Berbicara tentang arsitektur atau sebuah bangunan, tidak bisa terlepas dari siapa perancang atau arsiteknya. Arsitek adalah ahli dalam merancang atau merencanakan sebuah bangunan. Bukan hanya itu saja, arsitek juga bertanggung jawab terhadap efektifitas dan daya tahan sebuah bengunan yang dirancangnya. Oleh karena itu arsitek tidak sembarangan dalam memilih bahan bangunan lantaran kualitas material yang dipergunakan ikut andil dalam keindahan dan ketahanan sebuah bangunan.
Selain artistik sebuah gaya artistektur juga harus fungsional, artinya apa-apa yang dirancang untuk melengkapi sebuah bangunan itu harus berdayaguna. Tidak salah jika arsitek adalah seorang yang multi talenta, mempunyai jiwa seni, kreator, inovator dan berilmu pengetahuan. Singkatnya arsitek pasti orang cerdas. Dengan inovasi tiada henti, maka arsitek selalu menghasilkan karya yang indah dan mengagumkan, dan dikenang sepanjang zaman.
Namun ada sebuah bangunan yang sejak dirancang pertamakali beratus bahkan beribu tahun yang lalu hingga saat ini tak ada perubahan sama sekali. Meskipun gaya arsitektur kuno tetapi fungsi dan bentuknyapun dibangun sedemikian teliti dan akurat. Bahannyapun tidak sembarangan, sejak jaman dulu masih memakai bahan yang sama. Meskipun tidak pernah sekolah sang arsitek cerdas tersebut merancangnya sungguh sangat matematis dan geometris penuh perhitungan. Siapakah arsitek kuno itu, dan seperti apa arsitektur hasil rancangannya ?
Dibawah ini nama arsitek tersebut berikut hasil rancangannya :
Dilahirkan di Pulau Sumatera, namanya Insinyur Apis koschevnikovi, katanya.
Ini fotonya Mas Apis sedang memperbaiki genteng……..hehehe…..tawoooonnn….
Ya tawon, namun ada juga yang menyebutnya lebah. Tapi tawon dan lebah memang serupa tapi tak sama. Tawon tubuhnya ramping, mempunyai rahang untuk menggigit, berambut tipis, larvanya memakan daging dan bentuk semua kaki sama. Sedangkan lebah tubuhnya gemuk, tidak mempunyai rahang, rambutnya tebal, larvanya memakan madu dan kaki belakang lebih besar dari yang lain.
Selain di Pulau Sumatera mereka hidup juga di Kalimantan, katanya. Jenisnya banyak konon ada 75 ribu jenis. Karena saking banyaknya maka yang (bisa) saya jepret yang kebetulan ada dirumah saya. Memang tawon yang bersarang di (bawah atap) rumah saya itu kebetulan bukan tawon sejenis yang jahat. Meskipun tanpa seizin saya mereka membangun rumah didalam rumah saya, lantaran mereka tidak nakal ya saya biarkan, sayapun tidak mau mengganggu mereka.
Mereka hidup berkoloni, namun tawon yang sejenis ini masyarakatnya tidak banyak, hanya sekitar 5 sampai sepuluh orang eh sepuluh ekor saja. Dan sepertinya tawon jenis ini tidak pernah ada madunya. Saya belum pernah melihat sarang tawon yang ada madunya, sarang yang masih dihuni maupun yang telah mereka tinggalkan.
Sarangnya berbilik-bilik dengan bentuk heksagonal atau segi enam. Menurut para ilmuwan kenapa sarang tawon bentuknya segi enam, selain efisiensi material juga tidak ada tempat yang mubazir, beda dengan bilik yang bentuknya bulat. Sarang tawon dibuat dari propolis atau perekat getah pohon yang berkualitas, sehingga bisa tahan lama dan tidak beracun yang bisa membahayakan larva-larvanya kelak.
Tawon ini membuat sarangnya tidak terlalu besar, paling besar sekitar 30 sampai 35 cm saja diameternya. Terkadang baru dibangun sebesar 5 sampai 10 cm saja sudah mereka tinggalkan untuk membangun sarang yang baru, padahal jarak rumah lama dengan rumah barunya hanya sekitar satu meter.
Jadi, apa untungnya hidup bersama tawon yang tidak menghasilkan madu. Untungnya memang tidak ada, tapi ruginyapun kan tak ada. Mereka hanya numpang tidak mengganggu kita, masak harus kita usir atau kita ganggu.
Eh maaf, ada untungnya kok, saya jadi bisa mengirim foto ke event WPC Animal and Pets Photography minngu ini. Siapa tahu besok jadi pemenang dan dapat hadiah, lumayan juga kan ?
Itulah persahabatan saya dengan Mas Insinyur Apis koschenikovi (kayak orang cekoslovakia namanya)…….hehehehe.
Tawon saja mau hidup rukun sama manusia kok, yang sama-sama manusia malah kepruk-keprukan sampe bunuh-bunuhan. Gek rebutaaaannnn opuuoo….!!!
Mbok belajar pada tawon, sama-sama tawon hidupnya kompak, bergotong royong, melaksanakan tugas masing-masing dengan penuh tanggung jawab, nggak mau merebut jatah yang bukan haknya,
tawon pekerjapun dengan tekun melakukan pekerjaannya dengan tulus tanpa iri dengan tawon pejantan yang kerjanya hanya kawin saja. Juga sang ratu yang kerjanya hanya cuma ngendog atau bertelur saja, tapi mereka tetap rukun. Pendidikannya apa ya tawon-tawon itu.
tawon pekerjapun dengan tekun melakukan pekerjaannya dengan tulus tanpa iri dengan tawon pejantan yang kerjanya hanya kawin saja. Juga sang ratu yang kerjanya hanya cuma ngendog atau bertelur saja, tapi mereka tetap rukun. Pendidikannya apa ya tawon-tawon itu.
Ah, kok jadi malu saya pada tawon.
http://lifestyle.kompasiana.com/hobi/2012/08/28/arsitektur-kuno-yang-tak-berubah-hingga-kini-wpc-xix/