Guru Sangamam telah menyatakan Guru Poornima, atau Vyaasa Pooja, yang mana di Bali disebut Saraswati Pooja sebagai Hari Penting untuk dirayakan oleh setiap orang, entah yang sedang meniti
jalan spiritual, maupun yang tidak.

Poornima mengingatkan kita pada cerita dari Padma Puraana yang sekarang selalu dibacakan saat berdoa hari itu. Kenapa cerita itu mesti dibaca ulang terus-menerus, dari bulan ke bulan?

Cerita itu juga disebut SatyaNaaraayana Vrata Kathaa – Cerita Brata Kebenaran Agung… Karena, “kebenaran itulah dharma tertinggi” (Satyam naasti paro dharmah) – tidak ada dharma yang lebih tinggi dari kebenaran.

Kepalsuan tidak bisa bertahan lama.
Hanyalah kebenaran yang selalu bertahan.

Cerita2 dari Padma Puraana itu mengingatkan kita bagaimana seorang miskin bisa menjadi kaya raya karena Berkah Ilahi, dan bukan karena kemampuannya, tetapi kemudian kehilangan segalanya karena tidak taat pada Brata Kebenaran.


Ada kalanya, kita sudah sedemikian seringnya berbohong sehingga berbohong itulah menjadi dharma kita. Untuk hal-hal kecil pun berbohong. Awalnya memang kita menganggap hal itu biasa-biasa, “Toh saya tidak merugikan orang lain!” Akan tetapi, lambat laun kebohongan sekecil apapun menjadi tumor ganas. Dan, ketika hujan berkahNya berhenti, maka bukan saja menjadi miskin materi, orang itu kehilangan makna jiwanya. Kemudian, mau berbuat apapun juga, jiwanya tidak terselamatkan. Kecuali, ia betul-betul bertobat dan memohon maaf dari para tua, para suci, siapa saja yang pernah dibohonginya.

Satyameva Jayate – Kebenaran itulah yang akhirnya Jaya, Menang – kita sering mendengar hal ini, tetapi lebih sering lupa pula. Gampang mengucapkannya, tetapi sulit menerapkannya dalam keseharian hidup.

Tidak ada kejayaan, tidak ada keselamatan, tidak ada kebaikan, tidak ada kedamaian, tidak ada ketenangan, tidak ada kesehatan, tidak ada kasih, tidak ada kemuliaan, tidak ada sesuatu yang bernilai dan berharga dalam hidup mereka yang sudah terbiasa berbohong.

Menjelang Guru Poornimaa tahun ini, marilah kita berjanji pada diri sendiri bahwa kita tidak akan pernah lagi berbohong, untuk urusan apa pun juga. Jika tidak mau melakukan atau memberitahu sesuatu, lebih baik berterus-terang, “Saya tidak sanggup, tidak mau”, atau bahkan “tidak ingin lagi berkomentar”, “tidak ingin menjawab”, “tidak ingin beritahu” – tetapi tidak berbohong dan tidak menghindari keadaan.

Melarikan diri dari keadaan pun merupakan salah satu bentuk kebohongan.

Banyak sekali perubahan dan kejadian yang telah dan akan menimpa umat manusia dalam bulan2 mendatang – dalam keadaan pancaroba seperti itu, adalah kekuatan Satya atau Kebenaran yang menjadi pelindung kita, perisai kita.

Lagi-lagi, para suci mengingatkan kita bahwa ketika kepalsuan bergabung dengan kepalsuan maka ia menjadi alot, keras, kaku, dan tidak bisa lagi melihat kebenaran. Ini yang mesti diperhatikan selalu. Tidak ada spiritualitas, tidak ada kehidupan materi yang bahagia tanpa Satsang – pergaulan yang mengajak kita kepada kejujuran, kebenaran, ketulusan, dan keterbukaan.

Menuju tanggal 3 Juli nanti, mulai hari ini, sejak saat ini mari kita berjujur dengan diri sendiri.Karena, sesungguhnya ketika berbohong kita hanyalah membohongi diri sendiri. Para suci, para dewa, para guru mengetahui persis segala sesuatu – kita pun tidak bisa membohongi mereka.

Mari kita melakukan inventarisasi tentang jalan kebenaran apa yang telah kita tempuh selama setahun terakhir, dan kepalsuan apa, kebohongan apa yang telah kita ucapkan. Mari kita bertobat, dan bersumpah untuk tidak mengulanginya lagi.

Kekuatan-kekuatan kepalsuan hanyalah mendekati kita ketika mereka mendapatkan sesuatu, mendapatkan materi, mendapatkan pujian dan lain sebagainya dari kita. Sementara itu mereka tidak dapat memberi kita sesuatu, kecuali kecelakaan dan kekhawatiran. Adalah kekuatan kebenaran yang senantiasa melindungi kita.

Hujan Berkah Bunda masih turun, dan hujan berkahNya lebat sekali, maka cawan kita yang berlubang dan bocor pun ada kalanya masih terlihat penuh. Namun, ketika hujan berkah itu berhenti, maka cawan kita menjadi kosong. Dan, tidak berguna lagi. Mari kita memperbaiki cawan otak dan rasa kita, memperbaiki kebocorannya. Supaya bisa menampung hujan berkah.

Setiap keadaan, setiap orang yang menjauhkan kita dari jalan kebenaran adalah kekuatan jahat yang membangkitkan benih-benih kejahatan yang ada di dalam diri setiap orang. Benih-benih ini tidak pernah mati, kecuali terus menerus kita membanjiri lahan jiwa kita dengan Hujan BerkahNya, dengan Luapan Kasih dan Kebenarannya. Kemudian, benih-benih itu pun akan hanyut, dan tidak mengganggu lagi.

Bersiap-siaplah untuk menampung air hujan BerkahNya.

Love and blessings as always
 http://triwidodo.wordpress.com/2012/06/19/guru-poornima-atau-vyaasa-pooja/
 
Top