Sabar yang sebenarnya adalah sabar yang telah dijadikan,Allah sebagai buah dari ketakwaan. Allah berfirman:
Sesungguhnya barangsiapa yang bertakwa dan bersabar, maka sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik. (TQS. Yusuf [12]: 90)

Sabar yang sebenarnya adalah mereka yang disertakan oleh  Allah dengan para Mujahid. Allah berfirman:

Dan berapa banyak Nabi yang berperang bersama-sama mereka  sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. Mereka tidak  menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh).
Allah menyukai orang-orang yang sabar. (TQS. Ali ‘Imrân [3]:146)

Sabar terhadap cobaan dan qadha adalah sesuatu yang  akan menuntun menuju sikap konsisten, bukan sikap yang labil.
Sabar yang akan mendorong untuk senantiasa berpegang teguh  pada Kitab Allah, bukan melemparkannya dengan dalih beratnya  cobaan. Sabar seperti ini adalah sabar yang akan semakin  menambah kedekatan seorang hamba kepada Rabbnya, bukan  semakin jauh. Allah berfirman:
Maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap, “Bahwa tidak ada  Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Maha Suci Engkau,
sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim.” (TQS. al- Anbiya [21]: 87)

Kesabaran yang sebenarnya adalah kesabaran yang akan  semakin memperkuat cita-cita dan akan mendekatkan ke jalan  menuju surga, yaitu seperti kesabaran Bilal bin Rabah, Khabab, dan keluarga Yasir. Sebagiamana sabda Rasul saw.:
Sabarlah wahai keluarga Yasir, sesungguhnya yang dijanjikan bagi  kalian adalah surga.
Juga seperti kesabaran Khubaib dan Zaid. Ia berkata:  Demi Allah, aku tidak suka Muhammad saw. ditimpa musibah  walau hanya dengan duri, sementara aku selamat dengan  keluargaku.

Juga seperti kesabaran orang-orang yang menghentikan  orang yang dzalim tanpa merasa takut, di jalan Allah, terhadap  cacian orang yang suka mencaci. Rasulullah saw. bersabda:
Tidak, demi Allah, kalian harus menghentikan orang yang dzalim,  kalian harus membelokkan mereka (dari kedzaliman) menuju  kebenaran, dan kalian harus menahan mereka dalam kebaikan  atau Allah akan mengunci hati sebagian dari kalian disebabkan  oleh sebagian yang lainnya dan Allah akan melaknat kalian  sebagaimana telah melaknat Bani Israil.

Juga seperti kesabaran para sahabat yang diberkati, juga  kesabaran para sahabat yang diboikot, dan para sahabat yang  hijrah ke Habsyah; dan kesabaran para sahabat yang ditangkap  karena berpegang pada perkataan mereka, “Tuhan kami adalah  Allah”.
Kesabaran yang hakiki juga harus seperti kesabaran kaum  Muhajirin dan Anshar pada saat memerangi kaum Musyrik, bangsa  Persia, dan Romawi. Seperti kesabaran sahabat yang ditawan, yaitu  kelompok Abdullah bin Abi Hudzafah…; juga kesabaran para  mujahidin yang berani dan jujur.

Kesabaran yang sebenarnya adalah kesabaran pada saat  melaksanakan amar makruf nahi munkar, dan tidak lemah  meskipun dihadapkan kepada berbagai penindasan di jalan Allah.
Kesabaran yang sebenarnya adalah kesabaran pada saat  menjadi tentara bersama pasukan kaum Muslim yang siap  memerangi musuh-musuh Allah.  Sabar yang sebenarnya adalah kesabaran yang sesuai  dengan firman Allah:
Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu.  Dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orangorang  yang diberi Kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang  memper-sekutukan Allah, gangguan yang banyak yang  menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka  sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut  diutamakan. (TQS. Ali ‘Imrân [3]: 186)
Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar  Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara  kamu; dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu.  (TQS. Muhammad [47]: 31)

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit  ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan.  Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar,  (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka  mengucapkan, “Innâ lillâhi wa innâ ilaihi râji`ûn”. Mereka itulah  yang mendapat keber-katan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan  mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.  (TQS. al-Baqarah [2]: 155-157)


 
Top