Kembali dunia memperingati Hari Kelautan Dunia sejak resmi ditetapkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tanggal 8 Juni 2009. Gagasan ini sendiri telah diusulkan Kanada 17 tahun sebelumnya dalam Earth Summit di Rio de Jainairo, Brasil.
Dalam sambutan pertama memperingati Hari Kelautan Dunia, Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki Moon mengajak masyarakat dunia untuk memperhatikan peran positif laut terhadap umat manusia. Masyarakat dunia dituntut untuk lebih memelihara kemampuannya dalam “mengatur” iklim dunia, mendukung berfungsinya ekosistem dan menyajikan mata pencaharian secara berkelanjutan.


Hari Kelautan Dunia atau World Ocean Day menjadi momentum bagi setiap bangsa di dunia untuk selalu menyadari peran dan tantangan pentingnya lautan sebagai unsur strategis dalam ketahanan pangan, ketahanan nutrisi, kelangsungan kehidupan karena termasuk dalam mata rantai yang vital dan pemanfaatan lainnya bagi kesejahteraan umat manusia. Lautan yang produktif, sehat dan selamat adalah bagian integral dari kebutuhan umat manusia, keamanan, ekonomi dan pembangunan berkelanjutan. Sekarang ini, laut mulai terganggu adanya kegiatan kejahatan. Ambil contoh, aktivitas bajak laut atau perampokan bersenjata di Laut Somalia beberapa tahun terakhir telah me-ngancam kehidupan atau negara para pelaut, serta keamanan angkutan kapal internasional. Padahal transportasi barang di dunia ini 90% di antaranya terjadi melalui laut.

Revolusi Biru
Revolusi Biru yang disuarakan Kementerian Kelautan dan Perikanan merupakan perubahan mendasar cara berpikir dari daratan ke laut dengan konsep pemba-ngunan berkelanjutan untuk peningkatan produksi kelautan dan perikanan melalui program minapolitan yang intensif, efisien dan terintegrasi guna peningkatan pendapatan rakyat yang adil, merata dan pantas. Perubahan asumsi-asumsi dasar pembangunan yang selama ini lebih banyak didasarkan pada kerangka pemikiran daratan menjadi kepulauan makin diperlukan untuk mendorong pemanfaatan sumberdaya alam secara berimbang. Perimbangan ini diperlukan di samping untuk meningkatkan pemanfaatan sumber daya  perairan laut, juga dilakukan untuk mengurangi tekanan sumber daya alam daratan.

Reorientasi konsep pembangunan -dari darat ke laut- diperlukan untuk memberikan arah pembangunan sesuai dengan potensi yang ada dan tuntutan masa depan sesuai dengan potensi yang ada dan tuntutan masa depan sesuai dengan perubahan lingkungan strategis. Revolusi Biru diyakini mampu memberikan peluang optimalisasi pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan secara berkelanjutan dengan inovasi dan terobosan, yaitu melalui percepatan peningkatan produksi, baik pe-nangkapan ikan maupun perikanan budidaya.

Ada beberapa teori dasar untuk menciptakan sebuah revolusi seperti revolusi biru yang tengah digalakkan sekarang ini. Teori ini diantaranya adalah revolusi akan terbentuk jika didukung oleh inovasi teknologi secara besar-besaran, adanya perubahan kebijakan pembangunan yang lebih holistik, serta ada upaya untuk mengalihkan dan meningkatkan kompetensi sumberdaya manusia, dari SDM biasa-biasa menjadi luar biasa atau dari SDM yang berkemampuan menjadi sangat berkemampuan atau dari SDM yang tak berpengetahuan menjadi sangat berpengetahuan. Trilogi kebijakan –inovasi teknologi, keberpihakan kebijakan dan peningkatan komptensi SDM- hendaknya menjadi kerangka dasar dalam melaksanakan revolusi biru.

Spektrum revolusi biru sendiri tidak dapat berjalan hanya pada tingkat kementerian karena memang revolusi biru adalah milik bersama. Revolusi biru harus menjadi solusi bangsa dalam membangun perekonomian nasional. Pemimpin negeri ini harus berada di garda terdepan dalam ”membawa” revolusi ini, sehingga semua kementerian dan lembaga terkait, baik pusat dan daerah dapat turut serta mendukung dan mensukseskan langkah ini. Adanya perubahan pola pikir masyarakat negeri ini harus terpatri secara dalam bahwa laut merupakan masa depan kita semua.

 ntuk itu, ada tiga komponen pendukung terciptanya sebuah revolusi atau banyak yang menyebutnya dengan istilah tripartit  (pemerintah, swasta dan masyarakat). Tiga golongan ini harus berada posisi dan peran masing-masing, justru revolusi akan cepat tercapai jika pergerakan itu berada pada dunia usaha dan masyarakat kelautan dan perikanan. Ingat! Dalam sejarah teori revolusi itu terbentuk dari bawah, tapi perlu diingat juga revolusi yang muncul dari bawah ini umumnya terjadi pada bidang sosial, keta-tanegaraan atau bidang politik dan hukum.


Sumber referensi:
* (Sekretaris Jenderal Himpunan Mahasiswa Perikanan Indonesia Periode 1999-2011,Ketua Bidang Organisasi Ikatan Sarjana Perikanan Indonesia 2008-2013)

*Aagriswara.net
 
Top