Alhamdulillaah, kembali hari ini Allah berikan saya kesempatan untuk kembali merangkai sebuah catatan kecil yang semoga bermanfaat bagi para pembacanya. Dan semoga menjadi pahala bagi seorang sahabat baik saya yang memberi ide untuk penulisannya.
Berikut adalah sebuah catatan ringkas dari saya, hasil mengumpulkan berbagai rujukan di dunia maya, dan hasil rujukan di berbagai buku tentang panduan pernikahan Islami, yang insyaaAllah diperlukan setiap pasangan. Semoga bermanfaat untuk semua yang sudah menikah dan yang akan menikah dan yang ingin menikah.
Bismillaahirrahmaanirrahiim…
DI ANTARA KEWAJIBAN SEORANG SUAMI KEPADA ISTRINYA
************************************************
Suami-Istri wajib untuk saling mencintai
Walaupun masing-masing memiliki kekurangan tersendiri — dan tentunya juga memiliki kelebihan tersendiri.
Allah berfirman,
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untuk kalian istri-istri dari jenis kalian sendiri, supaya kalian cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang.” (Ar-Ruum: 21).
Seorang suami wajib berbuat baik kepada Istrinya
Membantunya dalam hal-hal yang diperlukan bantuannya, dalam hal-hal yang bisa meringankan beban istrinya.
Rasulullah bersabda, “Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya; dan sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap istrinya.” (HR Tirmidzi)
Suami Juga wajib mendidik Istrinya supaya ta’at kepada Allah
Dengan megajarinya bacaan shalat, bacaan qur’an, memerintahkannya untuk berjilbab dengan baik dan benar, memerintahkannya untuk berakhlak baik, dan seterusnya.
Ingatlah, suami adalah pemimpin bagi istrinya.
Allah berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.” (Qs. at-Tahriim: 6).
Nabi bersabda, “Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan diminta pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya.” [HR. Bukhari].
Setiap dosa yang dikerjakan istri (dan anaknya), jika diketahui oleh suami dan tidak dilarangnya, maka suami mendapatkan dosa yang sama dengan yang mengerjakannya. Sebagaimana setiap perbuatan baik yang dilakukan istri dan anaknya, karena sebab pendidikan darinya, maka suami mendapat pahalanya juga.
Hal ini didasarkan dari sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam,
“Barangsiapa yang mengajak kepada petunjuk, maka baginya ada pahala yang sama dengan pahala orang yang mengikutinya dan tidak dikurangi sedikitpun juga dari pahala-pahala mereka. Dan barangsiapa yang mengajak kepada keburukan, maka baginya ada dosa yang sama dengan dosa orang yang mengikutinya dan tidak dikurangi sedikit pun juga dari dosa-dosa mereka.” (Hadits Shahih, Riwayat Muslim no. 2674).
Seorang suami juga wajib untuk memberi nafkah yang halal semampunya
Seorang suami wajib untuk bekerja keras dengan cara yang halal, dengan cara yang baik, namun tidak sampai merusak badan dan merusak keluarga.
Allah berfirman, “Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang baik”.[Al Baqarah : 233].
Nabi bersabda, “Bertaqwalah kalian dalam masalah wanita. Sesungguhnya mereka ibarat tawanan di sisi kalian. Kalian ambil mereka dengan amanah Allah dan kalian halalkan kemaluan mereka dengan kalimat Allah. Mereka memiliki hak untuk mendapatkan rezki dan pakaian dari kalian”.[HR Muslim]
InsyaaAllah, bagi seorang suami, setiap tetes keringatnya akan menjadi pahala di hari kiamat kelak.
Seorang Suami Wajib Untuk bersikap Lemah Lembut kepada istrinya
Karena wanita pada dasarnya adalah makhluk yang lembut, maka perlu diluruskan dan dituntun dengan lemah lembut pula. Tidak dengan kasar dan keras.

 
Allah berfirman tentang hal ini,
“Dan bergaullah dengan mereka dengan cara yang baik.” (An-Nisa’: 19).
Itulah perlakuan baik yang diperintahkan Rasulullah saw. dalam sabdanya,
“Perlakukan wanita dengan baik.” (HR Muslim).
Allah mewajibkan seorang suami lemah lembut kepada Istri, sebagaimana Allah wajibkan seorang Istri lemah lembut kepada suami. Sesungguhnya Allah Maha Lembut dan Maha Bijaksana.
Seorang Suami Wajib Untuk selalu melurusan Istrinya
Baik meluruskan ibadahnya, akidahnya, manhaj (cara beragama)-nya, akhlaknya, dan seterusnya.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Berwasiatlah kalian dengan kebaikan kepada para wanita (para istri), karena wanita itu diciptakan dari tulang rusuk…” Dalam satu riwayat: “Wanita itu seperti tulang rusuk….” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Dan tentunya, wajib kepada kalian, wahai para suami, untuk bersikap lembut dalam meluruskan istri-istri kalian.
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya wanita diciptakan dari tulang rusuk, ia tidak bisa lurus untukmu di atas satu jalan. Bila engkau ingin bernikmat-nikmat dengannya maka engkau bisa bernikmat-nikmat dengannya namun padanya ada kebengkokan. Jika engkau memaksa untuk meluruskannya, engkau akan memecahkannya. Dan pecahnya adalah talaknya.” [HR Muslim]
Jika Engkau tidak meluruskannya, maka dosamu dicatat oleh Allah, dalam setiap perbuatan buruk istrimu yang disebabkan oleh kelalaianmu. Dan jika Engkau terlalu keras dalam meluruskannya, dia akan patah.
Maka pilihlah yang terbaik: selurus mungkin, selembut mungkin.
DI ANTARA KEWAJIBAN SEORANG ISTRI KEPADA SUAMINYA
************************************************
Seorang Istri wajib mendahulukan Ridho Suami di atas Ridho orang lain, termasuk Ridho orang tua sang istri tersebut.
Hal ini karena setelah menikah, Istri adalah tanggung jawab suaminya, bukan orang tuanya lagi.
Karenanya jika dia berbuat suatu hal yang bisa membuat orang lain bahagia tetapi membuat suaminya marah (misal: menyedekahkan harta suami tanpa izinnya), maka hal itu haram dilakukan.
Nabi bersabda,
“Seandainya aku boleh memerintahkan seseorang untuk sujud kepada orang lain niscaya aku akan memerintahkan istri untuk sujud kepada suaminya.” [HR Tirmidzi]
“Wanita mana saja yang meninggal sedang suaminya meridhainya maka akan masuk surga” [HR.Ibnu Majah,Tirmidzi, dan Hakim, Dan Al-Hakim mengatakan bahwa isnad hadits ini shahih]
Ketahuilah bahwa membahagiakan orang lain (teman, tetangga) hukumnya adalah sunnah, sedangkan membuat suami tidak ridho hukumnya adalah haram. Dan jika engkau melakukannya (mengutamakan orang lain), insyaaAllah dosa berbuat yang haram ini bisa menghapus pahala perbuatan sunnahmu.
Dan, tahukah dirimu, bahwa pahal membuat suami Ridho itu adalah syurga…?
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
“Apabila seorang wanita telah menunaikan shalat lima waktu, dan berpuasa bulan Ramadhan, senantiasa mentaati suaminya, menjaga kemaluannya, niscaya akan dikatakan kepadanya,”masuklah kamu kedalam surga dari pintu mana saja yang kamu kehendaki” [HR.Imam Ahmad dan Nasa’i. Semua perawi hadits ini tsiqah]
Seorang Istri wajib ta’at jika diajak kepada kebaikan oleh suami
Allah berfirman, “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.” (QS An-Nisa : 34)
Karenanya, seorang Istri tidak boleh menentang suaminya selama yang diperintahkan suaminya adalah hal yang baik, walaupun kadang dirasa berat untuk dilakukan.
Seorang Istri haram untuk durhaka kepada suaminya
Sama persis dengan haramnya seorang anak durhaka kepada orang tuanya.
Seorang istri yang ta’at dan bersyukur pada suami, insyaaAllah akan Allah jadikan anak-anaknya tunduk patuh kepada dirinya — selama masih di dalam keta’atan kepada Allah.
Sedangkan istri yang durhaka kepada suaminya (membentak-bentak, menjelek-jelekkan, melempar-lempar barang), bisa jadi Allah jadikan anak-anaknya durhaka kepadanya sebagai balasan kedurhakaannya pada suami.
Maka apa yang kita lihat dari anak-anak kita, bisa jadi adalah cerminan perilaku kita pada suami.
Pepatah Arab mengatakan : Al jaza’ min jinsil ‘amal (balasan itu sesuai jenis perbuatan).
Jika suami memiliki kekurangan/kesalahan, hanya diperbolehkan untuk menasehati dengan cara yang baik dan lembut. Sama seperti seorang anak hanya diperbolehkan untuk menasehati dengan cara yang baik dan lembut. Haram hukumnya untuk berlaku keras (membentak/berteriak) kepada suami, seperti haram hukumnya untuk berlaku keras (membentak/berteriak) kepada orang tua.
Suatu ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam keluar pada hari raya Idul Adha atau Idul Fitri menuju tempat shalat dan melalui sekelompok wanita. Beliau bersabda,’Wahai kaum wanita bersedekahlah, sesungguhnya aku telah diperlihatkan bahwa kalian adalah mayoritas penghuni neraka.’ Mereka bertanya,’Mengapa wahai Rasulullah?’ Beliau menjawab,’Kalian banyak melaknat dan durhaka terhadap suami. [HR Bukhari]
Dalam Hadits Bibi Husain, “Aku datang kepada Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam pada sebagian kebutuhan, Rasulullah bertanya apakah engkau mempunyai suami ?, wanita itu menjawab “Iya”. Rasul bertanya, “Bagaimana keadaanmu terhadapnya ?”, “Aku selalu menaatinya dan melayaninya kecuali dalam perkara yang aku tidak mampu melakukannya”, “Maka lihatlah dimana keberadaanmu di sisinya, karena sesungguhnya suamimu adalah surgamu dan nerakamu” [HR An-Nasai, Imam Ahmad. Dinyatakan bersanad jayid oleh Al-Albani]
Diriwayatkan dari Abu Dzar, “Tidaklah seorang wanita menyakiti suaminya di dunia, melainkan pasangan suaminya dari bidadari di surga akan menyatakan jangan kau sakiti dia, semoga Allah memerangimu (kata celaan), karena dia berada disisimu sebagai pendatang sementara yang hampir saja dia memisahkan diri darimu dan datang kepada kami (bidadari surga)” [HR Tarmidzi dan Ibnu Hibban), dihasankan oleh Al-Albani]
Seorang istri juga wajib untuk bersyukur atas setiap pemberian suami.
Di dalam kisah gerhana matahari yang mana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan para shahabatnya melakukan shalat gerhana padanya dengan shalat yang panjang, beliau melihat Surga dan neraka. Ketika beliau melihat neraka beliau bersabda kepada para shahabatnya:
“ … dan aku melihat neraka maka tidak pernah aku melihat pemandangan seperti ini sama sekali, aku melihat kebanyakan penduduknya adalah kaum wanita. Para shahabat pun bertanya: “Wahai Rasulullah, Mengapa (demikian)?” Beliau menjawab: “Karena kekufuran mereka.” Kemudian mereka bertanya lagi: “Apakah mereka kufur kepada Allah?” Beliau menjawab:“Mereka kufur (durhaka) terhadap suami-suami mereka, kufur (ingkar) terhadap kebaikan-kebaikannya. Kalaulah engkau berbuat baik kepada salah seorang di antara mereka selama waktu yang panjang kemudian dia melihat sesuatu pada dirimu (yang tidak dia sukai) niscaya dia akan berkata: ‘Aku tidak pernah melihat sedikitpun kebaikan pada dirimu.’ ” (HR. Bukhari dari Ibnu Abbas radliyallahu ‘anhuma)
Dan di dalam hadits yang lainnya beliau bersabda,
“Allah tidak akan memandang (dengan rahmat kepada) wanita yang tidak bersyukur kepada suaminya padahal ia butuh kepadanya” [HR.Al-Hakim dalam Mustadraknya, beliau mengatakan hadits ini shahih]
“Pernah diperlihatkan neraka kepadaku, ternyata kebanyakan dari penghuninya adalah wanita yang suka berbuat kufur. Ditanyakan kepada beliau,”Apakah mereka berbuat kufur terhadap Allah? Beliau menjawab,”Mereka berbuat kufur terhadap keluarga dan kufur terhadap kebaikan.Apabila engkau senantiasa berbuat baik kepada salah seorang diantara mereka lalu mendapatkan perlakuan buruk darimu, niscaya akan mengatakan,”Aku tidak pernah melihat kebaikan sedikitpun darimu” [HR Bukhari & Muslim]
Dikatakan dalam suatu hadits bahwa,
Rasulullah shalallahu alaihi wassalam pernah berjalan melalui kami sedang kami semuanya adalah wanita, lalu beliau mengucapkan salam kepada kami dan berkata:
’Jauhilah oleh kalian kufur terhadap orang yang berbuat kebaikan’ Lalu kami bertanya “Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksud dengan kufur terhadap orang-orang yang berbuat kebaikan itu?” Maka beliau menjawab:”Mungkin salah seorang diantara kalian ada yang lama hidup menjanda bersama orangtuanya, lalu Allah Azza wa Jalla memberikannya seorang suami, darinya dia memberikan harta dan keturunan.Kemudian suatu saat dia marah dan mengatakan, “Aku tidak pernah melihat kebaikan sama sekali darinya meskipun hanya satu hari” [HR.Imam Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah, hadits shahih]
Karenanya, haram hukumnya untuk mencela kurangnya pemberian suami, walau sedikit, terlebih jika pemberian tersebut banyak. Sebab hakikatnya yang diberikan oleh suami adalah jatah rezeki Istri, dan jika dia mencela pemberian suami maka sesungguhnya dia mencela pembagian jatah rezeki yang telah Allah tetapkan untuk dirinya.
Na’udzubillaahi min dzaalik….
Terakhir, ingatlah bahwa suami dan istri adalah panutan bagi anak-cucu mereka kelak. Apa pun yang kebaikan yang mereka contohkan dan keburukan yang mereka contohkan, ada pahalanya dan dosanya.
Jika anak-cucu mereka mencontoh sang suami yang bekerja dengan lurus menafkahi dari yang halal, maka sang suami mendapat tambahan pahala. Jika anak-cucu mereka mencontoh sang suami banyak meninggalkan shalat dan banyak berbuat dosa, sang suami pun mendapat tambahan dosa.
Jika anak-cucu mereka mencontoh sang Istri yang ta’at pada suami dan banyak beribadah, maka sang Istri mendapat tambahan pahala. Jika anak-cucu mereka mencontoh sang Istri banyak mencela dan kasar kepada suami, dan tidak bersyukur dengan yang Allah beri melalui suami, maka dia pun mendapatkan dosanya. InsyaaAllah.
Maka berhati-hatilah, wahai para Suami dan para Istri!
Sekali lagi, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda:
“Barangsiapa yang mengajak kepada petunjuk, maka baginya ada pahala yang sama dengan pahala orang yang mengikutinya dan tidak dikurangi sedikitpun juga dari pahala-pahala mereka. Dan barangsiapa yang mengajak kepada keburukan, maka baginya ada dosa yang sama dengan dosa orang yang mengikutinya dan tidak dikurangi sedikit pun juga dari dosa-dosa mereka.” (Hadits Shahih, Riwayat Muslim no. 2674).
Maka apa-apa yang kalian contohkan dan diikuti oleh anak-cucu kalian, ada pahala dan ada dosanya dari Allah di akhirat kelak. Setiap sikap baik kalian, ta’atnya kalian, bantuan kalian kepada pasangan… Setiap bentakan kalian, setiap caci maki kalian, setiap celaan kalian kepada pasangan…
Maka takutlah kepada Allah!
Karena apa yang kalian lakukan kepada istri kalian, yang kalian lakukan terhadap suami kalian… dan apa yang kalian ucapkan kepada istri kalian, dan yang kalian ucapkan kepada suami kalian… kelak bisa menjadi syurga kalian, atau neraka kalian… Dan hanya kepada Allah-lah tempat kita memohon pertolongan…
Semoga bermanfaat untuk para pembaca dan semoga Allah jadikan notes singkat ini menjadi tambahan pahala bagi penulisnya. Amiin yaa mujiibas saa-iliin.
Wa shallallahu ‘ala Muhammaadin wa ‘alaa aalihi wa ashhaabihi ajma’iin.
Walhamdulillaahi rabbil ‘aalamiin, alladzii bi ni’matihi tatimmush shaalihaat.
Wassalaamu’alaikum wa rahmatullah wa barakaatuh.
Abu Fudhail Haryo As-Sarijadi

SUMBER;Abu Fudhail Haryo As-Sarijadi, Bandung
]
 
Top