Selama beberapa ratus tahun ilmu fisika didominasi oleh teori Newton yang menyatakan bahwa setiap zat terdiri dari molekul dan atom serta inti atom yang masif. Makin masif sel atom suatu zat, makin padat zat itu. Sehingga terjadilah variasi kepadatan zat-zat, mulai dari gas, cairan sampai benda padat. Termasuk dalam benda padat adalah benda-benda yang sangat keras seperti batu dan karang yang sulit untuk di pecah-pecah, apalagi diuraikan seperti zat cair atau gas.

Revolusi IPTEK

Tetapi dalam beberapa puluh tahun terakhir ini, terjadi revolusi dalam ilmu fisika, yaitu dengan ditemukannya fisika kwantum, yang menyatakan bahwa inti atom dapat diuraikan dan diuraikan lagi, sehingga akhirnya hanya terdiri dari kumpulan energi yang dinamis saja. Kata teori ini, inti atom berbanding atomnya sendiri adalah bagaikan sebiji anggur berbanding seluruh dunia. Maka dengan paradigma fisika kwantum ini, benda yang sepadat apapun dapat diuraikan jika kita bisa menguraikan inti atom tersebut.
Salah satu dampak dari revolusi dalam ilmu fisika ini adalah berkembangnya teknologi Nano, yaitu suatu teknologi yang mampu memperkecil atom menjadi 1/50.000 dari yang asli. Maka benda-benda apa pun dapat dibuat sangat kecil, termasuk benda-benda padat, sehingga hari ini kita dapat membuat elemen-elemen teknologi canggih seperti micro-chips dalam ukuran yang sangat kecil dan alat-alat berteknologi sangat canggih pun bisa dibuat berukuran sangat kecil seperti telepon seluler, komputer, pesawat TV, radio dan alat-alat kedokteran.

Dampak lain dari ditemukannya fisika kwantum adalah dimungkinkannya pengembangan teknologi transformasi dari rangsang-rangsang optik, menjadi impuls-impuls digital yang bisa dikirimkan melalui saluran telekomunikasi dan/atau gelombang-gelombang radio, sehingga gambar, dokumen dan sebagainya bisa dikirimkan ke seluruh dunia melalui satelit dalam hitungan detik dengan harga yang sangat murah (fax, internet) yang merupakan pemicu dari revolusi berikutnya, yaitu dalam bidang teknologi informasi. Di masa yang akan datang, bukannya tidak mungkin yang dikirimkan adalah benda-benda paket, bahkan juga manusia.

Selanjutnya, dalam bidang ilmu kedokteran, dengan adanya kecanggihan alat-alat kedokteran yang super mini, yang didukung oleh teknologi nano, dapat dikembangkan teknologi kedokteran yang mampu melakukan diagnosis dan/atau terapi berbagai penyakit yang semula hanya dapat dilakukan dengan teknik yang berisiko tinggi, seperti pembedahan, kemo terapi dsb.
Berbicara tentang ilmu kedokteran, di samping pengaruh luar biasa dari teknologi nano tersebut di atas, ilmu yang satu ini juga dipengaruhi oleh revolusi dalam ilmu biologi, yaitu ditemukannya teknologi genome. Teknologi genome berawal dari kemajuan yang sangat pesat dalam ilmu tentang gen, sehingga manusia akhirnya bisa mengintervensi proses terjadinya dan pertumbuhan gen.
Awalnya teknologi genome hanya bisa digunakan dalam bidang pertanian, yaitu untuk pencangkokan bibit unggul sayuran dan buah-buahan. Tetapi lama ke lamaan teknologi ini berkembang ke bidang peternakan. Untuk mengembangkan ternak-ternak unggul, sampai akhirnya ditemukan teknologi kloning, yaitu penciptaan hewan (domba) hanya dari satu sel DNA hewan itu. Dalam ilmu kedokteran, teknologi ini sudah mulai diterapkan dalam kasus-kasus pencangkokan organ tubuh dan proses reproduksi bayi melalui tabung-tabung di laboratorium (dikenal dengan istilah: bayi tabung), dan bukannya tidak mungkin pada suatu saat kloning pun akan dilakukan pada manusia. 

Dampak Sosial Budaya

Sudah barang tentu ketiga revolusi Iptek tersebut di atas sangat berpengaruh pada perilaku manusia pada khususnya dan norma-norma sosial budaya pada umumnya.
Fasilitas sms (short massage service) pada telepon seluler, misalnya, sangat berpengaruh pada menurunnya jumlah pengiriman pos kartu ucapan selamat lebaran dan natal. Fasilitas internet memungkinkan majalah Newsweek dari AS dibaca pada hari yang sama di Asia, dan koran KOMPAS dari Jakarta, terbit bersamaan dengan versi-versi daerahnya.
Di masa depan, ketika tubuh manusia sudah bisa ditransformasikan menjadi gelombang digital dan dikirim melalui gelombang radio, jalur Pantura otomatis akan kosong dari kendaraan mudik, karena para pemudik memilih menggunakan sarana transformasi tersebut. Demikian pula kapal udara dan kapal laut akan kehilangan penumpang.
Di bidang kedokteran, teknologi genome memungkinkan perencanaan keluarga (pembatasan dan penjarangan kelahiran, maupun pengobatan kemandulan) dan teknologi nano memungkinkan disembuhkannya penyakit-penyakit yang selama ini sering berakhir dengan kematian.

Di sisi lain, revolusi Iptek tersebut juga menimbulkan persoalan-persoalan baru, khususnya yang menyangkut norma sosial dan budaya. Teknologi informasi yang canggih, misalnya memungkinkan anak-anak bisa mengakses pornografi melalui internet, atau massa yang buta politik membuka situs-situs yang berisi hasutan dan provokasi tanpa bisa disensor sama sekali.
Teknologi kloning manusia akan memicu permasalahan baru dalam etika, karena orang akan mempertanyakan sejauh mana teknologi ini bisa memberikan kemashlahatan bagi umat, atau justru lebih banyak kerugiannya. Demikian pula teknologi genome menyebabkan lembaga perkawinan makin tidak diperlukan untuk melindungi proses reproduksi manusia, sehingga hubungan seks ekstra dan pra-marital akan bertambah banyak. Sedangkan teknologi genome lainnya menyebabkan manusia makin berumur panjang sehingga timbul permasalahan yang menyangkut orang-orang lanjut usia yang jumlahnya makin lama makin banyak. Bahkan untuk permasalahan yang satu ini, ilmu pengetahuan sudah mengembangkan suatu cabang ilmu baru yang dinamakan "gerontologi" (ilmu tentang orang-orang usia lanjut).

Kesimpulan

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa umat manusia sedang berada di tengah revolusi Iptek yang dahsyat dan berlangsung dengan sangat cepat. Banyak di antara anggota masyarakat yang tidak bisa menyesuaikan diri dengan perubahan itu, sehingga makin banyak orang yang stress, atau berusaha mencari jalan pintas, baik melalui penyalahgunaan narkoba, agresivitas (konflik etnik, agama), KKN, maupun penyimpangan agama seperti yang terjadi pada sekte "kiamat" di Bandung baru-baru ini.
Masalah norma dan etika akan menghadapi tantangan sangat besar, dan hanya manusia-manusia yang cerdas dan sekaligus bermoral tinggilah yang akan unggul dalam revolusi ini. Di sinilah pelunya pengembangan ilmu psikologi, di atas perkembangan ilmu dan tekonologi yang maha dahsyat itu.


Oleh Prof.Dr. Sarlito W. Sarwono, psikolog
 
Top