Dinginnya pegunungan di lereng Gunung Mahawu (1020 m dpl), Tomohon tak sedikit pun mengurungkan semangat dan niat saya untuk mengejar “blue moon” yang menampakkan diri pada malam ini (31/8).
Kamera dan lensa tele 55-250 mm sudah siap sejak siang. Batere kamera juga sudah dicas penuh untuk mengatasi “permainan” exposure pada settingan kamera dslr yang bisa berakibat boros batere. Sambil menunggu waktu yang tepat pada pukul 22.00 wita atau 21.00 wib, saya mencoba mempelakari apa arti blue moon sebenarnya. Atau mengapa di bulan Agustus ini terjadi dua kali bulan purnama yaitu jatu pada tanggal 2 dan 31 Agustus 2012.
Setelah mendapatkan informasi dari berbagai sumber dari internet, ternyata yang dimaksud dengan “blue moon” bukan berarti “berubahnya bulan menjadi biru” tetapi lebih berarti bulan penuh atau bulan purnama yang kedua dalam satu bulan. Mengapa bisa terjadi dua kali bulan purnama dalam satu bulan?
Para ahli astronomi menjelaskan bahwa fenomena alam yang langka ini terjadi setiap 2,6 tahun sekali. Jadi, setelah muncul pada bulan Agustus 2012 ini, blue moon kembali akan muncul pada Juli 2015. Kelangkaan itulah yang membuat saya berniat sekali untuk mengejar “blue moon” malam ini,
Tak hanya itu, menjelang kejadian ini group FB Kampret, Kompasianer hobi jepret sudah berkoar-koar agar supaya kampretos menyempatkan diri di tempat masing-masing, baik yang ada di luar negeri seperti Jerman, Belanda, Hongkong, Malaysia, Alaska dll dan yang berada dalam negeri Jawa, Sulawesi, Sumatera, NTT dan lainnya.
Selain itu, saya juga mencari informasi tentang settingan terbaik pada kamera untuk membidik bulan. Dalam sharingnya, ada yang mengatakan bahwa exposure yang digunakan antara kecepatan 1/200s hingga 1/250s dan f 11 serta ISO 100, dengan tujuan mendapatkan detil permukaan bulan. Saya pun mempratekkan teori itu dalam model manual dan WB-nya bervariasi antara auto WB (AWB) dan shade.
Saya juga bereksperimen dengan mengubah setting ISO Auto, f 2.8, Shutter speednya bervariasi mulai 1/25 ke bawah. Untuk uji coba settingan ini saya mendapatkan hasil di mana awan di sekitar bulan menjadi dramatis sekali.
Foto terlampir dalam tulisan ini ada yang asli tanpa editing maupun cropping. Yang asli kelihatan kecil ukuran bulannya. Sedangkan foto bulan yang besar sudah dicropping untuk melihat detil permukaan bulan yang menurut saya guratannya mirip buah semangka. Bahkan kalau di amati lebih dekat tampak satu lubang dengan garis-garis ke bulatan bulan.
Foto-foto blue moon itu saya ambil tiga kali dalam waktu yang berbeda mulai dari jam 21.00 hingga jam 22.20 wita. Saya juga memberi warna biru dan refleksi pada salah satu foto untuk mendapatkan sedikit sensasi dari bulan yang saya foto itu.
Mengejar “blue moon” dalam foto yang saya lakukan itu juga untuk menghormati mantan Astronot AS, Neil Amstrong (lahir, 5 Agustus 1930) manusia pertama yang menginjakkan kaki di bulan (12 Juli 1969) dalam misi Apolo 11 dan meninggal dunia pada usia ke 82, 25 Agustus 2012 karena komplikasi jantung.
Buat kampretos, terima kasih telah menyebarkan viru “blue moon” hingga saya dan yang lain mengeluarkan senjatanya (baca: kamera) masing-masing untuk jepret bulan.