Stres ternyata tak mengenal usia. Siapa pun bisa terserang, termasuk remaja. Nah, apa yang harus Anda lakukan jika anak Anda yang tengah menginjak usia remaja mengalaminya?
Ada banyak hal yang membuat remaja stres. Terkadang, penyebabnya adalah hal-hal besar yang tak terduga. Misalnya karena orang tuanya bercerai, sedang “patah hati”, atau baru mengalami kecelakaan. Bisa juga penyebabnya “cuma” masalah-masalah umum dalam kehidupan sehari-hari.

Fase awal dunia remaja bisa merupakan masa yang membuat stres, tidak saja bagi sang remaja baru, tetapi juga orang tua dan orang dewasa yang harus hidup bersamanya. Kenapa? Pasalnya, sang akil-balik sedang berkutat mengatasi tantangan dari pertumbuhan diri mereka. Mereka melalui masa pubertas alias pancaroba, harus memenuhi harapan-harapan yang berbeda dari orang lain, sementara mereka juga masih harus mengatasi perasaan-perasaan yang mungkin belum pernah mereka alami sebelumnya.
Bahkan banyak juga yang sesungguhnya merasa cemas dengan perpindahan mereka dari dunia sebelumnya ke dunianya yang baru, yakni dunia remaja. Kalau pada saat seperti ini sang remaja juga menghadapi hal-hal yang lebih berat, seperti ada anggota keluarga yang meninggal atau keluarga harus pindah ke kota lain, maka situasinya bisa makin buruk.


Kebanyakan anak dapat mengatasi tantangan-tantangan ini dengan baik dan mereka bisa tumbuh menjadi orang dewasa yang sehat. Namun ada juga yang mengalami kesulitan dalam proses pertumbuhan ini. Apa saja jenis kesulitan ini? Dan bagaimana orang dewasa bisa membantu remaja menghadapi masa sulit ini? Yang harus diketahui, masa awal memasuki dunia remaja sudah bisa terjadi pada anak kelas 4 SD, sementara pada anak yang lain mungkin saja datang lebih lamban.

PENYEBAB STRES
Bicara tentang stres, kita pun kontan akan berpikir, bagaimana seharusnya kita menghadapi masalah yang rumit ini? Apalagi bila masalahnya memang berat, seperti perceraian orang tua atau putus cinta. Ada dua hal penting yang dinasihatkan pakar remaja. Bagi para remaja, mengatasi setumpuk masalah dalam waktu singkat adalah jauh lebih sulit dibandingkan mengatasi satu masalah saja.

Stres dan ketegangan yang berlangsung dari hari ke hari juga bisa lebih berat dibandingkan peristiwa-peristiwa besar dalam hidup. Apabila peristiwa-peristiwa besar menyebabkan stres, maka ini lebih karena adanya penyimpangan atau perubahan dalam kehidupan remaja sehari-hari.

Penyebab utama stres pada remaja kelas enam SD sampai kelas tiga SMP kebanyakan adalah masalah yang menyangkut teman sebaya (termasuk “cinta monyet”), masalah keluarga, hubungan dengan orang tua, atau masalah yang berkaitan dengan sekolah atau perasaan tertekan, atau tingkah-laku (merasa depresi atau kesepian, atau mendapat masalah akibat perbuatan sendiri).

Benar bahwa ini semua adalah masalah rutin bagi remaja. Namun setiap anak akan menghadapi pemicu stres (stressor ) yang berbeda, karena mereka tinggal di lingkungan yang berbeda. Ada remaja yang tinggal di lingkungan dengan tingkat kriminalitas dan kekerasan yang tinggi. Yang lain mungkin tinggal di lingkungan yang terisolasi atau di daerah pedesaan.

MENGENDALIKAN EMOSI
Cara remaja bereaksi terhadap stres sebetulnya mirip dengan cara orang dewasa. Reaksi-reaksi yang umum misalnya merasa takut, cemas, sedih, dan marah. Tingkah-laku remaja yang mengalami stres mungkin berubah, tetapi pada umumnya tiap remaja bereaksi dengan cara yang berbeda. Ada remaja yang menjauhkan diri dari orang lain, ada yang menyerang orang lain, dan ada pula yang secara aktif mencari kenyamanan dari orang lain.

Namun, ada suatu pola umum dalam sikap pemecahan ini. Cara pertama adalah poblem solving atau memecahkan permasalahan dengan mengubah situasi atau menghindari masalah. Cara yang lainnya adalah managing emotions atau mengelola emosi yang meliputi pengontrolan pikiran dan perasaan. Kedua metode ini bisa efektif, tergantung pada apa masalahnya dan kapan masalah tersebut mulai timbul.

Hasil penelitian menunjukkan, orang yang melihat sisi positif dari situasi sulit dan ambil bagian dalam kegiatan-kegiatan yang menyenangkan cenderung lebih mampu menyesuaikan diri. Terkadang juga dibutuhkan perencanaan atau kemampuan (skill ) baru. Misalnya, anak-anak yang nilai sekolahnya rendah perlu belajar duduk secara tekun, membaca dan mengatur waktu untuk merampungkan setiap pe-er.

Cara pertama menghadapi masalah yang tak bisa dikendalikan adalah dengan mengendalikan emosi diri sendiri. Resep ini juga jitu untuk menghadapi segala masalah yang baru muncul. Langkah awalnya adalah curhat, menghindar, dan membuat selingan. Untuk itu, remaja sering memilih mendengarkan musik dan menonton teve.
Cara lain adalah menemukan hikmah atau makna dari pengalaman tersebut. Remaja harus paham bahwa sesuatu yang baik dapat timbul dari suatu masalah. Akhirnya, melakukan sesuatu yang menyenangkan dapat menghilangkan stres. Cara ini ibarat “mengisi ulang baterai”, sehingga orang itu akan bisa berdaya kembali dalam mengatasi stres.

PERAN ORANG DEWASA
Paling sedikit ada tiga cara yang bisa dicoba orang dewasa untuk membantu si remaja mengatasi stres yang mereka alami, yakni menyediakan pertolongan, memberikan dorongan semangat, dan memberikan dukungan selama masa stres. Orang dewasa dapat menolong sang remaja dalam mengembangkan pengetahuan dan kemampuan mereka untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang mungkin akan timbul.

1 . Doronglah remaja untuk mau curhat, dan dengarkan dengan penuh simpati. Ajukan pertanyaan, sehingga Anda memahami masalahnya. Jangan langsung melompat dengan membuat kesimpulan dan memberikan nasihat. Mereka mungkin hanya ingin dipahami, tidak lebih. Mungkin masalahnya tampak sepele bagi Anda, sementara bagi remaja bisa saja dirasakan sebagai soal besar. Menyepelekan masalah atau mengatakan “Kamu pasti bisa mengatasinya” tidak akan membantu. Itu menunjukkan bahwa Anda tidak memahami atau tidak senang mendengarkan masalahnya. Tanyakan kepada mereka apakah mereka membutuhkan nasihat Anda, atau ingin mengetahui apa yang akan Anda lakukan.

2 . Tawarkan peneguhan, dorongan semangat, dan dukungan. Berkenanlah untuk memberikan penenang lewat kata-kata penghiburan atau sikap fisik yang menenteramkan. Tapi jangan putus asa bila si remaja menolak niat baik Anda atau bahkan marah. Hal ini merupakan reaksi normal dari penyandang stres. Sabarlah dan biarkan si anak mengetahui bahwa Anda bersedia untuk menolong bila dibutuhkan.
3 . Doronglah mereka untuk ikut ambil bagian dalam aktivitas yang biasanya mereka sukai. Cobalah ciptakan hubungan sedemikian rupa sehingga si remaja merasa nyaman untuk mendatangi Anda bila ia membutuhkan pertolongan. Adalah sudah cukup membantu apabila mereka bisa curhat.

4 . Pengalaman konkret adalah contoh yang paling efektif. Maka, ceritakanlah bagaimana Anda menghadapi persoalan dalam hidup selama ini. Katakah dengan jelas bahwa Anda senang membahas kesulitan-kesulitan yang dia hadapi. Bantu remaja belajar dan mempraktekkan kemampuan memecahkan masalah serta mengembangkan kemampuan sosial. Berikan saran tentang cara-cara mengatasi situasi sulit. Buatlah mereka memahami bahwa mereka dapat mengatasi masalah dengan cara yang berbeda.

5 .Tolonglah mereka untuk belajar mengendalikan emosi. Misalnya berjalan-jalan, bermain bola basket, mendengarkan musik, atau bercakap-cakap dengan seseorang.

6 . Bantulah mereka untuk mengembangkan cara pandang yang berbeda. Bimbinglah mereka untuk melihat sisi positif, memastikan pada diri sendiri, agar dapat mengendalikan emosi diri sendiri.

7 . Tolonglah mereka untuk belajar serta menggunakan kemampuan dalam aktivitas-aktivitas yang baru. Berilah mereka kesempatan untuk melakukan aktivitas-aktivitas yang menyenangkan. Cara ini dapat membantu para remaja mengisi ulang baterai mereka.
Menolong seorang remaja bermasalah kadang-kadang dapat membuat Anda merasa putus asa atau frustrasi. Perhatikanlah tingkat stres Anda dan jagalah diri baik-baik. Jangan ragu untuk mencari pertolongan dari orang lain, lebih-lebih bila Anda merasa pusing dan tidak dapat menghadapi si anak.

Seorang guru bimbingan dan penyuluhan di sekolah (guru BP) dapat memberikan informasi dan nasihat yang bermanfaat. Atau, bila perlu, Anda dapat meminta nasihat ulama, pusat kesehatan mental setempat, ahli perkembangan anak, dan sebagainya
Kiriman: Nusya
(nova.com)
 
Top