Pesona Kekayaan Laut Selatan

BICARA soal mutiara laut selatan (so//i sea pcuri) pasti tidak lepas dari provinsi penghasil terbesar komoditas ini, yaitu Nusa Tenggara Barat (NTB). Kondisi perairan NTB memang dinilai paling cocok untuk pembudidayaan mutiara berkualitas terbaik itu.

Wakil Kelua Bidang Organisasi Asosiasi Budi Daya Mutiara Indonesia (As-bumi) Bambang Setiawan menyatakan, pertumbuhan dan perkembangan kualitas mutiara memang sangat tergantung pada kondisi perairan yang di|adikan sebagai lokasi budidaya.

"Sirkulasi air di Samudra Indonesia cukup bagus sehingga pertumbuhan mikroorganisme yang menjadi pakan kerang tersedia banyak. Jika makanan bagus, kualitas mutiaranya juga bagus," ujarnya di sela pembukaan Lombok Sumbawa Pearl Festival 2011 di Mataram, NTB, Jumat (8/7).

Tak hanya itu, keberadaan sejumlahselat di NTB seperti Selat Alas, Selat Lombok dan Selat Sape dinilai cukup strategis lantaran tidak memiliki arus gelombang yang tinggi. Pembudidayaan mutiara, tambahnya, memang harus dilakukan di tempat yang terlindung dari arus.

Mutiara laut selatan sendiri dilahirkan dari kerang berjenis Pinctada maxima. Saat ini, pasar global untuk mutiara yang kerap dijuluki sebagai the Queen ofPenrls itu masih dikuasai Indonesia. Pasalnya, dari negara inilah mutiara berkualitas tinggi berasal.

"Mutiara Lombok dikenal karena kekayaan dan keindahan warnanya. Saat ini ada 27 jenis warna mutiara Lombok yang bisa dihasilkan. Tapi ada tiga warna alami yang jadi keunggulan, yaitu bronze, metal, dan etnerald. Warna-warna ini tidak ada di tempat lain," kata Bambang.

Menurut dia, bervariasinya warnayang dimiliki mutiara Lombok tidak lepas dari lokasi Nusa Tenggara sebagai tempat pertemuan sebaran spesies kerang berbibir kuning dari Palawan, Filipina, hingga Kepulauan Nicobar dengan spesies kerang berbibir putih dari Papua hingga ke Australia jutaan tahun lalu.

E Mutiara Lombok dikenal karena kekayaan dan keindahan warnanya. Saat ini ada 27 jenis warna mutiara Lombok yang bisa dihasilkan."

Hal itulah yang lantas mendorong banyak pengusaha lokal maupun asing yang menekuni bisnis mutiara tersebut. Saat itu, kata dia, terdapat 36 perusahaan mutiara yang tersebar di wilayah pesisir Pulau Lombok dan Sumbawa,seperti Gili Gede, Teluk Sire, dan Tanjung Bero. "Sekarang produksi mutiara NTB bisa mencapai 600 kilogram per tahun. Sebagian besar dijual ke produsen perhiasan mutiara dunia di New York (Amerika Serikat), Tokyo (Jepang) , Geneva, Zurich (Swiss), dan Milan (Italia)."

Jika mutiara-mutiara itu sudah dibentuk menjadi perhiasan, turur Bambang, harganya akan semakin tinggi. Bisa mencapai puluhan bahkan ratusan juta rupiah, tergantung berat dan kualitasnya. Maklum, sebutir mutiara saja bisa dibanderol seharga Rp500 ribu.

"Pembudidayaan mutiara telah meningkatkan perekonomian daerah. Selain sebagai penghasil devisa, usaha budi daya mutiara juga menggerakkan ekonomi daerah terpencil," ungkapnya.

Usaha budi daya yang padat modal dan padat karya, lanjut dia, memberikan kesempatan kepada masyarakatuntuk menjadi pekerja dan mitra. Warga dengan modal terbatas dapat membangun unit usaha pendukung budi daya mutiara, seperti suplai air bersih, usaha transportasi, usaha suplai bahan makan, dan peralatan budi daya.

"Di sisi lain, mutiara kini juga menjadi salah satu tujuan para wisatawan asing datang ke Lombok," imbuhnya.

Hal itu dibenarkan Dirjen Pemasaran Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Sapta Nirwandar. Menurutnya, festival mutiara Lombok Sumbawa sudah semakin mendunia, bahkan sudah menjadi kalender tetap bagi pecinta mutiara dari berbagai negara.

"Belum banyak pedagang yang membawa keluar. Prosesnya selalu ekspor atau pedagang luar datang ke NTB untuk beli mutiara. Celah ini yang kita manfaatkan untuk pariwisata. Bisa saja mereka jalan-jalan setelah transaksi." (Csi/M-1) MEDIA INDONESIA 23 july 2011 hal.11
Tulisan terkait :

Tambang Tak Ramah Lingkungan Haram

 
Top