Pemanasan global (global warming) memang benar-benar  telah terjadi. Fakta terkini kian menegaskan bahwa dampak perubahan  iklim semakin nyata. Cuaca berubah drastis, tak terkendali. Jakarta  kerontang. Sawah-sawah di pedesaan meranggas kering. Emisi gas buang  memadati udara yang kita hirup. Air bersih semakin susah. Namun, bumi  terus dieksploitasi secara semena-mena. Hutan-hutan terus digunduli,  limbah industri terus mencemari sungai-sungai, lautan menjaditempat sampah raksasa, polusi udara menghitamkan langit, tambang-tambang terus digali, pemborosan energi makin berlebihan, dan banyak lagi perilaku manusia yang perlahan-lahan menghancurkan alam.
Keserakahan Manusia
 Keserakahan  manusia selama berabad-abad seakan tak pernah terpuaskan oleh apa pun.  Bumi adalah sasaran empuk keserakahan manusia yang seakan tak akan habis  dieksploitasi. Keserakahan memang tak ada batasnya. Batasnya hanya  kematian, saat manusia kembali ke bumi, lenyap ditelan bumi, dan menjadi  bagian dari bumi. Kerusakan alam semakin terlihat jelas dengan adanya  berbagai bencana yang selalu datang silih ganti mulai dari bencana  banjir, tanah longsor, dan naiknya permukaan air laut yang disebabkan  makin tipisnya lapisan ozon. Semuanya tidak lepas dari campur tangan  manusia yang makin brutal  dan cenderung tidak lagi mempunyai rasa kasih sayang terhadap keadaan  bumi. Karena adanya kecenderungan tersebut, pada akhirnya manusia  sendiri yang terkena akibat dari perubahan-perubahan alam itu sehingga  pada tahap ini manusia dan alam saling mempengaruhi. Selanjutnya,  manusia bisa menyadari kesalahannya dan mengubah fungsinya dari makhluk  perusak menjadi makhluk pengelola lingkungan. 
Apa yang bisa kita lakukan
 Berbagai  masalah lingkungan hidup sering tidak menjadi prioritas dan sering  menjadi subagenda yang pada akhirnya larut dan tenggelam dalam tema-tema  kampanye semata yang sifatnya lebih luas dan abstrak sehingga  memunculkan keprihatinan yang absurd. Telah adakah kesadaran untuk memperlakukan bumi sebagai ibu pertiwi yang harus kita cintai dan hormati? 
 Ini  pertanyaan besar yang harus dijawab oleh kita sebagai penghuni bumi,  bukan hanya oleh pemerintah. Memang, pemerintah mengeluarkan  kebijakan-kebijakan untuk melindungi hutan, laut, gunung, sungai, tanah, satwa, tumbuhan, serta udara dari segala bentuk keserakahan manusia. Kita  tak perlu mencari kambing hitam atas ketidakseimbangan ekologi ini  karena tak akan pernah ada habisnya. Namun, kita pun sebagai masyarakat  harus mampu memberikan kontribusi demi kelestarian bumi. Jika  tidak, bumi akan terus makin panas dan kehancuran pun tak terelakkan  lagi. Mulailah berintrospeksi pada lingkup kecil, yaitu pada diri  sendiri. Sudahkah kita menyayangi bumi? 
Efektifkan Penggunaan Kendaraan Bermotor
 Di  kota-kota besar, hampir selalu terdapat zat karbomonoksida (CO) sebagai  akibat dari banyaknya kendaraan bermotor, industri-industri, dan  sebagainya. Salah satu bentuk polusi yang tertangkap oleh indera mata  adalah gejala smog, gabungan antara smoke (asap) dan fog (kabut). Gejalanya adalah jika kota itu dilihat dari jauh hanya akan terlihat samar-samar karena tertutup oleh smog tersebut. Sekarang,  Jakarta pun sudah mengalami gejala ini. Apa yang bisa kita lakukan?  Kurangi penggunaan kendaraan pribadi. Jika setiap hari kita pergi ke  kampus atau ke kantor dengan menggunakan mobil yang hanya ditumpangi  oleh dua atau tiga orang, sekarang usahakanlah menggunakan kendaraan  umum, bus TransJakarta  misalnya. Atau jika kita sudah terbiasa menggunakan kendaraan pribadi,  mungkin bersepeda ke kampus atau ke kantor adalah pilihan yang tepat,  sekaligus menyehatkan. Akan tetapi, jika dua hal yang penulis tawarkan di atas dirasa kurang sreg  maka pilihan lain adalah pintar-pintarlah dalam berkendaraan bermotor  supaya tetap ramah pada lingkungan. Maksudnya, jika Anda mengalami  kemacetan di jalan hingga stuck  lebih dari tiga menit atau pun berhenti karena lampu merah lebih dari  tiga menit, sebaiknya matikan mesin kendaraan Anda. Berdasarkan  penelitian di Universitas NTU Singapura pada awal 2009, dinyatakan bahwa  mesin kendaraan bermotor yang dinyalakan pada posisi tidak bergerak itu  sama dengan jarak tempuh 1 km dengan kecepatan 50 km/jam. Dengan  begitu, selain mengurangi panas terhadap bumi dan meminimalkan polusi  udara, cara itu pun sehat untuk dompet Anda dalam membeli BBM.
Hemat Energi
 Telepon genggam (hand phone/HP)  dan laptop merupakan alat teknologi yang kini frekuensi pemakainya  sudah tinggi pada masyarakat menengah, khususnya di Jakarta. Tanpa  disadari, penggunaan HP  dan laptop yang seenaknya turut memberikan kontribusi besar terhadap  pemborosan energi listrik yang ujungnya berdampak pada pemanasan global.  Tidak sedikit di antara kita yang tidak mencabut charger HP atau laptop ketika baterai sudah penuh. Malah, ada beberapa orang yang lupa mencabut charger tersebut dari stop kontak meski HP dan laptopnya sudah mereka cabut dari charger.  Apa dampaknya bagi bumi? Energi listrik akan banyak terbuang secara  percuma. Alhasil peluang lapisan ozon menipis sehingga bumi memanas  semakin bertambah.
Cerdas Menangani Sampah Plastik
 Sekarang  ini sudah banyak pembahasan mengenai penanganan sampah. Mungkin sampah  juga salah satu penanda akan gaya hidup konsumtif kelompok dan  masyarakat yang menikmati tingkat kesejahteraan tinggi. Jenis sampah  yang dibahas pada bagian ini adalah sampah plastik. Plastik adalah salah  satu bahan yang dapat kita temui di hampir setiap barang. Mulai dari  botol minum, TV, kulkas, pipa paralon, plastik laminating, gigi palsu, compact disk (CD),  kutex (pembersih kuku), mobil, mesin, alat-alat militer hingga  pestisida. Plastik dipakai karena ringan, tidak mudah pecah, dan murah.  Akan tetapi, kita tahu bahwa selain plastik tidak baik untuk kesehatan, plastik juga beresiko terhadap lingkungan. Perlu beribu tahun untuk menguraikan  sampah plastik. Apa yang bisa kita lakukan? Kurangi penggunaan plastik.  Jika Anda belanja ke super market, bawalah plastik sendiri dari rumah  atau tas khusus yang telah Anda siapkan. Selain itu, jika Anda ingin  membeli barang plastik, pilihlah yang dapat didaur ulang. Dengan begitu,  Anda sudah turut berkontribusi dalam mengurangi sampah plastik dan itu  salah satu langkah nyata dalam menyayangi bumi. Selain itu, perlu  dipahami pula bahwa membuang sampah plastik terutama yang mengandung Bisphenol-A sembarangan, dapat mencemari air tanah yang pada akhirnya dapat mencemari air minum banyak orang
Saran
 Rasa  kearifan manusia dalam mengubah dan mewujudkan kualitas bumi menjadi  lebih baik adalah keharusan. Upaya menyelamatkan bumi harus disadari  merupakan tanggung jawab bersama dan harus segera diselesaikan. Maka  diperlukan suatu kekompakan dan komitmen bersama memecahkan problem  tersebut. Sebab, bagaimanapun bumi merupakan habitat yang dihuni semua  makhluk hidup.
 Mulailah  berintrospeksi pada lingkup kecil, yaitu pada diri sendiri. Sudahkah  kita menyayangi bumi? Banyak hal yang dapat kita lakukan untuk menyelamatkan  bumi ini, di antaranya: efektifkan penggunaan kendaraan bermotor, hemat  energi, dan cerdas menangani sampah plastik. Dengan adanya kesadaran  tersebut, diharapkan seluruh aspek masyarakat tergelitik dan sadar untuk lebih mencintai dan melestarikan bumi ini.
Salam,
Anggita, melalui KOMPASIANA, http://green.kompasiana.com/iklim/2012/08/29/menyelamatkan-bumi-mulai-dari-diri-sendiri/