terlihat dalam gambar.
Permukaan air di dalam kolam itu hendaknya tidak melampaui 20 cm dari bibir kolam, supaya ikan lele tidak mudah meloncat ke luar.

2.  Kotak pemijahan
Di sekeliling tepi kolam induk itu dibuat kotak kotak pemijahan (Gambar 6). Ukuran kotak pemijahan tersebut ialah :
-         lebar                 : 50 cm,
-         panjang            : 50 cm,
-         dalam               : 60 cm.
Kotak-kotak ini dibuat dari semen.
Pada dinding dalam yang menghadap ke kolam induk, dibuat 2 buah lubang yang bergaris tengah 15 cm. Jarak kedua lubang itu 15 cm. Lubang ini sebagai jalan masuk ke dalam kotak itu bagi ikan lele yang akan memijah.
Pada dinding belakang, yakni yang menghadap ke luar kolam, dibuat pula sebuah atau dua buah lubang yang terletak di bagian dasar kotak itu. Tujuannya untuk memudahkan pengeringan dan memanen benih-benih ikan lele. Lubang itu dapat disumbat dan dengan mudah dapat dibuka.
Kotak pemijahan itu diberi tutup dari. semen atau  dari kayu, agar mudah dibuka apabila akan membersihkan ruangan kotak itu. Tutup itu diberi beberapa lubang, supaya suasana di dalam kotak tidak terlalu gelap benar, dan masih ada kesegaran udara, jadi tidak terlalu tersekap.

Jarak antarkotak pemijahan itu 75 - 100 cm. Maksudnya agar induk-induk lele yang memijah tidak terganggu oleh yang lain yang kebetulan memijah di dekatnya.
Letak kotak pemijahan itu ada di bagian atas kolam, di dekat bibir tepi kolam sedemikian rupa sehingga kedalaman air di dalam kotak pemijahan itu hanya 30 cm (Gambar 5 dan 6).
Dengan adanya kotak-kotak pemijahan itu, diharapkan ikan-ikan lele dapat memijah dan mengasuh anaknya dalam suasana aman dan tenang. Lagipula memungkinkan peternak mudah mengawasinya.
Dasar kotak pemijahan itu perlu diberi alas pasir tetapi tidak berlumpur, namun lembut dan bersih, supaya induk ikan tidak rusak badannya sewaktu memijah. Lapisan pasir itu akan menjadi tempat meletakkan telur yang lunak dan bersih. Kebersihan ini perlu, agar telur ikan tidak mudah terkena jamur dan bakteri-bakteri.
Di dalam kotak pemijahan itu baik juga bila diberi sedikit (segumpal genggaman) ijuk, yang diletakkan di atas alas pasir. Sebelum dimasukkan, ijuk dicuci dan dijemur. Telur-telur ikan lele akan tersebar di antara serabut-serabut ijuk, tetapi tidak lekat benar.
Biaya pembuatan bak semen tersebut cukup besar. Konstruksi yang sederhana serta murah biayanya, telahdicoba dibuat di Balai Benih Ikan Sebulu, Kalimantan Timur. Yang dimaksudkan untuk percontohan bagi petani kecil agar dapat  membuatnya dari bambu yang
mudah didapat di perkampungan. Kolam tetap dari tanah, dindingnya dipasang cerucuk, yaitu potongan bambu yang ditancapkan berderet-deret tegak sepanjang pematang. Di beberapa tempat dibuat rongga-rongga pada tanggul tanah itu. Rongga itu berbentuk persegi
(kotak). Kotak-kotak itu pinggirnya sebagai dinding dipasang cerucuk juga, supaya tidak mudah longsor. Rongga-rongga itu dibuat berderet dengan jarak 1 meter. Rongga tersebut dibuat sebagai kotak untuk sarang bagi ele yang hendak bertelur. Bagian atas rongga atau kotak sarang itu juga diberi tutup dari bahan kayu-kayu/papan bekas, supaya di dalam rongga itu gelap. Tutup itu dapat dibuka apabila hendak memanen benih yang sudah ada nantinya. (Lihat Gambar 9). Dengan konstruksi sederhana itu ternyata lele juga mau bertelur di dalam rongga-rongga buatan itu.

3.  Pengaturan air kolam pemijahan
Di dalam kehidupannya, di alam bebas maupun di kolam, ikan lele tahan terhadap lingkungan yang tidak begitu baik keadaannya. Ikan ini tahan terhadap lingkungan comberan. Tetapi untuk tempat pemijahan, agar hasil benihnya baik, ikan lele memerlukan kondisi air yang segar dan bersih, mengandung cuk^ip oksigen dan tidak mengandung bahan pencemar. Kolam yang dibuat di pekarangan biasanya akan menerima air cucian dari rumah yang tidak mustahil mengandung sabun dan detergen. Ini sangat berbahaya untuk ikan. Oleh karena itu, hal ini harus diperhatikan betul. Jangan mengalirkan air bersabun ke dalam kolam.
Air kolam ikan lele sebaiknya diperoleh dari saluran irigasi. Apabila air terlalu keruh sebaiknya diendapkan dan disaring terlebih dahulu.
Di depan pipa pemasukan dapat dipasang saringan (filter) yang berupa bak kecil tersendiri.
Air yang jernih dan bersih .akan membuat ikan-ikan sehat dan cepat tumbuh serta vitalitasnya tinggi

4.  Induk lele
Calon-calon ikan lele dapat diperoleh bila ukurannya mencapai 100 gram atau lebih. Calon-calon induk sebesar ukuran tersebut dapat diperoleh setelah ikan lele berumur 4 bulan, jika makanan yang diberikan bermutu baik, ikan lele baru mencapai  100 gram sesudah berumur satu tahun.            
Untuk menjadi induk yang baik, ikan lele dipilih yang gesit geraknya, badannya mengkilat dan gemuk
gambar  jantan dan betina. Alat kelamin itu terletak di belakanglubang dubur, tampak sebagai tonjolan. Pada betina, tonjolan itu bulat bentuknya; pada jantan tonjolan itu memncing.
Menurut orang yang sudah berpengalaman dalam beternak ikan lele, lele yang sudah siap memijah menunjukkan tanda-tanda sebagai berikut :

Induk jantan :
-         Alat kelamin tampak jelas,meruncing,
-         Perutnya tetap ramping, jika perut diurut (ditekan pelan-pelan) akan keluar air maninya,
-         Tulang kepala lebih mendatar (pipih) dibanding dengan betinanya,
-         Jika warna dasar badannya hitam (gelap), warna itu menjadi lebih gelap lagi daripada biasanya.

Induk betina
-         Alat kelamin bentuknya bulat dan kemerahan, lubangnya agak membesar.
-         Tulang kepala agak cembung.
-         Geraknya lamban.
-         Warna badannya lebih cerah dan biasanya.



gambar 10. tanda – tanda kelamin lele jantan dan lele betina

Induk-induk ikan lele biasanya tidak selalu memijahsecara serentak. Oleh karena I calon calon mduk yang telah terpilih dipelihara beberapa pasang di dalam satu kolam, supaya masing-masing dapat memilih sendiri psangannya yang cocok dan siap memijah pada waktu yang bersamaan.                                      
Dalam suatu kolam pemijahan yang luasnya 100 m (1 are) dapat dipelihara induk lele sebanyak 25 pasang (25 ekor betina dan 25 ekor jantan).

5.   Musim
Di alam, pemijahan ikan lele banyak terjadi pada musim hujan. Tetapi menurut pengalaman petani ikan  ikan lele dapat memijah sewaktu-waktu sepanjang tahun, apabila keadaan air kolam sering berganti. Pemijahan juga dipengaruhi oleh makanan yang diberikan. Makanan yang bermutu baik akan meningkatkan vitalitas ikan sehingga ikan lele lebih sering memijah.

6.   Pemeliharaan induk
Pemeliharaan dan perawatan calon induk dan induk- induk lele harus diusahakan agar induk selalu dalam keadaan sehat, tidak mudah terserang penyakit, vitalitasnya tinggi, supaya sehat.
Untuk tujuan tersebut caranya ialah :
1. Mengatur air kolam agar sering berganti, walaupun air pemasukan tidak perlu terlalu deras. Debit air 5 - 6 liter per menit sudah mencukupi untuk menyegarkan lingkungan hidup ikan lele.
2.  Makanan yang bermutu baik dan dalam jumlah yang cukup. Makanan bagi ikan lele berupa makanan alami dan makanan tambahan.
Telah  dikemukakan  terdahulu  bahwa  makanan alami ikan lele terdiri dari berbagai jasad renik; antara lain kutu-kutu air (Copepoda, Cladocera), larva atau jentik-jentik berbagai jenis serangga, berbagai jenis cacing, dan sebagainya (Gambar 2, 3, dan 4).
Selain binatang hidup itu, ikan lele juga memakan bahan-bahan kotoran atau yang sedang membusuk dalam air; bahkan ikan lele juga suka memakan kotoran manusia.
Ditinjau dari jenis makanannya, ikan lele cenderung disebut karnivora, ialah pemakan binatang dan zat-zat makanan berasal dari hewan. Apabila diberi makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, ikan lele kurang suka.
Jika ikan lele diberi makanan tambahan yang banyak mengandung bahan tumbuh-tumbuhan seperti dedak, misalnya, dengan campuran sedikit bahan hewani, ikan lele tidak dapat gemuk dan pertumbuhannya lambat.  Dianjurkan agar makanan tambahan untuk ikan lele mengandung protein tidak kurang dari 25 %.
Bagi usaha budidaya ikan di Indonesia, pada waktu ini agak sukar untuk memperoleh bahan makanan yang baik dan yang bermutu tinggi. Oleh karena terbentur pada harga yang mahal dan bersaing dengan kebutuhan bagi hewan ternak. Maka untuk ikan lele dianjurkan agar dapat diberikan makanan tambahan yang bahannya mudah diperoleh dan tidak mahal harganya, seperti bekicot (keong racun) yang dicacah, dicampur dengan bahan lain yang mengandung banyak protein, seperti bungkil kacang, bungkil kelapa, bungkil kedelai. Dianjurkan pula agar diberi bahan-bahan buangan dari rumah pemotongan hewan; misalnya kotoran-kotoran isi perut hewan yang sudah disembelih, tepung darah, dan sebagainya. Bahan baku tersebut baik sekali untuk lele, terutama induknya.
Makanan alami dapat tersedia banyak di kolam apabila kolam dipupuk dengan bahan organik, seperti pupuk kandang, pupuk hijau, kompos. Bahan-bahan organik tersebut apabila telah membusuk di dalam air akan menarik banyak serangga untuk bertelur di situ dan larva (jentik-jentik) akan menjadi makanan ikan lele. Dosis pupuk organik untuk kolam ikan lele dapat agak tinggi, misalnya 2 - 4 ton/ha, oleh karena apabila terlalu banyak bahan organik dan terjadi pembusukan pada kolam itu, ikan lele tetap tahan hidup.
Makanan tambahan bagi induk lele dapat diberikan 5 % dari berat badan ikan, setiap harinya.  Induk ikan lele yang mendapat makanan yang cukup dan baik kualitasnya, menunjukkan badan yang gemuk- gemuk, pertumbuhannya seragam, kemampuan untuk memijah menjadi lebih sering, dan jumlah telurnya banyak.
Menurut pengalaman peternak lele di Cianjur Jakarta, sepasang induk lele yang dipelihara dan diberi pakan yang baik dapat memijah lagi hanya berselang 3 - 4 minggu.

7.   Pemijahan
Secara alamiah ikan lele memijah pada musim hujan. Banyak jenis ikan yang terangsang untuk memijah setelah turun hujan lebat. Air hujan membawa situasi segar, aliran air yang deras banyak mengandung oksigen. Dalam usaha pemijahan ikan lele, agar induk-induk ikan mau memijah, diusahakan menciptakan situasi air yang jernih, berkadar oksigen tinggi.
Dengan pengelolaan yang baik, ternyata lele dapat dipijahkan sepanjang tahun asal dalam jarak waktu tertentu tidak musiman lagi. Perangsangan untuk memijah tidak dilakukan dengan hormon melainkan hanya dengan mengeringkan kolam, menjemur dasar kolam beberapa hari, lalu diairi. Dasar kolam yang telah dijemur dan diairi itulah yang member! rangsangan bagi induk ikan untuk memijah.
Oleh karena itu, kotak-kotak pemijahan lele diberi alas pasir yang perlu sering-sering diganti, serta alas ijuk barn atau yang baru dijemur juga dianjurkan dipakai.
Pemijahan ikan lele diawali dengan terlihatnya sepasang induk berkejar-kejaran di depan pintu kotak pemijahan yang dipilihnya. Beberapa waktu lamanya terjadi permainan keluar-masuk lubang kotak pemijahan itu. Kemudian pada klimaksnya proses perkawinan pada  ikan itu yang disebut memijah. Ikan jantan dan betina bereelut betina melepaskan telur dan dalam waktu yang bersamaan keluarlah air mani dan yang jantan. Pembuahan terjadi di dalam air. Pemijahan terjadi pada sore atau malam hari di dalam kotak pemijah.
Telur-telur yang sudah dibualu tersebar di dalam kotak itu Telur menetas setelah 1 - 2 hari selama seminggu induk lele berada didalam atau di sekitar kotak sarang untuk menjaga burayaknya yang masih lemah.
Telur ikan lele sebesar telur ikan mas menetas setelah 1 - 2 hari. Sampai 3 hari setelah menrtas toayak lele belum makan, melainkan menyeBP kuning telur yang masih melekat pada bagian perutnya.
Setelah kuning telur habis terserap, burayak lele sudah mulai mencari makan dan akan keluar dankotak rang Sebelum burayak keluar ke kolam besar pemelinaraan induk-induk, sebaiknya segera dipanen. Pemanenan burayak mudah dUakukan dengan membuka tutup kotak sarang itu, lalu menyerok burayak dengan seser kecil. Burayak dikumpulkan dan selanjutnya dipelihara di dalam tempat ipukan.

B.  Pemijahan Lele Sistem Ciganjur
Sistem pemijahan/pembenihan lele mi diselenggarakan di BSenm  kan Pemerintah D.K.I. Jakarta di Cianjur.
sistem pemijahan ini pada dasarnya diri Pada dapat memyahkan ikan lele di kolam yang sempit dan dengan induk lele hanya sepasang yang dijodohkan. Pada koton pemijahan lele sistem Blitar yang dikemukakan di dalam bab dimuka, kolam pemijahan merangkap kolam pemeliharaan induk pula. serta jumlah induk sekaligus dikumpulkan dalam jumlah banyak (secara massal) agar ikan-ikan itu dapat memilih jodoh (pasangan) sendiri, selanjutnya memijah di dalam sarang-sarang yang sudah disedakan dikeliling tepi kolam.
Pada sistem Ciganjur, kolam pemijahan berukuran kecil, induk yang dipijahkan telah dipilih yang benar-benar matang telur dan siap memijah. Sebagai tempat meletakkan telur dibuat kotakan dari bahan yang sederhana dan mudah diperoleh seperti batako yang disusun atau batu-batu bata dan kayu yang tidak terpakai (bekas). Dengan demikian bagi mereka yang ingin berusaha secara kecil-kecilan yang hanya mempunyai kolam atau bak semen yang sempit dan hanya mempunyai sepasang induk lele, dapatlah menyelenggarakan pembenihan (memproduksi benih) lele juga.
Perkolaman kecil (mini) berarti lebih efisien dalam pemanfaatan lahan lagipula dapat mempergunakan volume air yang tidak perlu banyak. Hal itu sangat cocok dengan situasi lingkungan perkotaan (seperti Jakarta) di mana tidak banyak sumber air/pengairan yang memenuhi syarat untuk budidaya ikan, lagipula lahan di perkotaan telah semakin sempit karena penduduk/permukiman yang padat.
Secara terinci sistem Ciganjur disajikan di bawah ini.

1).  Kolam perkawinan/pemijahan
Kolam perkawinan/pemijahan pada sistem Ciganjur  ialah bak semen dengan ukuran minimum : panjang 2 m, lebar 1 m, dalam 0,4 m. Pada pinggiran atas (bibir) bak  tersebut dibuat menjorok ke dalam agar lele tidak- mudah melompat keluar.  Di dasar bak, di tengah-tengah dibuat cekungan untuk mengumpulkan benih apabila.

dipanen. Dari cekungan dihubungkan ke luar dengan pipa PVC/pralon sebagai saluran penguras (Gambar 11 dan 12).

2.  Air
Untuk mengisi/mengairi bak pemijahan itu sebaiknya dipakai air dari sungai yang jernih, tidak tercemar atau air dari sumber.
Di daerah perkotaan seperti Jakarta, hampir semua sungai dan saluran menjadi keruh karena bahan erosi tanah dari daerah hulu atau oleh kotoran/limbah. Maka sebelum dimasukkan ke dalam kolam pemijahan, harus diendapkan atau disaring.
Air yang dikotori oleh limbah industri sama sekali  tidak dapat dipakai untuk mengairi bak pemijahan itu, sebab selalu ada bahaya keracunan oleh bahan-bahan kimia.
Air sungai yang keruh karena bahan tanah yang tererosi (warna cokelat muda) harus disaring dengan sand filter (saringan pasir) atau diendapkan selama 2 hari di dalam bak pengendapan sebelum air itu dimasukkan ke dalam bak pemijahan lele.
Apabila dipakai air sumur, maka air itu perlu diukur pH-nya. Sebab kerapkali air sumur bersifat asam (pH rendah) seperti umumnya di daerah Ciganjur dan sekitarnya, pH 6,0 sampai 6,5. Air asam itu perlu dinetralkan dengan membubuhkan kapur tohor sebanyak 2 - 3 gram/m3 atau 3 ppt, cukup untuk menaikkan pH menjadi 7,0 - 7,5.  Itu menjadi cukup baik untuk mengairi bak pemijahan.
Air PAM (Perusahaan Air Minum) kurang baik karena mengandung kaporit.

3.  Persiapan kolam
Beberapa hari sebelum dipakai, bak perlu dibersihkan.
Apabila bak semen masih baru dibuat, bersifat terlalu alkalis (pH tinggi). Maka harus dinetralkan lebih dahulu. Cara menetralkan dapat dengan merendam bak dengan air biasa selama 2 minggu, lalu dibersihkan dan selanjutnya dapat dipergunakan, dengan harapan pH-nya tidak lagi terlalu tinggi. Jelas perendaman 2 minggu itu cukup lama.
Cara yang dapat lebih cepat dalam menetralkan alkalinitas bak semen ialah dengan memasukkan sabut kelapa ke dalam air yang mengisi bak. Sabut dari 2 - 3 buah kelapa cukup untuk bak pemijahan yang tidak besar itu. Setelah direndam beberapa jam, dari sabut kelapa itu melarut larutan tannin (asam humus) yang menyebabkan air berwarna cokelat kemerahan. Zat tannin itu akan menetralkan sifat kebasaan bak semen yang masih baru itu. Biarkanlah rendaman sabut kelapa itu selama 2 - 3 hari, maka sesudah dikuras dan dibersih- kan, bak dapat diairi dan pH menjadi netral.
Bak yang hendak dipersiapkan untuk pemijahan lele perlu dipasang kotak-kotak sebagai sarang tempat meletakkan telur.
Pada tahap persiapan kolam, bak tersebut dikeringkan selama 1 hari saja. Sehabis dikeringkan lalu diairi untuk merangsang induk lele agar mau memijah. Perlu diperhatikan bahwa pengeringan bak semen terlalu lama ada bahaya bak itu dapat retak, lebih-lebih jika panas terik.                                           
Kamar/kotak untuk sarang dibuat dan batako sebanyak 8 - 10 buah yang disusun membentuk kotak di tengah bak pemijahan itu.  Ukuran kotak tersebut 30 cm x 40 cm x 20 cm. Pada bagian depan menyempit membentuk lubang terbuka (pintu masuk) selebar 10 cm.                                 
     Batako juga bersifat alkalis. Maka sebelum dipakal, juga harus direndam dalam larutan/rendaman sabut  kelapa agar pH menjadi netral.
Di dalam sarang diberi alas ijuk sebagai tempat meletakkan telur dan biasanya telur-telur setelah dibuahi menempel pada ijuk itu.
Bagian atas kotak/kamar pemijahan itu diberi papan atau genting atau batako, agar di dalam sarang itu gelap.
Setelah siap, bak diisi air setinggi 15 cm. Di sekitar sarang sebaiknya diberi beberapa rumpun eceng gondok. Eceng gondok harus dicuci bersih lebih dahulu supaya tidak mengotori bak dan tidak menularkan penyakit jika ada yang menempel di antara akar-akarnya. Gunanya rumpun eceng gondok itu untuk memberikan situasi di dalam bak seperti ingkungan alam asli.
Sebagian dari bak pemijahan terutama di atas kotak sarang diberi atap berupa tutup sederhana dari plastik, supaya jika turun hujan tidak terlalu mengganggu sarang itu.

4.  Pasangan induk
 Induk untuk pemijahan ini hendaknya dipilih yang benar-benar telah matang telur yang dikandungnya dan siap memijah.
Untuk satu bak pemijahan yang ukurannya memang kecil itu cukup satu pasang saja (seekor jantan dan seekor betina yang beratnya masing-masing kira-kira sama).
Pemilihan induk matang telur itu memerlukan keterampilan khusus dari seorang petani/peternak ikan lele.  Tanda-tanda  induk  yang  baik  dan  telah matang telur,  telah  diuraikan  dalam  BAB III  (Gambar  10 ) Pemilihan pasangan induk yang hendak disuruh memijah itu, pada prinsipnya seolah-olah memaksa kedua ekor lele itu untuk kawin, sebab tidak diberi kesempatan memilih jodohnya sendiri, seperti perkawinan missal pada sistem Blitar. Oleh karena itu apabila kondisi kedua induk itu tidak betul-betul siap memijah, atau salah satu induk kurang siap untuk memijah, maka dapat terjadi kegagalan sebab kedua pasangan itu tidak mau memijah.

5.  Pemijahan
Memijah artinya perkawinan yang diikuti dengan tingkah laku lele betina meletakkan telur dan dibuahi oleh yangjantan (fertilisasi).
Sebaiknya induk jantan dan betina yang sudah dipilih itu dimasukkan ke dalam bak pemijahan pada pagi hari. Maka seharian pasangan tersebut saling berkenalan serta mengadakan penyesuaian terhadap lingkungan bak yang masih baru. Pasangan ikan itu segera mengenal kamar yang disediakan bagi sarangnya, bahkan situasi bak yang baru diairi itu memberikan pula rangsangan bagi ikan-ikan itu untuk memijah.
Pada hari itu makanan yang diberikan ialah cacing tanah atau cacing sutera, tidak perlu banyak, asal cukup dimakan satu waktu saja selama 5 menit. Ikan yang hendak memijah agaknya kurang nafsu makannya.
Pemijahan berlangsung pada sore atau malam harinya. Esoknya dapat terlihat telur-telur tersebar di dalam sarang, ada yang menempel pada ijuk, tetapi sebagian ada yang tercecer di depan sarang.
Telur yang dibuahi berwarna kuning cerah dan akan menetas setelah 1 - 2 hari. Telur yang tidak terbuahi akan mati dan berwarna keruh, akhirnya ditumbuhi jamur.
Sampai hari ketiga setelah menetas, benih lele belum makan, melainkan menyerap kuning telur yang masih tersisa pada bagian perutnya. Jumlah telur yang dihasilkan oleh induk leleber tung pada besarnya induk itu. Makin besar badannya makin banyak telurnya. Rata-rata jumlah telur berkisar antara 1000 sampai 5000 butir. Apabila induknya sehat maka day a tetas telur cukup baik, hampir semuanya dapat menetas.
Setelah pemijahan, selama beberapa hari kedua ekor induk menjaga sarangnya, sampai burayak (anak-anak lele) itu cukup kuat untuk berenang-renang di luar sarangnya. Setelah 7 hari biasanya induk lele tidak lagi menghiraukan anaknya. Sebaiknya induk-induk dikeluarkan saja dari bak pemijahan itu, dipindahkan ke dalam bak lain untuk dipelihara dengan baik agar dapat bertelur lagi padasaatnya. Menurut pengalaman di Ciganjur, apabila perawatan dan pemberian pakan baik  dan cukup berkualitas (pakan terdiri atas banyak organisme hidup atau cacahan daging ikan) induk lele dapat memijah lagi setelah 3 - 4 minggu, Selanjutnya dapatlah benih lele dipanen.

6.  Pemanenan benih
Air dikeluarkan dari bak pemijahan itu sehingga hampir kering, maka burayak. IeIe terkumpul di dalam cekungan di dasar bak yang masih sedikit berair. Maka dengan mudah burayak ditangkap dengan seser.

7.  Pendederan (ipukan)
Pada sistem Ciganjur, burayak lele yang berumur 7 hari itu dapat juga tidak segera dipindah ke kolam lain. Pemeliharaan bisa dilanjutkan di dalam bak pemijahan  itu saja, setelah induk jantan dan betina dipindahkan ke  kolam lain. Pengipukan di dalam bak dapat berlangsung selama 1 - 2 bulan, dengan diberi pakan buatan atau makanan yang terdiri atas organisme-organisme hidup  seperti cacing sutera (Tubifex), cuk (jentik-jentik), kutiair, dan sebagainya.
Se t elah masa pemeliharaan 2 bulan, benih lele mencapai ukuran 5-10 cm dapatlah dipasarkan (dijual).
Selama pemeliharaan benih itu, peternak hama memperhatikan burayak itu secara cermat setiap hari. Pemberian pakan tidak boleh berlebihan, melainkan diberikan sedikit demi sedikit sejumlah kira-kira habis termakan dalam waktu 15 menit, lalu pemberian pakan dihentikan. Sebaiknya dalam sehari diberi pakan beberapa kali, misalnya 4 - 5 kali sehari, pagi, siang, dan sore/senja.
Peternak harus memperhatikan keadaan air bak itu, mengingat bahwa bak tidak memperoleh aliran air terus- menerus karena keterbatasan air di daerah perkotaan. Maka apabila terlihat air mulai keruh/kotor, supaya air diganti. Pada umumnya pergantian air sekali dalam 2 minggu sudah memadai.
Apabila peternak memiliki lahan yang cukup luas dengan banyak kolam-kolamnya, maka pengipukan sebaiknya dilakukan di dalam kolam pendederan khusus.
Tempat pendederan anak lele (burayak) dapat berupa kolam tanah biasa dengan kedangkalan 20 - 25 cm saja. Ada petani yang mendeder burayak lele di petakan sawah yang tidak dipakai bertanam padi. Sangat baik apabila untuk pendederan itu dipakai kolam atau bak semen karena lebih aman dan mudah dibersihkan. Kolam yang disemen lebih terjamin, tidak bocor. Aliran air melalui bocoran akan mendorong  benih lele untuk mengikuti aliran, akhirnya lolos.
Kolam pendederan sebaiknya tidak terlalu luas, 3 sampai 10 m2 sudah cukup, karena kolam ukuran itu lebih mudah pengamanannya.
Burayak ikan lele dapat dipelihara (diipuk) pada kepadatan yang tinggi 1000 ekor sampai 5000 ekor per m2 cukup aman.
Tempat ipukanjuga dapat dipakai happa (kotak dari kain kelambu atau nilon). Happa itu sebaiknya ditempatkan di kolam yang jernih atau dapat juga ditempatkan pada parit dengan aliran air yang tidak terlalu deras. Hendaknya air pada parit itu diatur sehingga kedalamannya tidak kurang dari 20 cm. Ipukan dalam happa ini lebih mudah penanganannya daripada ipukan di kolam.
 Lama pemeliharaan pada ipukan biasanya 3 sampai 4 minggu, di mana anak-anak lele itu menjadi benih yang panjangnya 3 sampai 5 cm. Apabila keadaan kolam ipukan sangat baik dan selamanya diberi cukup makanan alami, dalam satu bulan burayak lele dapat mencapai ukuran 5 sampai 8 cm.
Agar anak lele yang diipuk itu cepat besar, harus disediakan makanan alami dalam jumlah cukup. Apabila kolam ipukan dari tanah, dapat dipergunakan pupuk organik untuk memperbanyak makanan alami.
Dalam perkembangan budidaya yang modern, orang dengan sengaja membuat kultur (pemeliharaan) makanan alami untuk ikan, seperti Daphnia, dan lain-lain yang dilakukan di dalam bak-bak khusus.  Kemudian hasil kultur itu yang berupa binatang-binatang renik, dibenkan kepada benih ikan.
Dapat pula benih ikan lele yang diipuk diberi makanan berupa kuning telur ayam atau kuning telur itik yang direbus. Mengenai pemberian makanan untuk lele ipukan ini, akan dikemukakan lebih lanjut dalam bab berikut.

8.  Perawatan benih dan pemberian makanan
Benih ikan lele yang baru saja menetas tidak perlu diberi makanan. Benih-benih itu hidup dari menyerap kuning telurnya. Pada ikan lele habisnya kuning telur itu 5 hari. Jadi sesudah waktu lima hari, benih ikan sudah dapat makan. Karena itu makanan biasanya harus tersedia.
Di alam, benih-benih lele yang masih kecil-kecil itu memakan organisme-organisme yang terdapat di air, misalnya kutu air (Rotatoria, Cladosera, Copepoda, dan sebagainya) yang pasti banyak terdapat di air dalam sarangnya.
Dalam usaha pembenihan, orang mengusahakan agar benih-benih ikan yang sudah menetas itu tumbuh subur dan tidak banyak  yang mati. Salah satu cara yakni memberi makanan secara khusus untuk anak-anak lele yang masih kecil-kecil itu. Untuk itu, dapat diberikan kutu-kutu ikan berupa binatang-binatang renik seperti disebutkan di atas. Binatang renik itu dapat diperoleh dari kolam-kolam lain yang subur, atau dapat  secara sengaja dibiakkan di dalam bak-bak kultur tersendiri. Secara alamiah, induk betina ikan lele masih menunggui anaknya sampai anaknya berumur 12 - 14 hari (sampai anak-anaknya itu cukup kuat berenang keluar dari satangnya). Musuh lain dari ikan-ikan kecil ini di luar sarangnya yaitu ikan lele yang sudah besar yang dapat memakannya setiap saat.
Dalam usaha pembenihan ini, sebelum anak-anak lele itu keluar dari sarangnya, sebaiknya dipindahkan ke bak atau kolam lain di mana keadaannya lebih aman bagi anak-anak ikan itu.
Pemanenan dilakukan dengan membuka lubang pengeluaran air, menadah dengan tangguk, sehingga anak- anak lele itu terkumpul.
Selanjutnya anak-anak lele itu dipelihara di dalam happa (jaring yang dibentuk empat persegi terbuat dari kain nilon atau kain kelambu). Happa dipasang pada suatu kolam atau bak yang berair jernih. Memelihara benih lele di dalam happa ini lamanya dapat sampai 3 minggu. Selama itu, kesegaran air harus diperhatikan.
Selama dalam ipukan di dalam happa itu, makanan hams diberikan secukupnya setiap hari. Makanan anak lele  itu dapat  berupa makanan alami yang  diambilkan dari kolam lain atau diberi makanan buatan yang berupa serbuk atau remasan kuning telur ayam atau kuning telur itik. Telur ayam/itik direbus, diambil kuning telurnya saja. Kuning telur itu dihancurkan (diremas), jadi idak perlu dibuat larutan atau sus'pensi seperti susu. pabila remasan kuning telur ditaburkan, segera anak- anak le itu bergerombol menggit-gigit telur itu.
Banyaknya telur cukup sebutir sehari untuk 500 ekor yak dan diberikan tiga kali sehari. Perhitungan banyaknya telur yang diberikan ini sebagai berikut :
1000 ekor benih, beratnya : 1000 x 0,5 gram = 500 gram; makanan (telur) yang diberikan : 10% berat ikan/ hari = 50 gram. Berat kuning telur ayam = 25 gram/butir.  Jadi, untuk  1000  ekor benih diperlukan 2 butir kuning telur per hari.                      
Makanan berupa kuning telur ayam/itik ini baik sekali untuk benih lele sampai umur seminggu. Sesudah itu dapat diberikan makanan lain yang lebih murah tetapi mutunya cukup baik. Bahan untuk makanan tambahan itu misalnya cacahan daging bekicot, dicampur katul, bungkil kacang, bungkil kelapa, tepung ikan, dan sebagainya. Kadar protein makanan tambahan untuk lele dianjurkan tidak kurang 25 %.
Pertumbuhan ikan lele, termasuk juga benihnya, bergantung pada mutu danjumlah makanannya setiap hari. Wajar bila ikan-ikan yang dipelihara di dalam suatu ternpat pertumbuhannya ternyata tidak selalu sama. Ada yang cepat, ada yang tertinggal. Gejala ini disebabkan adanya persaingan di dalam memperoleh makanan. Apabila makanan tidak  cukup, ikan-ikan bersamg mernperebutkan makanan. Yang menang akan cepat besar, sedangkan yang kalah, makin lama akan makm terdesak, bahkan dapat mati karena selalu tidak kebagian makanan Maka dari itu petani ikan hams sering-senng memeriksa ikan-ikannya apakah terjadi pertumbuhan yang tidak seragam. Jika terjadi demikian, berarti makanan kurang maka perlu ditambah atau mutunya diperbaiki.
Pemeliharaan di dalam kolam pendederan lamanya 2 bulan. Setelah umur 2 bulan itu, dihasilkan benih lele berukuran 5 - 10 cm. Benih ukuran itu sudah dapat diperdagangkan. Selanjutnya dibesarkan di kolam atau sawah.


 
Top