"Siapa kita ?"  Sebagian orang beranggapan bahwa pada dasarnya "kepribadian" setiap  orang telah dibentuk, bukan dari "kekuasaannya" sendiri dalam  memilih "warna" pribadinya. Ia "telah dibentuk"  oleh cara orang  tuanya membesarkannya, atau dari adat di sukunya, atau dari kondisi  lingkungan di mana saat itu ia berada. Ada juga yang menganggap  bahwa pertanyaan di atas dapat dijawab dengan mendengarkan pihak  eksternal daripada mendengar dari yang bersangkutan, bagaimana
lingkungan
berbicara tentangnya.
Pada kenyataannya, orang-orang yang memiliki nama besar justru  membuktikan bahwa sebenarnya setiap manusia mempunyai kebebasan  sejati untuk menentukan jawaban "siapa diri"-nya. Tidak bergantung  pada sikap orang kepadanya, juga kondisi lingkungannya. Karena setiap  orang memiliki kebebasan ini, maka setiap orang juga bertanggung  jawab penuh atas kehidupannya sendiri. Inilah arti proaktivitas.

Tidak
"menyerahkan" diri pada faktor eksternal untuk mengendalikan  hidup kita. Kebalikannya adalah reaktif : menyalahkan keadaan,  mencari kambing hitam atas kelemahan dan ketidakmampuan diri. Di
antara
stimulus (keadaan, lingkungan, orang-orang) dan respons, kita  memiliki kebebasan untuk memilih. Karena sebenarnya, bukan apa yang  orang lain perbuat atau bahkan bukan pula kesalahan kita sendiri yang  paling melukai kita, melainkan respons kita terhadap hal-hal itu. Tak  ada yang dapat menyakiti kita tanpa kita menyetujuinya.


Proaktif
tidak sekedar berarti biasa mengambil inisiatif. Tetapi  selain berinisiatif, juga memahami dengan jeli permasalahan yang  dihadapinya dengan kaca mata nilai yang akurat, dan tidak semata
mengikuti
perasaan. Orang proaktif dapat meletakkan perasaan setelah  nilai. Orang proaktif memahami dengan baik kekuatan dan kelemahan di  dalam dan di luar dirinya, dan ia dapat menjadi manajer yang baik  terhadap hal-hal tersebut untuk kemajuan dirinya.


Hal
ini karena sifat dasar manusia yang sebenarnya adalah bertindak,  bukan menjadi dasar tindakan. Meskipun, tidak berarti kita menjadi  agresif dan menjengkelkan. Karena proaktif tidak berarti meletakkan  tanggung jawab di tangan kita untuk membuat segalanya terjadi.


Apakah
kita orang yang proaktif atau reaktif ? Bahasa kita adalah  indikator yang sangat riil mengenai tingkat di mana kita memandang  diri kita sebagai orang yang proaktif. Seberapa seringkah kita
mengatakan
, "Saya harus," "Memang begitulah saya",  "Seandainya・. Sebaliknya, seberapa sering pulakah kita  mengatakan, "Saya memilih,", "Saya dapat", "Saya akan,"・  Kelompok pertama adalah bahasa reaktif, dan yang kedua adalah bahasa  proaktif.


Orang
reaktif banyak menggunakan kalimat "sendainya mempunyai" :  "seandainya saya mempunyai rumah yamg sudah lunas, saya tentu  bahagia," "Seandainya saya mempunyai suami yang lebih sabar, tentu  hidup saya lebih menyenangkan," dan sejenisnya. Sedangkan orang  proaktif akan menggunakan kalimat "Menjadi" atau "Akan menjadi" :
"Saya dapat menjadi lebih sabar," "Saya dapat belajar dan  berusaha", "saya akan menjadi orang yang bisa mendengar dan  memahami."


Di
dalam diri setiap manusia, ada banyak hal yang manusiawai untuk  dikhawatirkan : kesehatan, anak-anak, karir, utang negara. Kita  menyebutnya Lingkaran Kekhawatiran. Saat kita menengok ke dalam
lingkaran
kekhawatiran kita, maka kita dapat melihat bahwa di dalam  lingkaran tersebut ada hal-hal yang dapat kita lakukan terhadapnya.

Kita memasukkannya ke dalam "Lingkaran Pengaruh." Orang proaktif  memusatkan energinya untuk bekerja pada lingkaran pengaruh, sehingga  menghasilkan energi yang memperbesar lingkaran pengaruhnya dan  memperkecil lingkaran kekhawatirannya. Artinya, ia bekerja terus pada
hal-hal
yang dapat diusahakannya dan tidak berlama-lama/menghabiskan  banyak energi dalam kekhawatirannya. Sebaliknya, orang reaktif akan  memusatkan energinya pada lingkaran kekhawatiran sehingga  menghasilkan energi negatif yang memperkecil lingkaran pengaruh  mereka.

Menurut
kendalinya, masalah dapat dikelompokkan dalam 3 area :  masalah yang melibatkan perilaku kita sendiri (kendali langsung),  masalah yang meibatkan perilaku orang lain (kendali tak langsung) dan
masalah
yang kita tidak dapat berbuat sesuatu terhadapnya, seperti  masa lalu atau realitas situasi (tanpa kendali). Masalah kendali  langsung dipecahkan dengan memperbaiki kebiasaan kita  kemenangan  pribadi-- . Masalah kendali tak langsung dipecahkan dengan mengubah  metode pengaruh kitaemenangan publik. Masalah tanpa kendali  memerlukan sikap lapang dada, dan belajar hidup bersamanya serta  mengambil pelajaran darinya.

Sesuatu
yang patut kita renungkan dalam-dalam adalah konsekuensi.  
Kita memiliki kebebasan untuk bertindak, tetapi kita tidak memiliki  kebebasan memilih konsekuensi tindakan kita. Tindakan dan konsekuensi  adalah dua ujung yang berada pada satu tongkat yang sama. Saat kita  mengangkat satu ujung, ujung lain pun ikut terangkat. Dengan kata  lain, bagaimana keadaan kita hari ini adalah akibat dari keputusan  kita kemarin. Kadang-kadang kita menyadari bahwa kemarin kita telah  mengangkat tongkat yang salah. Sikap proaktif terhadap kesalahan  adalah segera mengakuinya dengan sportif, kemudian belajar darinya.

Bagian
paling inti dari proaktivitas kita adalah kemampuan kita untuk  membuat komitmen dan memenuhinya. Cobalah dalam tiga puluh hari untuk  mengenali diri Anda, dengarkan bahasa Anda dan orang di sekitar Anda.  Buatlah komitmen kecil dan lihatlah bagaimana Anda memenuhinya.

 Sumber: Ringkasan Kebiasaan
 
Top